"Syifa saya bilang turun sekarang"
"nggak mau Gus gue belum puas makan mangganya, kan kata Gus nggak boleh buang-buang makanan ntar mubazir "ucapnya tak peduli dengan tatapan seorang pria di bawah sana .
"mau turun atau saya cium "
para santri mendengar itu langsung kaget mereka tak menyangka gusnya ternyata sangat so sweet ini terhadap istrinya.
"hah" mata gadis itu melotot tajam
"bugh"
"auwsshhh "ringis gadis itu saat melompat dari pohon akibat mendengar ancaman gusnya syifa syeena queenza Abimanagadis cantik dan super duper bar-bar Dia terpaksa harus menikah dengan seorang gus tampan
akankah suaminya dapat merubah sifat keberbaran istrinya dan dapat meluluhkan hatinya
kalau mau lanjutannya yuk! langsung join 🥰🥰
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon ALFI MARTIS, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 35
"Apa maksudnya Ummi?" tanya Gus Alwi memaksa Umi Aya jujur dan menceritakan apa yang terjadi di dapur.
"Astagfirullah Syifa." gumam Gus Alwi memijit keningnya. Ikan yang dia pelihara sejak dulu di mana tidak ada santri yang berani mengambilnya. Kini istri kecilnya itu baru datang beberapa hari di pesantren ini. Tapi malah langsung di bakar ikannya.
"Mi, Abi, Aku pergi dulu ya." ujar Gus Alwi.
Menahan senyum.
"Iyah Abi, Umi, Kalau gitu aku pergi dulu. Assalamualaikum." salam Gus Alwi setelah menyalimi kedua orang tuanya.
Tujuannya hanya satu mencari keberadaan Syifa yang katanya akan membuat acara. Gus Alwi tidak tau saja jika istri kecilnya itu membuat acara bersama para Pria. Kalau tau mungkin sekarang dia sudah marah besar.
"Eh kucing garong, kenapa kalian ambil kayunya sedikit aja bego." marah Syifa karena kayu
"Nyari Istri mu?" tanya Umi Aya
"Iya Mi." Jawab Gus Alwi.
"Jangan marahin istri mu ya, ingat dia masih labil. Sikapnya bar bar. Mungkin ikan kamu sudah di takdirkan untuk menyambut istrimu di pesantren ini." ujar kyai Rahen, berkata hal selucu itu tapi dengan wajah datar. Umi Aya tidak heran lagi.
"Iyah Nak, apa kata Abi Mu benar." sambung Umi Ayah menahan senyum.
"Iyah Abi, Umi, Kalau gitu aku pergi dulu. Assalamualaikum." salam Gus Alwi setelah menyalimi kedua orang tuanya.
Tujuannya hanya satu mencari keberadaan Syifa yang katanya akan membuat acara. Gus Alwi tidak tau saja jika istri kecilnya itu membuat acara bersama para Pria. Kalau tau mungkin sekarang dia sudah marah besar.
"Eh kucing garong, kenapa kalian ambil kayunya sedikit aja bego." marah Syifa karena kayu yang di ambil oleh Andik dan teman temannya cuman tiga potong, itu pun kayunya kecil.
"Cukuplah itu, makanya pakai yang bener, irit jadi orang." balas Andik.
"He bego, mana ada irit, ini sekalih terbakar ya terbakar kita bisa mematikannya kalau makanan kita sudah matang. Lah ini Ikan di bakar belum ada sepeluh menit kayunya sudah habis. Mana kayu yang di cari model kayu cepat terbakar dan cepat habis lagi. Lo nggak pernah ikut pramuka ya bego." marah Syifa dengan kebegoan Andik ini.
"Enak aja lo, gini gini gue pernah jadi ketua regu pas Pramuka." ujar Andik tak terima tapi Syifa tidak menanggapinya.
"Yaudah, Emur, Umur sana kalian cari kayunya bareng kucing kalian ini." suruh Syifa..
"Ukhty, tugas kami jaga di sini aja Ukhty. Nanti kalau ada yang datang tiba tiba kami bisa menyembunyikan barang barang dengan cepat." ujar Amir yang memang benar juga.
"Ohh okey, Andik lo sana yang cari kayu bakarnya." perintah Syifa lagi.
“Aku tidak bisa melakukan itu, Peot. Kenapa aku mencarimu?” kata Andik tidak terima.
"Lo kan cowok, banci amat lo, takut ya lo sama gandorua di hutan itu." ejek Syifa tersenyum mengejek.
"Hei, tutup mulutmu. Aku brengsek. Dulu aku preman dan memukul banyak orang." kata Andik bangga, hal yang sama tidak keren.
"Wah ni anak lupa lo ya. Ingat woy! Siaoa yang matahin tangan lo, bahkan sampai buat lo masuk penjara." ledek Syifa memang mulutnya ini tidak bisa di jaga. Andik langsung kalang kabut dia gidak mau Syifa mengatakan itu. Dia malu di katain kalah dari seirang wanita apalagi di sini juga terdapat gadis gadis cantik. Mau taro di mana mukanya, Pikir Andik.
"Okey gue pergi." putus Andik akhirnya
"Okey bagus, dan karena gue nggak bisa membiarkan salah satu dari ketiga teman gue ini ikut lo. Jadi ayo gue antar tapi lo yang harus pegangin kayunya." ujar Syifa memutuskan.
"Eh, bukan begitu, terserah masing-masing. Aku saja yang bertanggung jawab, ada apa dengan pemerintah? Katakan saja padaku, aku memang tidak ingin menjadi pembantumu." Andik mengaku tidak menerima keputusan syifa.
"Yaudah nggak usah sengsi juga Peot. Gue bercanda doang." ujar Syifa memutar bola matanya malas. Sedangkan teman teman mereka yang melihat Andik dan Syifa berbicara terus dari tadi di buat pusing. Tapi mereka hanya diam.
"Syifa kalau gitu kita sama sama saja perginya." solusi Yana.
"Tidak Yan, kalian di sini saja, kan peralatan kita di sini banyak nih, nanti kan kalau ada orang yang datang tiba tiba terus nggak ada kalian yang bantuin sih kembar ni. Mampus dong kita." ujar Syifa menolak. "Lagian kita carinya cuman di sana doang kok." la jutnya dan akhirnya ketiga teman nya itu menyetujui.
Mereka juga tahu, walaupun Syifa itu bar bar, tapi dia, pribadinya tidak mudah.
"Tapi ingat ya Siif, jaga jarak." memperingatkan Yana.
"Tenang saja Yan, siapa yang ingin dekat dengan Nih si kucing liar, iuuew." ucap Syifa berpura-pura merasa jijik.
"Siapa juga yang mau dekat dekat sama lo. Monyet bau jengkol Sssssh aww." balas
Andik tapi dia langsung meringis.
"Eh Monyet, ngapain lo lempar gue." gerutu Andik karena kepalanya di lempar Syifa memakai sendalnya yang untungbya tidak ada kotoran seperti waktu itu.
"Makanya jangan mencemarkan nama baik." ujar Syifa dan langsung menarik sendal sebelah milik Amar dan memakainya.
Dia malas untuk berjalan ke arah Andik.
"Eh tunggu Monyet." teriak Andik pada Syifa yang sudah berjalan duluan.
"Bagaimana apakah rencananya sudah tersusun rapi?" tanya seorang wanita bergamis. Kepada kedua santri putri yang waktu itu menatap Syifa tajam di dalam masjid.
"Sudah Ustdzah, kita bakal buat perhitungan sama tuh anak. Baru masuk udah sok sokan berkuasa. Malah banyak lagi santri putra yang suka sama dia." ujar salah satu santriwati yang bernama Putri, dia di kenal dengan keirian nya pada semua orang, sudah di ajarin beberapa kali pun tapi sifat irinya tetap setia menempel pada dirinya.
"Pakai susuk kali tu gadis bar bar." tambah Vela temannya Putri.
“Mungkin, kami tidak tahu.” jawab sang Putri.
"Ustadzah kita jalan dulu ya. Gue lihat lihat Syifa sama sih Andik masuk ke hutan sana untuk mencari kayu bakar." ujar Putri tersenyum sinis.
Wanita bergamis yang di panggil ustadzah itu mengangguk, Dan kedua santriwatinya pergi menjalankan perintahnya.
"Kucing, cepat ambil yang ini, jangan yang itu bego. Itu kayunya masih mentah mana bisa nyala apinya kalau pakai kayu mentah." ujar Syifa.
“Saya tidak suka kayu kayu kering itu, pasti ada ulat kayunya." ujar Andik sudah seperti cewek saja.
"He Peot,, muka lo aja kering kaya kayu bakar ini. Masa nggak mau ambil." ujar Syifa malah meledek.
"Itu yang wajahnya kering."
"Hahaha aku cantik, tapi kamu bilang kering, halo, jangan salah bicara Peot. Awas nanti kamu jatuh cinta sama aku." ucap Syifa.
"Ogah banget." ucap Andik. Mereka mmemang kalau di biarkan berdua, saling meledek tidak akan pernah habis.
Saat mereka berdua sedang asyik memungut kayu bakar sambil saling meledek otomatis mereka tidak mendengar suara langkah kaki yang mendekat ke arah mereka, sehinggga....
Serangga
Serangga
Pukulan mendarat di tengkuk leher mereka masing masing sehingga membuat mereka berdua tergeletak tak berdaya di tanah.
"Bagus, rencana kita berjalan lancar." ujar Putri tersenyum sinis, dan memegang rahangya Syifa.
"S*al dia kenapa bisa secantik ini kulitnya mulus banget, pake apaan sih ni anak." gerutu Putri tak suka.
"Biasa lah put, orang kaya perawatannya mahal." ujar Vela. Padahal dia salah Syifa tidak pernah masuk ke klinik kecantikan, sabun cuci mukanya cuman sabun yang harganya empat puluh ribu. Bahkan skin care lengkap pun Syifa tidak memakainya. kesehariannya cuman memakai bedak baby. Kata Syifa dia tidak punya waktu merawat kulit wajahnya. Karena nggak rawat pun tetap cantik.