NovelToon NovelToon
Terjebak Pesona Paman Mantan Suamiku

Terjebak Pesona Paman Mantan Suamiku

Status: sedang berlangsung
Genre:Mafia / Pengantin Pengganti / Pernikahan Kilat / Kehidupan Manis Setelah Patah Hati / Percintaan Konglomerat / Mengubah Takdir
Popularitas:9.7k
Nilai: 5
Nama Author: Sunny Eclaire

"Dia membuang sebuah berlian, tapi mendapatkan kembali sesuatu yang kurang berharga. Aku yakin dia akan menyesali setiap keputusannya di masa depan, Illana."—Lucas Mathius Griggori.

Setelah cinta pertamanya kembali, Mark mengakhiri pernikahannya dengan Illana, wanita itu hampir terkejut, tapi menyadari bagaimana Mark pernah sangat mengejar kehadiran Deborah, membuat Illana berusaha mengerti meski sakit hati.

Saat Illana mencoba kuat dan berdiri, pesona pria matang justru memancing perhatiannya, membuat Illana menyeringai karena Lucas Mathius Griggori merupakan paman Mark-mantan suaminya, sementara banyak ide gila di kepala yang membuat Illana semakin menginginkan pria matang bernama Lucas tersebut.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Sunny Eclaire, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

29. Dua sisi.

"Bereskan mayat-mayat itu dan beri kompensasi kepada keluarganya!" Lucas sangat kesal, ia mendapat sambutan mengerikan ketika menemukan empat orang bawahannya sudah tewas dengan luka tembak pada tubuh mereka, mayat-mayat tersebut tergeletak di halaman markas.

"Tuan—"

"Kau sudah tahu siapa pelakunya, huh! Aku harus pergi untuk mengurus tambang berlian di Thailand, tapi siapa pun berusaha melakukan permainan denganku."

Beny menelan ludah, tapi ia sudah mempersiapkan jawaban setelah mendapat hasil penyelidikan saat Lucas masih mengantar Illana ke Cinnamon.

"Mereka berhasil memecah sistem pertahanan markas ini, Tuan. Sepertinya—"

"Di mana Victor?"

"Dia sedang bergerak kemari. Menurutku ini ulah snipper, tak ada jejak yang ditemukan setelah mereka menyusuri lokasi sekitar. Aku juga mendapatkan ini." Ia menunjukan sebuah peluru tanpa tetesan darah, Beny menerimanya dari bawahan yang menemukan benda itu menancap pada batang pohon, kemungkinan melesat dari tubuh korban.

"Maksudmu, mereka memanjat pohon?" Lucas berdecih. "Sangat pengecut, mengapa tidak datang dan melawan siapa pun di sini? Musuhku sepertinya senang melempar batu. Apa kau memiliki dugaan?"

Beny mengangguk. "Namun, kita harus menunggu Victor datang, lalu memutuskan langkah selanjutnya. Sejak Tuan Lucas masuk penjara, mereka semakin beringas mengincar markas, memberi peringatan kepada kita."

Lucas bergeming, ia menatap dingin orang-orang yang sibuk menyingkirkan mayat teman mereka di halaman, akibat perbuatan para snipper tersebut—ia sampai membuat istrinya ketakutan karena mengebut di jalan, cukup meningkatkan emosi pada diri Lucas.

Pria itu memasuki markas, ia menyesap rokok seraya menunggu kemunculan Victor, hacker terbaik yang bekerja untuk Lucas selama lebih dari sepuluh tahun. Victor berhasil membuat peta sistem pertahanan yang mengelilingi markas utama, ia menanam banyak bom pada beberapa titik dan bisa meledak kapan saja jika seorang penyusup mengecoh lokasi markas, tapi sepertinya seseorang berhasil merusak sistem, membuat penyusup begitu mudah masuk tanpa terancam bahaya.

"Beny."

"Ya, Tuan." Ia berdiri di samping Lucas.

"Aku ingin tahu—" Ia menatap ke arah pintu yang terbuka. "Tutup saja pintunya."

"Baik, Tuan." Ia kembali setelah menutup pintu. "Apakah Tuan mencurigai Victor?"

Lucas menggeleng. "Tidak."

"Lalu, apa yang ingin Tuan ketahui? Tentang Freddy?"

Pria dengan balutan jubah cokelatnya mendengkus, ia menatap kesal Beny, sehingga asistennya menelan ludah.

"M-maaf, Tuan. Maaf karena telah banyak bicara."

"Aku ingin tahu, aku harus melakukan apa, atau aku harus memberikan apa untuk seseorang yang sedang kesal terhadapku?"

"Hah?" Beny berkedip-kedip, siapa sangka pertanyaan Lucas melesat terlalu jauh dari isi pikiran asistennya. "Maksud Anda, Tuan?"

"Katakan saja apa yang harus aku bagi atau aku lakukan untuk meminta maaf kepada seseorang?"

"Pria atau wanita, Tuan?"

"Wanita."

"Eum. Mungkin saja sebuket bunga, biasanya seorang wanita akan merasa senang jika mendapat bunga."

"Bunga, ya. Kau yakin?"

Beny segera mengangguk, meski merasa aneh menanggapi pertanyaan Lucas, tapi sepertinya ia menyadari siapa seseorang yang dimaksud oleh bosnya.

***

"Nona Illana."

"Ya?" Fokusnya beralih dari layar komputer kepada Nora, sekretarisnya itu terlihat gelisah di depan pintu. "Ada apa, Nora? Terjadi hal buruk?"

"Eum. Sepertinya, Anda harus turun ke lobi, Nona."

"Lobi? Ada apa di sana? Apa terjadi keributan?"

Nora menggeleng, ia cukup kebingungan untuk menjelaskan situasi yang membuat beberapa orang membicarakan surprise besar tersebut. "Bukan, Nona dapat memeriksa sendiri."

"Baiklah. Mari turun ke lobi."

Illana terbelalak setelah pintu lift terbuka di area lobi, ia menemukan begitu banyak buket bunga disusun dengan rapi dari sudut ke sudut sehingga hampir memenuhi lobi, jika saja tempat ini tidak memiliki penghuni, kemungkinan area lobi telah dipenuhi berbagai bunga seperti taman dalam ruangan.

"Apa, apa ini, huh!" Ia sangat terkejut, sepanjang hidupnya, ini menjadi momen pertama Illana mendapat bunga begitu banyak, jika dihitung mungkin lebih dari lima ratus tangkai campuran antara mawar, tulip, lily dan aster beragam warna.

"Nona, aku juga tidak tahu jika petugas resepsionis tidak menghubungiku. Saat aku turun ke lobi, para pengirim bunga itu mengatakan bahwa seluruh bunga tersebut ditunjukan untukmu." Nora menjelaskan, siapa pun pasti terkejut menanggapi situasi yang terjadi.

"Kamu tidak bertanya nama pengirimnya?"

"Aku bertanya, tapi mereka tidak tahu, sepertinya seseorang memesan menggunakan identitas anonim."

Illana mendengkus, entah harus bereaksi seperti apa, ia cukup kebingungan. Untung saja situasi di lobi tidak terlalu ramai, sebagian besar penghuni Cinnamon berada di ruang kerja mereka, setidaknya Illana tak perlu melihat mulut-mulut penggosip di sana.

"Baiklah, Nora. Katakan kepada petugas kebersihan agar memindahkan bunga-bunga ini ke ruanganku saja, harus selesai sebelum jam makan siang. Kepalaku sungguh pening."

"Baiklah, Nona. Aku juga akan membantu mereka."

Illana merasa frustasi, selama lebih dari setengah jam ia hanya diam memandangi tumpukan buket bunga yang memenuhi sebagian ruang kerjanya. Jika diletakan di sini takkan mengganggu aktivitas siapa pun di lobi, lebih baik seperti ini.

"Apa yang harus aku lakukan terhadap bunga-bunga ini, huh? Membiarkannya hingga busuk, lalu membuang semuanya?" Ia berdecak. "Kau sudah gila, Illana."

Ponsel wanita itu berdering, ia baru saja terpikir sesuatu ketika melihat nama suaminya muncul sebagai penelepon. "Apa ini perbuatan Lucas?" Ia segera menjawabnya.

"Istriku."

"Apa kamu yang melakukannya, huh? Mengirim bunga sebanyak ini ke kantorku?"

"Iya."

"Untuk apa? Kamu ingin mengubah Cinnamon menjadi taman bunga?"

"Tidak. Bukankah kamu telah berkata bahwa aku harus sedikit berusaha agar kamu memaafkanku karena kesalahan pagi ini. Sehingga, aku mencoba cara pertama, tapi jika kamu belum memaafkanku—tenang saja, aku masih memiliki cara lain, Illana." Nada bicaranya terdengar sangat lembut dan manja, seperti anak kecil yang berusaha membujuk ibunya.

"Astaga!" Illana kembali berdecak, memikirkan bagaimana Lucas mencoba cara lain—membuat Illana gelisah. Ia tak ingin melihat kehebohan berikutnya. "Tidak! Kamu tidak perlu melakukan cara kedua, aku sudah memaafkanmu, ya. Jadi, lupakan cara-cara lain, ini sudah sangat cukup, Lucas."

"Benarkah? Kamu memaafkanku dengan tulus?"

"Iya, aku sudah memaafkanmu."

"Terima kasih banyak, istriku. Pulang nanti, aku akan menjemputmu, kita bisa makan bersama sebelum aku berangkat ke Thailand."

"Baiklah, kamu bisa melakukannya."

Bahu Illana merosot setelah telepon berakhir. Lucas membujuk dengan cara luar biasa, bukan?

Siapa sangka pria itu menggunakan metode romantis, tapi terlalu menyebalkan sekaligus mendebarkan bagi Illana.

"Apa aku menikahi pria gila?"

***

Ekspresi penuh kehangatan di wajah Lucas seketika berubah dingin kembali setelah mengakhiri telepon dengan Illana, cukup mengejutkan sebagian besar orang di ruangan tersebut saat menanggapi sikap Lucas yang manja ketika berbicara dengan wanita, lalu menjadi sunyi tanpa ekspresi.

Mereka tidak pernah melihat sikap hangat Lucas sejak bekerja menjadi bawahan pria itu, tapi hari ini—beberapa dari mereka cukup beruntung. Sementara Beny mulai terbiasa karena mengetahui alasan di belakangnya.

"Kalian keluarlah, biarkan Victor menemuiku."

Perintah tersebut membuat Beny dan lainnya bergegas keluar, berganti kemunculan Victor memasuki ruangan, lalu menutup pintu. Victor meletakan laptopnya di permukaan meja, ia siap menghadapi serta menjelaskan sesuatu kepada Lucas.

"Tuan."

"Katakanlah."

"Aku minta maaf, Tuan. Aku harus mengakui bahwa sudah kecolongan, mereka berhasil menerobos satu jalan rahasia saat aku lengah."

Lucas berdecih. "Apa yang kau lakukan sehingga begitu lengah, huh?"

"Maaf, Tuan. Secara mengejutkan adikku mengalami kecelakaan, sehingga harus pergi mengurusnya ke rumah sakit, tapi sekarang kondisinya sudah membaik, hanya sedikit luka kecil di tubuhnya."

Victor membuka laptop, dia menunjukan peta pertahanan markas. "Pada bagian ini, mereka berhasil menerobosnya saat aku lengah karena mengurus adikku, tapi mereka takkan mampu masuk lebih jauh, sehingga hanya mengutus snipper untuk melukai beberapa orang di depan."

Ada lima titik jalan keluar mengelilingi hutan tempat markas berada, salah satunya adalah bunker rahasia yang bisa digunakan jika terjadi situasi darurat.

"Titik ini paling dekat dengan halaman utama."

"Benar. Aku akan mengubah jalan keluar tersebut, memperluasnya sehingga sulit ditembus. Aku benar-benar bersalah karena telah membuat beberapa temanku tewas akibat kecerobohan ini."

Ekspresi Lucas tetap datar, ia menyesap kembali batang rokoknya. "Namun, kau mengetahui siapa pelakunya, bukan?"

Victor mengangguk. "Aku akan membalik keadaan dan menerobos sistem pertahanan mereka, sehingga bisa membalas kematian teman-temanku di sini."

"Lebih rinci."

"Saat aku meretasnya, aku berhasil menemukan sesuatu. Seseorang dari Organisasi Mata Dewa."

"Mata Dewa?" Lucas menyeringai. "Sekumpulan gangster."

"Benar, Tuan. Hanya belum menemukan pelaku utama."

"Baik. Lakukan serangan balik, sudah lama tidak bergerak membuat persendianku sangat kaku."

***

1
Reni Anjarwani
lanjut thor doubel up thor
Reni Anjarwani
doubel up thor
Reni Anjarwani
lanjut thor
Sugiarti Enti
alur cerita cukup menarik dan bagus
Reni Anjarwani
doubel up thor
Reni Anjarwani
lanjut thor doubel up thor
D_wiwied
keren, cakep visualnya
Reni Anjarwani
cocok bgt visualnya
Reni Anjarwani
lanjut thor cantik visualnya cocok sama karakternya
Sunny Eclaire: tar malem ya kaak.
total 1 replies
D_wiwied
cantiknya.. suka sm visualnya illana
D_wiwied: di imajinasiku tu orangnya tinggi gede brewokan dikit, macho lah /Facepalm//Facepalm/
Sunny Eclaire: lagi bingung nyari visual Lucas /Sweat/
total 2 replies
D_wiwied
so sweet.. dah mulai bucin
D_wiwied
woi.. main nyosor aja /Joyful/
Reni Anjarwani
doubel up thor
Reni Anjarwani
lanjut thir
Reni Anjarwani
doubel up thor yg banyak
Sunny Eclaire: Diusahakan ya, Kak. Makasih udah mau baca /Smile/
total 1 replies
D_wiwied
gercep sekali paman satu ini, takut illana berubah pikiran ya /Joyful/
D_wiwied: nah itu, suka2 authornya sih
Sunny Eclaire: mumpung author belum berubah pikiran kak /Facepalm//Proud//Joyful/
total 2 replies
D_wiwied
ga usah cemburu mark, salahmu sendiri yg melepas illana demi masa lalumu
Belinda Dayes
Duh, thor. Update dong, gak bisa tidur nih gara-gara penasaran 🙄
Niki Fujoshi
Pengalaman yang luar biasa! 🌟
ADZAL ZIAH
lanjut kak... dukung juga novel ku ya
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!