Setelah orang tua nya bercerai, Talita dan kedua adiknya tinggal bersama ibu mereka. Akan tetapi, semua itu hanya sebentar. Talita dan adik-adik nya kembali terusir dari rumah Ibu kandung nya. Ibu kandungnya lebih memilih Ayah tiri dan saudara tiri nya. Bukan itu saja, bahkan ayah kandung mereka pun menolak kedatangan mereka. Kemana Talita dan adik-adik nya harus pergi? Siapa yang akan menjaga mereka yang masih sangat kecil? Jawaban nya ada di sini. Selamat membaca. Ini novel kedua ku ya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Uul Dheaven, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 33
Naina menahan sesak yang ada di dada. Ia tidak menyangka akan di perlakukan seperti ini oleh Jaka suami nya. Anton dulu pemalas, tapi dia bukan pemain perempuan.
Citt... Buuumm...
Tiba-tiba dari arah jalan raya terdengar suara tabrakan. Naina baru tersadar dari lamunan nya dan mencari keberadaan Andi.
"Andi.."
Naina terus memanggil Andi yang sudah tidak ada lagi di sisi nya. Ia sangat panik. Apa yang akan terjadi jika Andi hilang.
Naina berjalan menuju keramaian. Baru saja terjadi tabrak lari, dan Naina langsung histeris saat tahu yang menjadi korban nya adalah Andi.
"Tidaaak, Andi... Jangan begini nak. Banguuunn... Tolong panggil kan ambulance."
Kerumunan itu akhir nya bubar satu persatu saat tahu untuk memberi sedikit celah.
"Kok mereka bau, ya."
"Iya ni. Bau tai kucing. Aduh, perut ku jadi mual deh."
Bukan nya menolong, mereka malah sibuk dengan bau tai kucing yang begitu menusuk hidung.
Setelah sekian lama, akhir nya ada juga yang mau menolong Andi untuk di bawa ke rumah sakit. Entah seperti apa kejadian nya hingga Andi bisa berlari ke jalanan hingga di tabrak.
Tania yang saat itu sedang melihat kejadian nya, merasa sangat merasa bersalah. Ia pun menyuruh Raya untuk menolong Andi.
Ia hanya ingin mengerjai Ibu nya. Bukan ingin mencelakai Andi. Hal itu sama sekali tidak ada dalam rencana mereka.
Tangan Naina bergetar. Bagaimana jika terjadi sesuatu dengan Andi. Apa yang harus ia katakan pada Jaka.
Ia sangat takut sekali menghubungi Jaka. Bagaimana jika wanita itu lagi yang mengangkat nya. Tega sekali laki-laki itu, anak nya sedang berjuang di rumah sakit. Ia malah asyik bermain serong.
Dari kejauhan tampak Tania melihat Ibu nya yang bersedih karena melihat keadaan Andi.
"Mbak Raya, mbak tahu nggak. Ibu nggak sesedih itu saat mengusir kami dari rumah. Ia juga bahkan tidak khawatir pada keadaan kamu. Ibu juga bahkan tega tidak datang saat Tasya meninggal dunia." Ucap Tania mencoba menahan sesak.
"Siapa Tasya?"
"Adik kami yang paling kecil. Dia kesayangan Ibu. Tapi semenjak ada Andi, Ibu lupa pada nya. Mungkin saja itu lebih baik bagi Tasya. Di surga Tasya ketemu Ibu Bidadari yang sayang pada nya."
Setelah berkata seperti itu, Tania pun pergi menggandeng tangan Raya. Tanpa di sadari, bulir bening lolos begitu saja dari mata milik Raya. Hati yang selama ini membeku, bisa di luluh kan dalam sesaat. Tania, telah meluluhkan hati Raya yang selama ini membeku.
*****
Bagas sendiri di apartemen milik nya. Ia masih memikirkan keadaan Talita. Ia sampai menyakiti diri nya sendiri karena tidak bisa menyelamatkan Talita saat itu.
Bagas kembali memutar otak, ia berpikir bagaimana cara nya ia bisa lebih sukses dari papa nya. Ia sangat benci di ancam oleh pria yang selama ini telah membunuh Ibu nya itu.
Bagas mengumpulkan geng motor milik nya yang selama ini telah bubar. Geng motor bukan sembarangan. Mereka adalah salah satu pekerja di perusahan kecil milik Bagas.
Hanya saja semenjak mereka bekerja, mereka bubar. Mereka ingin menjadi lebih berguna, jangan hanya sibuk balapan liar yang tidak menghasilkan apa-apa.
"Kita ngumpul di tempat biasa."
Pesan terkirim ke seluruh anggota geng supaya berkumpul di tempat biasa.
*****
Plak... Plak... Plak...
Jaka yang baru tahu kalau Andi mengalami tabrak lari langsung menampar Naina begitu saja. Ia sangat kesal saat Naina mengabari nya. Padahal sedikit lagi ia akan sampai di puncak kenikmatan setelah bermain tiga ronde.
"Kamu memang nggak becus mengurus satu anak saja."
"Mengapa aku saja yang kau salahkan. Apa yang kau lakukan saat aku menelpon mu tadi?"
Jaka gelagapan. Ia tidak mungkin mengaku kepada Naina jika ia sedang bersama sekretaris baru nya.
Selama ini, ia masih mempertahankan Naina karena Naina bisa mengurus dan mengasuh Andi. Jaka tidak ingin anak satu-satunya itu tidak merasakan kasih sayang seorang Ibu.
"Kamu tidak perlu tahu urusan ku. Urusan mu hanya di rumah dan duduk manis menjaga anak ku. Bukan kah semua kebutuhan mu telah aku penuhi?"
Naina tertawa sumbang. Bagaimana mungkin ia bisa mencintai laki-laki seperti Jaka ini. Tapi Naina tidak bisa berbuat apa-apa. Ia terlanjur takut di ceraikan.
" Aku minta maaf. Tadi di sekolah Andi ada yang macam-macam kepada kami. Mobil ku rusak. Aku bahkan tidak bisa membawa nya ke bengkel. Tapi saat aku menghubungi mu, kau,, kau.." Naina memilih tidak melanjutkan ucapan nya. Ia tidak ingin lebih terluka.
"Mengapa tiba-tiba ada yang merusak mobil mu. Memang dengan siapa kau mencari masalah baru-baru ini?"
Naina terkesiap. Ia baru tahu. Bahwa beberapa hari yang lalu ia membuat keributan di sekolah Talita. Iya. Talita pasti yang telah membuat mobil nya menjadi seperti itu.
" Aku pinjam mobil mu."
" Untuk apa? "Tanya Jaka.
" Untuk mencari tersangka yang telah menyebabkan mobil ku rusak. "
" Memang nya kamu tahu siapa?"
" Pasti Talita. Iya, aku yakin pasti anak itu."
" Mengapa kamu bisa se yakin itu? "
" Karena, beberapa hari yang lalu aku melaporkan pada pihak sekolah bahwa Talita adalah simpanan Om-Om. "
Mata Jaka membulat sempurna. Apa yang ada di dalam pikiran Naina saat ini. Mengapa tiba-tiba ia tega mempermalukan anak kandung nya sendiri.
" Kau gi la? Dia itu anak kandung mu sendiri. Ibu macam apa kau. Padahal dia sudah tidak pernah lagi mengganggu hidup kita."
"Kau membela nya?"
"Terus."
Naina yang kesal langsung pergi begitu saja. Ia menyalakan mobil milik Jaka dan langsung pergi mencari Talita.
Namun, fakta yang ada di dalam mobil itu membuat nya semakin sesak. Celana dalam wanita bertebaran di sana. Bahkan bau cairan hasil pertempuran masih tercium.
Naina hampir saja mau muntah. Akhir nya ia memilih membuka jendela mobil agar udara bisa masuk ke dalam.
Tujuan Naina adalah rumah Anton dan istri baru nya. Tampak dari kejauhan Anton sedang bercanda ria dengan istri dan anak nya. Sungguh hal itu membuat Naina iri.
"Anton. Ternyata begini hidup mu saat aku tinggalkan?"
"Naina?"