“Kau akan menjadi pacar eksklusifku selama batas waktu yang tak ditentukan. Rubah penampilan kuno-mu itu. Aku tak suka melihat penampilan burukmu itu. Jika kau menolak perjanjian ini, kau bisa mengundurkan diri dari perusahaanku,” ucap Dimitrei Uvarov—seorang CEO di mana Thalia Brown bekerja. Thalia yang sangat membutuhkan pekerjaan saat ini dan tak punya pilihan jawaban lain, akhirnya mengangguk setuju. “Baiklah, Tuan. Aku menerima dan tak menolak perjanjian ini.” Siapa yang bisa menolak pesona Dimitrei Uvarov— putra angkat dari seorang mafia kawakan yang cukup terkenal di dunia bawah. Namun, alih-alih melanjutkan usaha sang ayah angkat, Dom Petrov, yang terbilang sangat sukses, Dimitrei justru membangun dinasti kejayaannya sendiri meskipun semua modal dibiayai oleh ayah angkatnya. Melihat kehidupan sang ayah angkat yang selalu ditinggalkan wanita dan tak pernah mendapatkan cinta sejati, membuat Dimitrei tak berniat untuk menikah karena baginya itu adalah hal yang sia-sia. Namun, berbeda dengan Dom yang menginginkan Dimitrei membangun rumah tangga dengan wanita yang tepat. Kondisi kesehatan Dom yang memburuk membuat Dimitrei akhirnya menyetujui perintah Dom untuk menjalin hubungan dengan wanita yang akan diseleksi langsung oleh Dom. Dan pilihan itu jatuh pada pegawai culunnya yang memiliki kecerdasan di atas rata-rata yaitu Thalia Brown.
Follow ig : zarin.violetta
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon zarin.violetta, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Kegalauan Dimitrei
Dom kemudian melangkah mundur. "Jika kau memang tak serius dengan Thalia, maka aku lebih baik menjodohkan Thalia dengan keponakanku yang lain. Jangan menyesal jika aku membawanya kemari, Dimi. Aku benar-benar akan mengambil alih Thalia."
"What?? Kau mengancamku, Uncle?"
"Aku tak mengancammu, aku hanya ingin memastikan jika kau memang tak serius dengannya, maka aku yang akan mengambil Thalia untuk menjadi penerusku dengan menikahkannya dengan salah satu keluargaku sebelum aku mati."
"Keputusanmu benar-benar tak masuk akal. Bagaimana aku bisa—“
"Tak perlu banyak alasan, Dimi. Kau tahu aku, kan? Jadi putuskan sekarang atau kau benar-benar akan kehilangan Thalia," potong Dom.
Dimitrei semakin bingung dibuatnya dan berpikir sejenak.
*
*
Lama Thalia menunggu Dimi di luar. Thalia duduk gelisah di ruang tamu yang mewah menunggu keputusan Dom dan Dimitrei karena dia hanya mengikuti kesepakatan yang akan diajukan oleh Dimitrei nanti.
Jam di dinding berdetak pelan, seolah mengejek ketidaksabarannya. Dimitrei, kekasih kontraknya masih belum keluar dari ruangan itu, dan sedang berbicara dengan Dom di ruangan sebelah.
Suara mereka yang samar-samar terdengar tidak bisa menenangkan hati Thalia yang berdebar kencang.
Dari arah ruangan tengah, dua wanita yang tidak dikenal masuk dengan langkah pasti. Keduanya tampak anggun dan profesional, Thalia menatap mereka dengan bingung.
"Selamat siang, Nona. Kau pasti Nona Thalia, kami sudah menunggumu sejak tadi," sapa wanita yang lebih tinggi dengan senyum manis. "Namaku Emi, dan ini Lily. Kami datang untuk membantumu bersiap-siap."
"Bersiap-siap?" ulang Thalia dengan alis terangkat. "Untuk apa?" Namun Thalia berpikir bahwa mungkin dua wanita itu ingin mempersiapkan Thalia untuk pernikahan.
"Kau harus mengganti bajumu dengan gaun pernikahan. Ayo, kita harus cepat karena tamu sudah datang di area taman mansion," kata Lily dengan nada tegas namun sopan.
"Aku harus menunggu Dimitrei dulu."
Emi dan Lily saling berpandangan sebelum Emi menjawab, "Ini adalah perintah dari Tuan besar Dom. Kau harus secepatnya bersiap atau kami akan mendapat pinalti yang besar nanti akibat lalai."
Lily melangkah maju dan memegang lengan Thalia. "Kami hanya menjalankan tugas kami." Dan akhirnya Thalia berdiri.
"Maafkan kami, Thalia, tapi kami harus membawamu ke kamar untuk berganti pakaian. Asalkan kau sudah kami rias dan bersiap, kau bisa keluar lagi dan menemui Tuan Dom serta Tuan Dimitrei. Biarkan kami melakukan pekerjaan kami. Aku mohon," kata Emi dengan lembut namun tegas.
Akhirnya, Thalia menyerah dan tak ingin menyusahkan Emi dan Lily nantinya. Lalu Emi dan Lily membawanya ke sebuah kamar yang luas dengan cermin besar dan meja rias penuh alat kecantikan.
Di tempat tidur, terhampar gaun pengantin yang indah, berwarna putih gading dengan hiasan renda yang rumit.
"Aku ingin membersihkan tubuhku dulu karena aku baru menempuh penerbangan yang cukup lama," ucap Thalia.
"Baiklah, tapi jangan terlalu lama."
Thalia mengangguk dan Emi menunjukkan di mana kamar mandinya, kemudian Thalia masuk ke sana.
Thalia menatap ke arah cermin kamar mandi dan melihat dirinya sendiri. "Bagaimana ini? Semoga Dimi segera menyusulku kemari. Tak lucu kan jika aku sudah berdandan bak pengantin, tapi kemudian Dimitrei menarikku keluar dari mansion karena tetap tak setuju dengan pernikahan dadakan ini."
Thalia akhirnya benar-benar mandi dan sengaja berlama-lama untuk mengulur waktu agar Dimitrei segera datang mencarinya.
Namun lima belas menit kemudian, suara ketuka dari pintu kamar mandi mengejutkannya.
"Thalia, cepatlah! Tuan Dimitrei dan Tuan Dom sudah menunggu di taman!" teriak Emi.
Thalia mengernyit. "Apa? Jadi Dimitrei menyetujui pernikahan ini? Apakah ini akan menjadi kesepakatan baru kami nantinya?" gumam Thalia berbisik.
Ntar malam pertama dalih hanya kontrak pula,??hemmm