Lidya dinda adalah seorang wanita yang mandiri, sedari kecil dia sudah banyak merasakan kepahitan hidup. Di usia yg baru menginjak remaja, dia mulai merasakan beban berat dalam hidupnya, dimulai dari bapak dan ibunya yang meninggal dunia karena kecelakaan, kemudian dia yang harus menghidupi kedua adiknya, kini dia tak melanjutkan lagi sekolahnya, dia pun harus membanting tulang untuk meneruskan hidupnya dan kedua adiknya, dia mencari nafkah untuk bisa menyekolahkan adik - adiknya. Bagaimana kisah hidup Lidya selanjutnya? di baca terus update bab terbarunya ya guys. Selamat membaca, tolong kasih like dan beri saran maupun kritik yang membangun ya, saya akan menerima semuanya dengan senang hati. Semoga sehat selalu, terima kasih🙏
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Itha Irfansyah, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 12.
Arthur pun kembali ke rumah Lidya membawa kado satu set berlian buat sang istri.
Namun sebelum sampai ke rumah Lidya, dia mampir di restoran cepat saji untuk membeli makanan yang akan di bawanya pulang ke rumah.
"Assalamu'alaikum...Lutfi...Laras...dimana kalian? Ini kakak bawain makanan buat kalian." Panggil Arthur sembari membuka pintu rumah yang tak terkunci dan meletakkan makanan di atas meja ruang tamu.
"Iya kak..." Sahut Laras yang keluar dari dapur.
"Waah...banyak banget makanannya kak." Ucap Laras.
"Lutfi mana dek?" Tanya Arthur karena sedari tadi belum melihat Lutfi
"Tadi Kak Lutfi keluar ke rumah temannya, tapi katanya sih sebentar aja kak." Jawab Laras.
"Ooh...ya udah, ini kamu siapin dulu ya, nanti kita makan bareng, kak Lidya mana?" Tanya Arthur.
"Kata kak Lidya, kepalanya agak pusing, mau istirahat dulu, jadi sepertinya masih tidur di kamar kak." Jawab Laras, Arthur pun mengangguk.
Arthur segera ke kamar, dia membuka pintu dengan perlahan, agar tak membangunkan Lidya.
Lidya tidur dengan lelap, dia menatap wajah cantik istrinya yang sangat teduh itu, kulitnya kuning Langsat dan mulus, bibir pinknya dan pipinya yang merona, serta lekuk tubuhnya yang sangat menggoda membuat Arthur mendekati dan duduk di lantai dekat kasur, dia terus memandangi wajah Lidya, tapi saat wajah sang kekasih terlintas di depannya, dia langsung tersadar dan berdiri mengambil paper bag kemudian meletakkan paper bag berwarna maroon yang berisi satu kotak set perhiasan berlian itu di kasur, tepat di dekat bantal yang di pakai oleh Lidya.
Arthur membuka bajunya kemudian mengambil handuk dan membawanya ke kamar mandi.
Setelah beberapa menit, dia pun keluar dari kamar mandi dan melihat Lidya sedang menatap paper bag yang ada di depannya.
"Kok cuma di liatin aja? di buka dong." Ucap Arthur.
"Ehm...memangnya ini apaan kak? Punya siapa?" Tanya Lidya.
"Itu buatmu, buka lah." Ucap Arthur.
"Iya kak" Sahut Lidya.
Pada saat melihat isi paper bag maroon itu, dia melihat ada kotak perhiasan di dalamnya.
Dan saat di buka, alangkah terkejutnya dia mendapati satu set perhiasan berlian yang sangat cantik dan elegan, matanya berkaca -.kaca karena merasa terharu di berikan hadiah seperti itu.
"K-kaak... beneran ini buatku?" Tanya Lidya seakan tak percaya dan ingin meyakinkan dirinya.
"Bener...itu hadiah pernikahan kita." Ucap Arthur sembari memakai pakaiannya.
"Ta-tapi kak, kan kakak sudah memberiku uang tunai lima puluh juta sebagai mahar pernikahan kita, lalu kenapa kakak memberiku hadiah lagi? ini mahal banget lho kak." Tutur Lidya dengan mata berkaca - kaca karena terharu.
"Udaaah...terima aja. Besok aku mau pulang ke rumah ya, kamu jaga kesehatan, bila perlu kamu resign dari pekerjaanmu." Ujar Arthur.
"Sepertinya aku belum bisa resign kak, karena harus menghabiskan kontrak kerjaku selama lima tahun" Ucap Lidya.
"Tapi, apakah mereka masih bisa menerimamu, jika mengetahui bahwa kamu hamil?" Tanya Arthur.
"Besok saya akan membicarakan masalah ini kepada atasan saya, jika memang mereka menolak mempekerjakan saya karena sedang hamil, mau nggak mau saya harus resign dari pekerjaan saya dan membayar denda. Tapi, jika mereka masih berkenan untuk tetap mempekerjakan saya, saya akan tetap bekerja sampai saya melahirkan dan melanjutkan pekerjaan setelah menghabiskan masa cuti melahirkan." Tutur Lidya menjelaskan.
"Oke, itu hak kamu kok, jadi terserah kamu aja, yang penting kamu tetap bisa jaga diri dan jaga kesehatan." Ucap Arthur, dan Lidya pun hanya mengangguk dan tersenyum.
"Sekali lagi terima kasih ya kak, karena kakak sudah baik banget sama saya." Ucap Lidya.
"Iya, sama - sama. Oh iya, kamu cepetan mandi, setelah itu kita makan bareng dengan adik - adikmu, tadi aku udah beli makanan." Ucap Arthur.
"Iya kak" Sahut Lidya.
Utami mengambil handuk dan pakaiannya, kemudian keluar dari kamar.
Saat keluar kamar, dia senyum - senyum sendiri dengan perlakuan Arthur kepadanya, dia merasa tersanjung dengan semua hal yang telah di lakukan Arthur kepadanya.
"Kak...kok senyum - senyum sendiri? Kayaknya bahagia banget deh." Celetuk Laras.
"Eh- Laras ngapain kamu di situ?" Tanya Lidya saat melintas ingin ke kamar mandi.
"Lagi nungguin kakak, kak Arthur dan kak Lutfi soalnya aku udah lapar banget nih." Jawab Laras.
"Lutfi belum datang?" Tanya Laras lagi.
"Belum datang kak" Jawab Laras.
"Ya udah, tunggu bentar ya, kakak mau mandi dulu, habis mandi kita makan bareng, sambil nungguin Lutfi datang." Ujar Lidya.
Beberapa menit kemudian, Lidya pun keluar dari kamar mandi dan mengenakan daster rumahannya. Kemudian dia ke kamar untuk memanggil Arthur.
"Kak, ayo kita makan dulu." Ajak Lidya.
"Oke." Sahut Arthur yang kemudian berhenti memainkan ponselnya, dia pun keluar dengan membawa ponselnya.
"Lho, Lutfi belum datang?" Tanya Arthur.
"Belum kak, kita makan duluan aja yuk, idah lapar nih..." Tutur Laras.
"Ya udah yuk makan, tapi sisihkan dulu ya buat Lutfi." Ujar Arthur.
Saat ingin menyisihkan makanan buat Lutfi, ada yang mengetok pintu dan mengucapkan salam, dan saat pintu di buka, ternyata Lutfi yang datang, akhirnya mereka pun bisa makan bersama.
Setelah beberapa menit kemudian, mereka telah menghabiskan makanan yang ada.
Mereka duduk lesehan di ruang keluarga sembari menonton televisi.
Lutfi dan Laras bagaikan tom dan Jerry yang selalu saja berdebat dan susah akur.
Diam - diam, Arthur memotret mereka yang saling berdebat masalah sepele, dan senyuman manis Lidya pun tak luput dari jepretan kamera ponselnya.
Arthur juga mengambil video candid saat Lidya jadi penengah buat adik - adiknya.
"Lidya, kita ke kamar yuk." Ajak Arthur. Lidya hanya melongo.
"Cie...cie...pasti lagi mau bikin dedek ya, hehehe..." Ucap Laras menggoda Lidya dan Arthur.
"Hushh...iih anak kecil yang satu ini memang harus di bungkam mulutnya." Ujar Lutfi sewot sembari membekap mulut Laras dengan jemarinya.
"Udah Lutfi, jangan lakuin itu, kasihan adikmu." Ujar Arthur.
"Habisnya dia sih, suka banget nyeletuk asal - asalan." Sahut Lutfi. Arthur dan Lidya pun hanya menggeleng - gelengkan kepalanya.
"Ya udah, yuk Lidya, kamu harus istirahat di kamar, kalian jangan berantem lagi." Arthur mengajak sang istri ke dalam kamarnya.
Saat sudah berada di dalam kamar, Arthur meminta Lidya untuk duduk di atas kursi plastiknya dan Lidya pun menurutinya.
Arthur membuka kotak perhiasan itu, kemudian melingkarkan di jari tengahnya, di pergelangan tangan dan di lehernya, serta tak lupa memasangkan anting - anting di telinga Lidya.
Saat itu, Lidya sangat terkejut dengan perlakuan Arthur kepadanya. dia semakin tersanjung dan ada perasaan aneh yang menyelinap di kalbunya.
"Waah...kamu terlihat cantik banget memakai berlian ini, ini aku beli dengan kakakku sendiri, tapi dia memberiku gratis, tanpa harus membayar mahal." Ujar Arthur yang tak bisa berkedip melihat ke arah Lidya. Dia merasa bahwa Lidya adalah wanita tercantik yang pernah dia temui.
( Apakah yang akan terjadi antara Arthur dan Lidya? Ikuti terus kelanjutannya ya guys).