Tunangannya sama Luna, menikahnya sama Zenata. Kok bisa?
Lalu bagaimana dengan Luna? Apakah Athala akan memaafkan Zenata atas kecelakaan ini? Atau hanya akan membuat Zenata menderita?
Kisah cinta yang rumit antara dendam dan penyesalan.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Desty Cynthia, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
CEO Pengganti
"Ayolah sayang mau yah? Kan mas belum bisa kerja." Athala berusaha membujuk istrinya untuk menggantikan meeting bersama Vina. Jelas saja Zena enggan. "Aku enggak bisa mas enggak ngerti juga."
Athala sedikit kecewa karena istrinya tak mau menggantikan nya padahal sewaktu kuliah jurusan mereka sama. Harusnya Zena juga paham soal bisnis. Zena diam dan menunduk "Aku enggak ngerti mas bukannya enggak mau." Ucap Zena dengan lembut.
"Berarti mau kan? Ya udah sini aku ajarin, kamu kan kuliah di jurusan yang sama kayak aku. Pasti bisa."
Athala mendudukan istrinya di kursi kerjanya dan membuka laptop. Dia mengajarkan sedikit demi sedikit pada istrinya agar tak terlalu stress.
Zena dan Athala nampak serius di ruang kerja Athala. Sudah seperti boss dan karyawan. "Tunggu! Mas kok kayak lelaki penggoda yah dibawah sini." Kata Athala dengan posisi di bawah kursi istrinya. "Hahahah lagian kenapa juga mas jongkok."
"Ya udah sini." Athala bangun dan menyuruh istrinya berdiri. Dia duduk dan menarik istrinya dipangkuannya.
"Gini kan enak, aduh sayang...ih si Junior diem enggak?" Gerutu Athala karena kali ini Juniornya bangun di saat yang tak tepat.
"Hahahaha ya ampun mas...aku mencintaimu mas. Tetap seperti ini." Zena menghirup ceruk leher suaminya dalam dalam.
"Jangan mancing sayang...eum gemes deh!" Athala malah meremas bo***g istrinya.
Bukannya meneruskan pekerjaannya malah keduanya asyk berciuman, apalagi bibir Athala sudah menjalar ke leher istrinya. "Ahhh...mas jangan di sini, nanti aku ganti bajunya gimana?" Zena meremas rambut suaminya dengan lembut sembari mendesah. "Tapi mas udah enggak kuat sayang."
CEKLEK
"Astaghfirullah...!" Juna tiba-tiba membuka pintu ruangan itu dan menutup matanya. Zena dan Athala reflek menoleh dan berbalik merapihkan pakaian mereka.
"Syalan kau!!! Balik badan!" Teriak Athala. Dia segera membetulkan kancing gamis istrinya dan juga hijab istrinya.
"Aduh mas aku malu...mas sih kan aku bilang jangan di sini."
Juna masih dengan posisinya memunggungi mereka sembari menutup matanya. "Gawat nih...bisa-bisa bonus bulan sekarang di potong yaelahhh." Gumam Juna batinnya.
"Ayo sayang! Dasar kampret si Juna, tunggu kau di sini." Athala membawa istrinya ke kamar dulu, lalu Juna buru-buru duduk sembari mengusap-ngusap dadanya.
"Astaghfirullah...mata hamba yang masih suci ini ternodai."
Papih Al datang bersama Ray, mereka masuk ke ruang kerja anaknya. Lalu melihat Juna sedang ngedumel. "Ehm! Kau kenapa?" tanya Ray.
Juna terperanjak kaget "Astaga! Maaf boss, saya kira enggak ada siapa-siapa." Jawab Juna "Athala mana?" Tanya papih Al. "Nanti ke sini boss, biasa ngelonin non Zena dulu mungkin."
Papih Al menggelengkan kepalanya dan duduk di sofa, mereka bertiga membahas pekerjaan. Tak lama Athala datang dan duduk bersama. "Jadi, kamu mau Zena yang menggantikanmu sementara?" Tanya papih Al.
"Iya pih, sementara aja kok sampai Atha benar-benar sembuh. Kepala Atha masih suka pusing pih, kemarin di periksa katanya udah enggak masalah, itu pengaruh obatnya." Jawab Athala.
"Oke...papih setuju! Juna akan mendampingi dan juga sekertaris kamu. Lagi pula Zena anak yang pintar, papih yakin dia bisa membawa keberuntungan."
-
-
-
Hari ini Zena sudah siap dengan penampilan barunya yang lebih fresh. Athala mencium ceruk leher istrinya "Cantik banget sayang, jangan cantik-cantik donk nanti kalau ada klien yang suka gimana?" Athala menyebikkan bibirnya.
"Mas yang paling tampan." Zena mencium dulu suaminya sebelum pergi bekerja. "Doain ya mas, semoga aku enggak buat malu mas dan papih." Ucap Zena dengan gugup.
"Pasti sayang, kamu pinter dan cerdas, aku yakin kamu pasti bisa."
Juna sudah siap di bawah, Athala mengantar istrinya ke bawah. "Jangan terlalu capek ya sayang, pokoknya jam makan siang pulang." Kata Athala sembari memeluk istrinya didepan Juna.
"Hei kau! Jaga istriku."
"Siap boss! Mari non!"
-
-
-
Sebetulnya Athala hanya meminta istrinya untuk bertemu Vina hari ini. Tapi malah sekalian memimpin meeting bersama para petinggi dan itu di setujui oleh papih Al juga. Dengan langkah yang anggun dan tegas Zena datang bersama Juna juga didampingi sekertaris suaminya Rani.
Bak seorang artis kini Zena menjadi pusat perhatian di kantor. Semua mata tertuju padanya. Tak ada lagi Zena yang lemah dan lugu. Kali ini hanya ada Zenata wanita yang tegas dan berwibawa.
Juna membuka kan pintu ruang meeting dan mengenalkan Zenata sebagai CEO pengganti sementara selama Athala menjalani pengobatan. Papih Al dan om Bastian sangat bangga sekali dengan Zena hari ini.
Rani pun mempersilahkan Zenata untuk presentasi di depan di saksikan para petinggi dan juga pegawai disana. Sesuai ekspektasi, Zena memang pintar dan cerdas. Dia mendapat tepuk tangan, semua yang ada di sana puas dengan hasil yang didapat selama meeting. Zena juga sebenarnya sedikit gugup tapi demi suaminya, dia akan berjuang.
"Wowww hebat sekali menantu anda pak Alarich. Pantas saja Athala menikahinya." Ucap salah seorang petinggi di sana.
"Benar sekali, dia punya gagasan yang bagus untuk proyek kita ini." Sahut investor yang juga menimpali.
Papih Al tersenyum hangat melihat menantunya. Tentunya dia bangga sekali. Zena tersipu malu mendapat banyak pujian. Namun tetap saja hatinya degdegan. Tangannya sudah keringat dingin.
-
-
Selesai meeting Zena ke ruangan suaminya, tak lama Rani ke dalam membawa tamu yaitu Vina. "Silahkan duduk!" Ucap Zena dengan ramah. Padahal hatinya sangat dongkol.
"Loh kok kamu? Athala mana?" Tanya Vina yang celingukan.
"Suami saya ada dirumah, kita bisa mulai meetingnya. Saya sibuk harus segera pulang, kasian suami saya enggak bisa makan kalau saya enggak ada saya." Ucapan Zena sangat menohok bagi Vina.
"Lebih baik kita batalkan! Aku enggak sudi yah."
"Ran, batalkan! Nanti kamu tolong lapor sama pak Alarich yah. Tidak masalah bu Vina. Toh bukan perusahaan suami saya yang rugi. Kalau sudah tidak ada lagi keperluan, saya mau pulang, suami saya sudah telepon!" Zena makin sengaja memanasi Vina sembari memperlihatkan ponselnya, ternyata memang benar Athala menelepon.
"BRENGSEK! KAMU ITU CUMA WANITA RENDAHAN! KAMU ENGGAK PANTAS SAMA ATHALA."
"Oh iya? Masa? Kamu ngomongin diri kamu sendiri?" Jawab Zena sembari cekikikan. Vina merasa di permalukan, dia bahkan tak bisa menjawab. Ketika tangan Vina ingin menampar Zena, ada seseorang yang menahannya.
PLAK
Vina reflek memegang pipinya yang panas. Ternyata ada mamih Aleesya datang ingin menjemput menantunya. Zenata hanya bisa melongo melihat keberanian mertuanya.
"BRENG_" Ketika Vina ingin mengumpat ternyata yang menamparnya mamih Aleesya.
"Jangan pernah mengganggu rumah tangga anak dan menantu saya. Kamu itu sama dengan Luna. Sama-sama licik! Silahkan kamu keluar! Untuk kerjasama saya batalkan!" Ucap mamih Aleesya dengan menyeringai.
"Awas ya kalian!! Akan ku balas!" Vina keluar dengan amarah yang memuncak, dia bersumpah akan membalas perlakuan Zenata dan mamih Aleesya.
PROK PROK PROK
Rani tepuk tangan dan mengacungkan 2 jempol. "Keren bu boss hahaha!" Ucap Rani dengan sumringah. "Hahaha makasih ya Ran, ayo kita makan siang dulu. Kamu juga ikut." Mamih Aleesya mengajak Rani juga.
"Iya mamih hehehe!"