Adinda Khairunnisa gadis cantik yang ceria, yang tinggal hanya berdua dengan sang ayah, saat melahirkan Adinda sang bunda pendarahan hebat, dan tidak mampu bertahan, dia kembali kepada sang khaliq, tanpa bisa melihat putri cantiknya.
Semenjak Bundanya tiada, Adinda di besarkan seorang diri oleh sang ayah, ayahnya tidak ingin lagi menikah, katanya hanya ingin berkumpul di alam sana bersama bundanya nanti.
Saat ulang tahun Adinda yang ke 17th dan bertepatan dengan kelulusan Adinda, ayahnya ikut menyusul sang bunda, membuat dunia Adinda hancur saat itu juga.
Yang makin membuat Adinda hancur, sahabat yang sangat dia sayangi dari kecil tega menikung Adinda dari belakang, dia berselingkuh dengan kekasih Adinda.
Sejak saat itu Adinda menjadi gadis yang pendiam dan tidak terlalu percaya sama orang.
Bagaimana kisahnya, yukkk.. baca kisah selanjutnya, jangan lupa kasih like komen dan vote ya, klau kasih bintang jangan satu dua ya, kasih bintang lima, biar ratingnya bagus😁🙏🙏🙏
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon devi oktavia_10, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 14
"Ada apa ini pagi pagi, sudah ribut ribut?" Tanya pak rt yang sudah berada di rumah Adinda, kebetulan tadi dia di panggil oleh tengga Adinda, klau di rumah Adinda terjadi keributan.
"Pak Rt.! Lega Adinda, karena sudah ada pak rt.
"Ada apa Din?" tanya pak rt.
"Pak rt ngak usah ikut campur sam urusan saya!" pekik mama Rizka itu.
"Yang sopan tante, tolong hargai pak rt, dia tetua di kampung ini, yang harus tanta hormat.! kesal Adinda, orang tua di depannya itu tidak ada sopan sopannya.
Mama Rizka itu hanya mengedikan bahu acuh, dia kesal dengan kedatangan pak rt.
"Gini pak ceritanya." jawab Adinda menjelaskan semua masalah yang ada antara dia dan Rizka, dan kedatangan mama Rizka ke rumahnya sekarang, membuat pak rt mengangguk angguk dan sekaligus geleng geleng kepala.
"Begitu pak." ujar Adinda mengakhiri ceritanya.
"Astagfirullah, bu, ibu sadar ngak sih, apa yang ibu perbuat ini ada lah salah."
"Apanya yang salah! semu yang saya ucapkan benar kok, ini demi kebaikan Rizka anak saya, lagian sok sokan ingin jadi satu satunya, biasanya apa apa mau berbagi kok sama anak saya kenapa sekarang sombong banget, udah biasa kali di zaman sekarang laki laki punya dua wanita, bahkan tidak sampai empat di bolehkah dalam agama." ujar mama Rizka merasa benar.
Ucapan mama Rizka itu membuat pak rt tidak habis pikir, ada ya seorang ibu mendukung anaknya menjadi pelakor, dan sok sok an, mencari dalil.
"Jangan korbankan anak orang lain demi kesenangan anak ibu, heran hati ibu ini terbut dari apa sih, klau suami ibu yang mendua, mentiga, sampai mengempat ibu rela?" tanya pak rt.
"Pak rt jangan sembarangan ngomong ya, suami saya itu setia, dan ngak mungkin berpaling hati, dia itu cinta mati sama ya!" pekik mama Rizka marah.
"Tuh, ibu aja ngak mau suami ibu berbagi, apa lagi nak Adinda, lagian kan nak Adinda juga sudah putus sama pacarnya, kenapa ibu masih marah marah, harusnya ibu senang dong, mantan pacar nak Adinda sudah tidak menjalin hubungan lagi sama wanita lain, tinggal di pepet itu laki." ujar Pak Rt.
"Masalahnya, Dion ngak mau bertemu sama Rizka membuat anak saya mengurangi diri di dalam kamar, dia ingin Bertemu Dion, tapi Dionnya menolak dia!" pekik Mama Rizka.
"Itu mah urusan anak ibu sama Dion, kenapa ibu nyerang Adinda, yang harus ibu serang noh lakinya, bukan Adinda, sudah sana pulang, pagi pagi sudah ribut ribut di rumah orang!" usir pak rt.
"Itu gara gara anak ingusan itu! yang putusin Dion, coba mereka ngak putus, pasti anak saya masih bisa bersama nak Dion, sekarang, jangan kan bertemu, di telpon aja nomornya sudah tidak aktif." keluh mama Rizka.
"Itu sih DL tante, anak tante di bikin ngelunjak, Adinda kurang apa coba, selama ini apa apa yang Dinda beli, anak tante selalu di beliin, di sekolah atau pun pergi main kemana pun, Adinda selalu traktir anak tante, tapi anak tante ngak tau diri, di kasih hati minta jantung, tega teganya menusuk Adinda dari belakang, masa pacar sahabat yang sudah baik sama kita di ambil juga, itu orang ngak ada otaknya tante, coba cari deh teman sebaik Adinda di luar sana, jago klau ada tente, dan sekarang tante malah menyalahkan Adinda. Ck... Ck....!" sahut Lusi yang sudah muak dengan kelakuan mama Rizka itu.
"DIAM KAMU! kami tau apa anak kecil, yang namanya berteman ya wajar berbagi, apa lagi temannya mampu, sangat wajar kali!" kesal mama Rizka, karena di lawan sama anak kecil menurutnya.
"Ck, berbagi sih berbagi tante, tapi klau berbagi cowok, mungkin itu keinginan anak tante doang, klau Adinda dan kami ini, masih waras tante, hanya ingin jadi satu satunya."
"Sudah lah tante pulang sana, didik anak tante baik baik, jangan suka mengambil yang bukan miliknya, buktinya Dion sudah putus aja sama Adinda dia ngak mau menemui Rizka, bearti bukan salahnya Adinda dong, itu mah salah anak tante yang sudah merusak hubungan orang, dan di tinggal malah ngak terima, padahal Adinda sendiri sudah melepaskan cowok itu, kenapa anak tante masih ngak mendapatkan, bearti yang salah itu diri anak tante, jadi. Jangan perang salahain orang lain." sewot Lusi.
"Sekarang tante pulang sana, pagi pagi sudah heboh di rumah orang, mending suami tante di bikinin sarapan dulu sana, takutnya ke duluan tetangga yang ngasih makan, kan bahaya tante, apa tante ngak ngereog lagi nanti, trus lihatin anaknya, takut bundir dia, karena ngak bisa jadi pacar Dion, dia tetap jauh di bawah level Adinda yang cantik dan baik hati ini." cibir Lusi.
"Awas kamu ya!" tunjuk Mama Rizka kepada Lusi, marah sungguh marah dia sama Lusi, karena anak itu selalu saja membuat dia kesal dan mati kutu. Mama Rizka itu lansung melangkahkan kakinya dari rumah Adinda itu, lama lama di sana, yang ada dia semakin di billy sama anak kecil itu.
"Aduh, pak rt, maaf ya, pagi pagi sudah berisik." ucap Adinda tidak enak hati.
"Sudah ngak pa apa nak, bukan kamu yang salah, dia aja yang kurang se ons, dari dulu pengennya selalu pengen di lihat paling waw, selalu ingin mendapat yang terbaik, nyatanya ngak ada tuh yang terialisasi satu pun, selain congornya yang selalu bikin orang kesal." sahut pak rt malah ngegosip.
"Pak rt bisa aja, ehh... tapi ibu ibu di sini kok ngak ada yang ngumpul sih, kek kampung kampung lain, klau lagi ada apa apa lansung heboh dan lansung menonton sambil bawa kacang sama kopi, biar seru nonton dramanya." heran Lusi melihat sekitar.
"Bukan ngak nonton neng, tuh pada ngumpet di balik pager, ngak lihat tuh di balik sela sela itu banyak mata, tapi males aja nonton dari dekat. udah tau siapa biang keroknya, dan yang di labrak anak kecil pulang." kekeh Pak rt, pas Lusi mengedarkan pandangannya, memang banyak ibu ibu, bahkan bapak bapak ikutan nonton, karena sudah ketahuan mereka keluar dengan cengiran tanpa dosa.
"Hehehe... Ketauan kita." kekeh bu Muna.
"Ck, si ibu mah, bisanya ngintip doang, kenapa ngak pada ikutan sih tadi." canda Lusi.
"Males neng ikutan sama dia, ngak kelar kelar nanti sampai dua hari dua malam." kekeh Bu Muna.
"Hahaha... Bisa aja si ibu, udahlah bubar sana, ngak asik ibu mah, pulang lah buat sarapan.
"Udah selesai neng kita sarapan, noh lihat sudah nanyak bungkus nasi uduk sama lontong sayur, dagangan mang idin jadi laris manis, lansung habis itu." kekeh bu Marni.
"Iya neng, ributnya neng bawa berkah buat mamang." mang idin malu malu.
Lusi dan adinda tepok jidat melihat kelakuan warga di sana, kirain warga yang tidak kepo, ternyata lebih absurd dari warga lainnya.
"Dahlah bubar bubar sana!" usir pak rt.
"Iya pak ini kita mau pulang." sahut mereka beramai ramai membubarkan diri.
"Wooiii... Jangan kabur kalian! ini sampahnya pada di rapiin ini!" pekik Bu Anin.
"Aduhhh... Bu sudah siang ini, jemuran saya belum di keluarin.
"Anak saya mau ***** bu."
"Suami saya mau berangkat kerja."
Para warga itu lansung ngibrit satu persatu menuju rumah masing masing, takut di suruh bersih bersih di rumah bu Anin.
"Ahhh.. Ngeselin kalian semua, tau gitu saya ngak sediin bangku sama minum tadi!" sewot bu Anin, Adinda dan Lusi hanya terkekeh melihat drama itu.
"Ya udah neng, bapak pulang dulu ya." ujar pak rt.
"Ngak sarapan dulu pak." sahut Adinda.
"Nanti aja di rumah, ibu sudah bikin sarapan buat bapak." tolak pak rt.
Adinda mengangguk tanda mengerti.
Bersambung.....