Hidupku semula baik-baik saja, tapi ketika aku berani melanggar aturan keluarga.
Semua berubah. ketika aku masuk kedalam kamar mendiang nenek dan kakekku, aku menemukan sebuah novel usang berdebu.
Ketika aku membuka sampul novel bercahaya, cahaya itu membuat mataku perih dan secara refleks terpejam.
Namun ketika aku membuka mata, aku tidak berada di kamar mendiang kakek dan nenek. Aku berada di sebuah kamar asing.
Seketika ingatan yang bukan milikku memenuhi memoriku. Ternyata aku memasuki novel usang itu, dan bagaimana mungkin aku harus terjebak di peran figuran yang hanya satu kali namanya di sebutkan sebagai mantan dari seorang pemeran utama laki-laki kedua!!
Cover from pinterest
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Siti Maryati, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Chapter 12
Lila membuka mata secara perlahan, menatap dengan pikiran masih kosong karena baru bangun dari tidurnya. Lila merasakan bahwa perutnya seperti sedang di timpa sesuatu yang berat.
mengerjapkan mata lagi, dan selanjutnya dia melirik kearah perutnya. Disana terlihat tangan berotot sedang melingkar di atas perutnya.
Lila hampir berteriak karena saking terkejutnya, dia kemudian melepaskan tangan berotot itu setelahnya dia bergegas bangun dari tidurnya. Berdiri di samping ranjang, menatap tak terkejut karena mendapati derrrien tidur di atas ranjang tempatnya tidur.
Ini dimana? Dan kenapa bisa aku tidur bersama derrrien? Pikir Lila heran.
Mata Lila mengitari kamar derrrien, ketika dia melihat tas dan sepatu miliknya. Lila segera bergegas menghampiri tempat tas dan sepatunya berada.
Menggendong tas di punggung lalu membawa sepatu di tangan kanannya, dia melangkah pelan kearah pintu keluar kamar, Lila memegang knop pintu, kemudian memegang knop dan memutar nya.
Pintu tidak terbuka, Lila terus saja memutar knop pintu tapi tetap tak bisa.
Derrrien sebenarnya sudah bangun dari tidurnya, ketika Lila melepaskan tangannya yang melingkari perut Lila. Derrrien memandang geli karena kelakuan Lila.
"percuma nggak akan terbuka" derrrien berucap santai seraya menyandarkan punggungnya di sandaran ranjangnya. Dia terkekeh geli melihat wajah Lila yang terlihat menahan kesal kearahnya.
"mana kuncinya? aku mau pulang" Lila berjalan mendekat kearah derrrien, dia menyodorkan tangan meminta kunci.
bukannya memberikan kunci, derrrien malah menarik tangan Lila dengan cukup keras. Lila jatuh ke pelukan derrrien, sepatu di tangannya melayang keatas lalu terjatuh ke lantai dengan keras.
Tas di punggung Lila berhasil membuat jarak antara Lila dan derrrien. Dan derrrien tak senang akan hal itu, di melepaskan tas Lila lalu menjatuhkannya kelantai.
"lepas derrrien, aku mau pulang" kali ini Lila tak memberontak, karena menurut Lila akan percuma. Dia pasti akan selalu kalah dari derrrien.
"mandi dulu sana, nanti aku anterin kamu pulang. Dan panggil aku rien, ila. Sekali lagi kamu panggil aku derrrien, aku bakal hukum kamu" derrrien memeluk erat perut Lila dari belakang, dia sesekali mengecup puncak kepala Lila.
"oke fine, aku mandi. Sekarang lepasin pelukannya" Lila menghela napas pasrah, dia memutuskan akan menurut kepada derrrien. sampai dia bisa kembali kerumahnya.
derrrien melepaskan pelukannya "bajunya udah aku taro di kamar mandi ya" derrrien mengelus rambut Lila lembut.
Lila kemudian bangun dari duduknya dan berjalan menuju kamar mandi, Lila mengecek seluruh area kamar mandi. Dia takut ada kamera tersembunyi disini, dan untungnya tidak ada kamera.
Lila keluar dari kamar mandi setelah 15 kemudian, Lila mengenakan sebuah dress berlengan pendek, panjang dress itu pas selututnyadi. Dress berwarna soft pink polos.
Lila membawa paper bag yang berisi seragam dan rok sekolahnya, dia duduk di sopa. Dia tadi tidak membasahi rambutnya karena ingin cepat-cepat menyelesaikan mandinya, rambutnya di ikat asal.
"udahkan, ayo cepetan anterin aku pulang" Lila menatap kesal kearah derrrien yang masih sibuk memainkan ponselnya.
Pasti lagi chatting sama Emira tuh batin Lila dongkol, Lila bukan cemburu, tapi Lila merasa kesal karena derrrien membuat dia menunggu.
Derrrien yang tadinya fokus membalas chat teman-temannya, menolehkan kepalanya ketika mendengar suara Lila. Dia memandang Lila dengan terpesona, walaupun Lila hanya mengikat asal rambutnya. Lila tetap terlihat sangat cantik di mata derrrien.
Derrrien turun dari tempat tidurnya, dia memasukkan ponselnya ke kantong celananya. Berjalan menghampiri Lila, menarik bangun Lila dari duduknya.
kemudian dia menarik Lila agar berjalan disampingnya, Lila hanya pasrah mengikuti langkah derrrien.
Derrrien mendudukkan Lila di kursi belajarnya, dia membuka laci yang ada di meja belajarnya. Derrrien mengambil kotak dari laci itu, kotak itu berisi sisir dan aksesoris rambut yang sengaja derrrien siapkan untuk Lila.
Derrrien menyisir rambut Lila, kemudian di mengepang satu rambut Lila. Derrrien melakukannya dengan hasil yang rapi, dia sengaja belajar cara hair style dari wartobe.
Wartobe adalah aplikasi yang berisi berbagai macam video.
Lila menatap takjub kepada derrrien, seorang derrrien bisa mengepang rambut, sangat sulit di percaya batin Lila takjub.
"gimana bagus kan, aku baru pertama kali mengepang rambut cewek" derrrien tetap berdiri di belakang kursi Lila.
Lila mendongakkan kepalanya menatap derrrien santai "lumayan, aku mau pulang" Lila memandang derrrien dengan wajah lelahnya.
Derrrien yang melihat itupun segera mengelus lembut kepala Lila "ayok" mengambil tangan Lila untuk di bawa ke genggamnya.
Lila hanya mengikuti saja, derrrien membawa Lila untuk turun menggunakan lift. Sekarang mereka ada di lantai 3.
Ting
Bunyi lift yang sudah sampai tujuan, yaitu lantai 1. Derrrien membawa Lila kearah ruang makan.
Dan lagi-lagi dia hanya bisa pasrah, mau kabur juga percuma karena ini adalah daerah kekuasaan derrrien.
Kalila pov
Derrrien terus menarikku, entahlah dia mau membawaku kemana. yang pasti ini bukan kearah pintu luar, karena selama berjalan aku tak melihat adanya pintu luar. yang ada hanya sebuah lorong, derrrien membawaku masuk kedalam sebuah pintu.
Dibukanya pintu oleh bodyguard yang sedang berjaga di depan sana, di dalamnya adalah ruang makan, terlihat juga disana ada sepasang manusia, yang terlihat sedang menunggu seseorang.
Seperti mereka adalah mama dan papa derrrien.
"Derry kamu bawa siapa nak" wanita itu berbicara dengan nada lembut pada derrrien.
"calonnya derrrien mah" aku sontak menatap kearah derrrien dengan terkejut.
Aku menginjak kaki derrrien dengan kencang, bisa-bisanya dia berbicara seperti itu dengan santainya.
Derrrien tidak merespon sama sekali, dia masih dengan wajah santainya mengajakku duduk di kursi makan.
Posisi duduk
Mama derrrien
Papa derrrien
derrrien aku
"halo om, Tante. Nama aku Kalila. Aku temen derrrien bukan calonnya" aku menatap mereka dengan canggung. aku mencoba memaksakan senyumku.
Muka mama dan papanya derrrien yang sempat terkejut mendengar ucapan derrrien, kini sudah santai kembali.
"halo Kalila, nama Tante Laras. Tante adalah mamanya derrrien, salam kenal ya" mama derrrien tersenyum menatap kearah ku, aku membalas senyumnya.
"kasian sekali kamu nak, tidak diakui sama orang yang kamu suka" Tante laras menatap jail kepada derrrien yang hanya di balas dengusan malah ole derrrien.
"dan juga ini suami Tante alias papanya derrrien, nama dia Damian" aku mengangguk mengerti lalu aku tersenyum menatap Tante dan om.
Om Damian terlihat tidak peduli, dia hanya menatap datar padaku tanpa niat ingin mengajakku bicara, hal itu membuat ku canggung.
Apalagi ketika para maid di rumah derrrien sedang menata makanan di meja makan. Om Damian terus menatap menyelidik dan menilai kepadaku, aku menundukkan kepalaku. Aku sungguh merasa tidak nyaman berada disini.