NovelToon NovelToon
Stuck On You

Stuck On You

Status: sedang berlangsung
Genre:Cintamanis / CEO / Cinta Seiring Waktu / Cinta Murni
Popularitas:2.1k
Nilai: 5
Nama Author: _Sri.R06

Kehidupan Agnia pada awalnya dipenuhi rasa bahagia. Kasih sayang dari keluarga angkatnya begitu melimpah. Sampai akhirnya dia tahu, jika selama ini kasih sayang yang ia dapatkan hanya sebuah kepalsuan.

Kejadian tidak terduga yang menorehkan luka berhasil membuatnya bertemu dengan dua hal yang membawa perubahan dalam hidupnya.

Kehadiran Abian yang ternyata berhasil membawa arti tersendiri dalam hati Agnia, hingga sosok Kaivan yang memiliki obsesi terhadapnya.

Ini bukan hanya tentang Agnia, tapi juga dua pria yang sama-sama terlibat dalam kisah hidupnya.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon _Sri.R06, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Rencana Shena

Lapar!” Agnia terus memegangi perutnya, mencoba untuk tidur pun rasanya sangat sulit. Dia mengambil ponselnya saat sebuah notifikasi terdengar lagi. Ya, sudah beberapa kali, dan Agnia baru melihatnya lagi sekarang.

“Dia lagi?! Apa dia tidak memiliki pekerjaan sampai mengganggu waktu tidur seseorang!” Agnia sudah tidak memperdulikan hal itu karena perutnya yang lapar membuat Agnia benar-benar tidak bisa memikirkan hal lainnya. Karena itu, untuk menghindari kebisingan karena notifikasi yang bisa saja terus berbunyi, Agnia memilih untuk memblokir nomor itu.

.

.

Agnia baru saja memejamkan matanya, meredam kebisingan dari dunia luar saat sebuah ketukan pintu terdengar. Bulu matanya yang lentik itu bergerak, Agnia sudah membuka mata dan melihat ke arah pintu kamarnya. Bagus! Sekarang siapa lagi?!

Dengan gerakan malas, Agnia tetap bangun. Dia berjalan ke arah pintu. Dan, saat pintu itu dibuka penampakan pria yang tadi membuatnya kesal kini berada di depan matanya. 

Sekarang, bagaimana caranya Agnia bisa menahan diri lagi. 

Daniel tersenyum, menunjukkan deretan giginya yang rapi. Melihat wajah ditekuk wanita yang baru saja dia kenal itu, ternyata dapat menjadi hiburan tersendiri baginya. Daniel berdehem sekali untuk menetralkan ekspresinya yang nyaris terbahak.

“Begini ….” Daniel menyodorkan makanan di atas nampan dengan segelas susu di sana. Membuat Agnia mengangkat sebelah alisnya. “Aku tidak memiliki mie instan, jadi menggantinya dengan roti. Juga segelas susu untukmu!”

Agnia menyipitkan matanya. “Kenapa kamu melakukannya?” tanyanya.

“Tentu saja aku terpaksa!” bisiknya dengan suara kecil.

“Apa?”

“Tidak ada!” Daniel segera tersenyum, menunjukkan ketulusannya. Meski begitu, dilihat dari sudut manapun, Daniel ini cukup mencurigakan.

“Ambil saja, ini. Sebagai balasan karena kamu telah memberikan makananmu tadi.”

Agnia memutar bola matanya. Apa katanya? Memberikan?! Jelas-jelas dia mengambilnya secara paksa!

Tapi Agnia tetap tersenyum, setelahnya mengambil nampan berisi makanan itu. Oke, itu sudah cukup. Sepertinya Daniel adalah pria yang cukup pengertian.

“Terima kasih, padahal kamu tidak perlu melakukannya.”

“Bukan masalah,” Daniel menjawab santai. Padahal dalam hatinya sudah menggerutu. Jika aku tidak melakukannya, orang itu akan menerorku habis-habisan!

Jika mengingat beberapa menit sebelumnya. Daniel nyaris terkena serangan jantung, saat dia baru saja membuka pintu, berniat memasuki kamarnya, tiba-tiba saja Abian malah mencengkram bahunya membuat Daniel merasakan aura gelap yang kini mengelilinginya.

Belum lagi, tepat saat dia berbalik, Abian sudah menatapnya dengan tatapan datar namun terasa mencekam untuk Daniel. Merasa ada sesuatu yang mengancam nyawa, Daniel tersenyum bodoh dan mempertanyakan kesalahannya. “Kenapa, ya, Kak?” tanyanya, masih dengan cengiran tak bersalahnya di sana.

“Berikan makanan ini pada Agnia,” kata Abian.

Saat itulah dia baru sadar, kalau Kakaknya itu ternyata membawa nampan berisi roti dan segelas susu.

“Kenapa harus aku?” tanya Daniel polos.

“Jadi harus aku yang mengantarkannya?!” Abian menekankan setiap kata, tatapannya juga mengarah pada cup mie instan yang diambil oleh Daniel dari Agnia tadi.

Merasa situasinya semakin gawat, dengan cepat Daniel menggeleng. “Tidak!” Daniel mengambil alih nampan berisi makanan di tangan Abian. “Biarkan aku yang melakukannya, Kak. Makanan ini akan sampai dalam 2 menit.”

Abian menepuk bahu Daniel dua kali, sebelum berkata, “Bagus. Lakukan dengan benar, kamarnya adalah pintu ke 4 dari arah tangga.” Setelah mengatakan itu Abian pergi begitu saja meninggalkan Daniel dengan perasaan yang dipenuhi rasa jengkel.

“Kenapa tidak dia saja yang melakukannya?!” gumam Daniel setelah melihat Abian menghilang di balik tembok.

.

.

“Kenapa?” Agnia melambaikan tangannya di depan wajah Daniel.

Daniel tersentak, dia tersadar dari lamunannya. Membayangkan bayangan Kakaknya yang mungkin akan marah besar jika Daniel tidak mengantarkan makanan itu, rasanya terlalu mengerikan. 

Jadi dengan itu, ia lantas tersenyum menunjukkan deretan giginya yang rapi. “Bukan apa-apa. Sepertinya seseorang sangat peduli tapi tidak memiliki keberanian,” kata Daniel. “Memang pengecut,” lanjutnya dengan suara kecil, nyaris seperti berbisik.

Setelah berpamitan dan mengucapkan selamat makan, Daniel segera berbalik. Namun jantungnya seolah melompat keluar saat melihat Abian sedang berdiri tidak jauh dari tempatnya saat ini. Melihat tatapan dingin sang Kakak Daniel hanya mampu menunjukkan cengiran khasnya, bertanya-tanya apakah barusan Abian mendengar perkataannya yang terakhir atau tidak.

***

Pagi harinya, Agnia sudah mencari kesibukan dengan meminta pekerjaan pada Nek rima. Beruntung, Nek Rima membiarkan Agnia membantu meskipun rasanya tidak enak membiarkan Agnia mengerjakan pekerjaan yang sulit.

“Sudah, Nak Agnia. Nenek bisa sendiri, Kok.” Nek Rima tampak segan saat Agnia masih membantunya untuk membereskan barang di gudang. Rencananya, semua barang-barang itu mau dipindahkan ke tempat lain. Karena gudangnya mau dibersihkan dulu. Agnia yang memang hari itu tidak memiliki kesibukan di luar, memilih untuk membantu Nek Rima dengan pekerjaannya.

“Tidak apa-apa, Nek. Agnia mau bantu. Lagian juga Agnia sedang tidak ada kerjaan sekarang. Dari pada diam saja, mending bantu Nenek beres-beres,” katanya, langsung mengangkat kardus berisi barang-barang yang tidak terlalu berat, membawanya ke luar dari gudang itu.

Agnia baru saja akan menuruni tangga saat dia melihat Shena sudah berdiri di sampingnya. Wanita itu baru menaiki tangga terakhir. Mereka bertatapan sejenak, sebelum dengan gerakan tiba-tiba Shena memepet ke arah Agnia. Hal itu membuat Tubuh Shena hampir terjerembab ke belakang. Namun di sana, Agnia justru melihat sesuatu yang janggal. Bukannya wajah khawatir yang diperlihatkan oleh Shena, namun justru seringai yang muncul di bibirnya. 

Menyadari jika ini adalah rencana yang juga dibuat wanita itu. Agnia segera menangkap tangan Shena sebelum wanita itu benar-benar terjatuh. 

Namun saat itu, Agnia tidak langsung menariknya, dia lebih senang bermain-main terlebih dulu. Sekalian menyadarkan wanita itu dari perbuatan bodoh yang barusan akan dia lakukan. 

“Apa yang kamu lakukan?” Shena membulatkan matanya. Rencananya seharusnya berjalan lancar. Menjadikan Agnia yang bersalah atas apa yang terjadi pada dirinya.

Namun Agnia justru menatap dengan tenang. “Kalau aku lepas tangan kamu. Dari ketinggian ini, setidaknya kamu akan mengalami patah tulang, gegar otak ringan, dan pasti badan kamu juga akan terasa sakit-sakit. Lebih baik jika muka kamu juga tidak tergores. Jadi bagaimana? Ingin aku lepas atau—”

Shena membulatkan mata, memperingati Agnia dengan beringas. “Tarik! Cepat tarik aku Agnia! CEPAT TARIK!”

“Oke!” Agnia langsung menarik Shena dalam sekali tarikan. Sementara itu Shena nampak menghentak-hentakkan kaki karena tidak berhasil dengan rencananya. Dia menatap sinis Agnia sebelum memilih pergi dari sana dengan perasaan kesal.

Agnia menghela napas, dia mengeratkan pegangannya pada kardus berisi barang-barang itu. Beruntung ukuran benda itu tidak besar dan tidak terlalu berat, sehingga saat membantu Shena tadi, Agnia tidak kesulitan saat harus memeluk Kardus itu dengan satu tangan.

Saat Agnia akan melangkahkan kaki, dia meringis kecil. Agnia baru tersadar, kakinya terkilir akibat menahan bobot Shena saat posisi berdirinya tidak benar.

“Sshh! Sakit.” Sembari menahan sakit di pergelangan kakinya, Agnia tetap melanjutkan langkahnya menuju gudang lain yang ada di lantai bawah. Meskipun harus dengan langkah yang lebih hati-hati.

***

Siang harinya Agnia akan keluar untuk membeli beberapa barang. Dia juga sudah kehabisan stok makanan. Agnia baru saja akan melewati pintu utama saat tiba-tiba saja Abian datang menyusulnya dari belakang.

“Mau ke mana?” Agnia spontan berbalik, Abian sudah berdiri di sampingnya saat itu.

“Membeli sesuatu,” jawabnya.

“Ayo.” Abian malah sudah pergi lebih dulu membuat Agnia merasa dejavu dengan kejadian ini. Rasanya … sebelum ini dia juga pernah mengalaminya!

Namun Agnia yang sudah paham apa yang Abian maksud mengikuti pria itu dengan tenang. Mungkin Abian juga ingin membeli sesuatu hingga mengajaknya untuk pergi bersama. Betapa baiknya Abian!

Namun di sisi lain, Shena tengah berdiri di lantai atas bersama Felicia. Mereka sama-sama melihat interaksi singkat itu, namun Shena justru sudah menyimpan amarahnya di dalam hati. Sementara Felicia tampak memasang wajah datar tanpa ekspresi. Tidak ada yang tahu apa yang dipikirkan wanita itu.

Shena berdecak, dia meraih lengan Felicia dengan manja. 

“Tante sekarang lihat sendiri, kan, bagaimana Agnia? Bahkan Abian sampai mau sedekat itu dengan dia. Pasti wanita itu memiliki maksud lain, karena itu dia mendekati Abian.”

1
Jam Jam
ceritanya bagus ka, dilanjut ya kak. Semangaaat
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!