Aira menikah dengan pria pujaannya. Sayang, Devano tidak mencintainya. Akankah waktu bisa merubah sikap Devan pada Aira?
Jaka adalah asisten pribadi Devan, wajahnya juga tak kalah tampan dengan atasannya. hanya saja Jak memiliki ekspresi datar dan dingin juga misterius.
Ken Bima adalah sepupu Devan, wajahnya juga tampan dengan iris mata coklat terang. dibalik senyumnya ia adalah pria berhati dingin dan keji. kekejamannya sangat ditakuti.
Tiana adalah sahabat Aira. seorang dokter muda dan cantik. gadis itu jago bela diri.
Reena adik Devan. Ia adalah gadis yang sangat cerdas juga pemberani. dan ia jatuh cinta pada seseorang yang dikenalnya semasa SMA.
bagaimana jika Jak, Ken, Tiana dan Reena terlibat cinta yang merumitkan mereka.
Devan baru mengetahui identitas Aira istrinya.
menyesalkah Devan setelah mengetahui siapa istrinya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Maya Melinda Damayanty, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
IJINKAN AKU MENCINTAIMU 27
Malam ini Devan telah memberitahukan pada Aira dan mamanya, jika ia tidak bisa pulang. Sebuah pekerjaan mendadak mengharuskan pria itu pergi ke kota Y, untuk menyelesaikan pekerjaannya, bahkan Jaka sudah lebih dulu sampai di kota itu dari pada Devan.
Aira yang biasa ditinggal oleh suami, atau bisa dibilang tidak pernah bersama suami. Gadis itu terlihat biasa saja. Walau hatinya kini berpendar rasa rindu.
Ada sedikit rasa kecewa ketika Devan menghubunginya lewat telepon tadi. Tapi, karena memang pekerjaan itu menyangkut orang banyak. Aira hanya mengiyakan keputusan suaminya.
"Besok siang mungkin aku sudah pulang, Sayang," ujar Devan di telpon.
"Iya, Mas. Oh ya, apa Aira boleh main bersama sahabat Aira yang datang kemarin?" Tanya Aira hati-hati.
"Lakukan saja, sayang. Aku mengijinkanmu. Selama kau menjaga kepercayaan ku," ucap Devan melegakan Aira.
"Aku merindukanmu, sayang," ucap Devan serak.
Rona merah menjalar ke pipi gadis itu. Semenjak Devan berkata manis. Gadis itu selalu merona karena malu.
"Aira ... Aira, juga kangen sama Mas," Aira langsung menutup sambungan teleponnya.
Di seberang sana, Devan menatap ponsel yang telah putus hubungan secara sepihak oleh istrinya. Pria itu tersenyum riang. Hatinya berdegup kencang, ketika Aira mengatakan hal yang sama padanya.
Sebenarnya ia ingin menelpon lagi untuk menggoda istrinya. Tapi, Jaka sudah menghampiri agar Devan bersiap-siap meeting.
Di tempat lain. Aira menangkup wajahnya yang merona akibat perkataannya barusan pada Devan. Gadis itu sungguh tak percaya mulutnya mampu mengucap kata rindu pada suaminya.
'Apa ini. Kenapa aku begini? Aish ... gimana jika Mas Devan pulang nanti? Mau taruh di mana mukaku?' gumamnya dalam hati penuh rasa malu.
"Kak Aira!" Sebuah suara mengagetkannya.
"Ya Saf?!" Jawab Aira sambil membuka pintu.
"Yuk makan. Udah ditunggu Mama sama Papa," ujar Safeera.
Aira langsung keluar dan berjalan mengikuti adik iparnya yang bungsu itu.
"Kak Aira kenapa?' tanya Safeera heran ketika melihat wajah Kakak iparnya ini.
"A-aku? Ti-tidak ken-napa-napa," jawab Aira terbata karena gugup.
"Benarkah? Tapi wajah Kak Aira merah. Kakak nggak sakit kan?" Tanya Safeera dengan nada khawatir.
"Ti-tidak ... i-ini karena kakak kepanasan ... hehe ... iya, kepanasan," jawab Aira asal. Gadis itu benar-benar gugup.
"Hmmm ... Aku tau nih. Pasti tadi Kak Devan nelpon Kakak kan?" Tebak Safeera sambil tersenyum usil.
"Iya ... tadi Mas Devan telepon," jawab Aira. Lagi-lagi mukanya merah seperti kepiting rebus.
"Emang Kak Devan bilang apa Kak?" Tanya Safeera ingin tahu.
"Nggak ... itu ... anu ...," Aira sungguh tak sanggup menceritakan apapun.
"Pasti bilang rindu iya kan?!" Tebakan Safeea tepat. Aira mengangguk.
"Trus Kakak bikang apa sama Kak Devan?' tanya Safeera lagi.
"Nggak ada," jawab Aira masih dengan wajah merona.
"Bohong!" Seru Safeera tidak percaya.
"Pasti Kak Aira bilang rindu juga sama Kak Devan. Iya kan?!" Lagi-lagi tebakan Safeera tepat.
Aira kembali merona. Ucapan Safeera tepat ketika mereka sampai di meja makan, di mana mereka berdua ditunggu.
"Siapa Saf, yang rindu?" Tanya Reena kini.
Reena kini bekerja bersama Kakak sepupunya, Ken Bima, mengelola beberapa hotel yang mereka miliki. Nantinya Reena akan menjadi CEO di hotel Rits yang ada di Singapura.
Mendengar pertanyaan kakaknya. Safeera langsung menceritakan apa yang baru saja terjadi. Aira berkali-kali hendak menutup mulut Safeera. Tapi, usahanya tidak berhasil. Karena Safeera bisa mengelak.
Melihat tingkah kedua putri dan menantunya itu, membuat Rehan dan Linda geleng-geleng.
"Hei ... sudah-sudah! Ayo makan, nanti keburu dingin!" Ucapan tegas dari Rehan membuat ketiganya menurut.
Mereka masing-masing menempati tempat duduk. Setelah berdoa mereka mulai makan tanpa ada yang berbicara. Hanya dentingan sendok dan piring yang terdengar.
Rehan sangat tegas mendisiplinkan anak-anaknya. Tidak ada yang boleh berbicara apa lagi memegang ponsel, ketika sedang makan. Alasannya sepele. Untuk menghargai makanan dan yang memasak makanan tersebut. Terlebih kepada yang mencari uang untuk membelinya.
*****
Pagi itu, Aira sudah bersiap-siap. Gadis itu akan mendatangi sahabatnya lagi. Dikarenakan, Tiana membutuhkan bantuannya untuk mendekor rumah barunya. Sekalian menagih janji cerita yang belum terselesaikan kemarin.
Setelah mendapatkan ijin. Aira memilih naik taksi daring ketimbang diantar sopir. Padahal Pak Kiran sudah sembuh dan siap mengantarnya. Lagi-lagi, gadis itu menolak. Ia beralasan akan sedikit lama bersama sahabatnya. Ia takut, Pak Kiran akan bosan menunggu.
Sampainya di rumah Tiana. Gadis itu langsung masuk setelah mengucap salam dan telah dijawab oleh sahabatnya.
"Hai ... wah, udah rapi aja nih?!" Ucap Aira sambil melihat isi ruangan yang kemarin kosong.
Warna hijau dan baby pink menjadi dominasi nuansa cat dinding rumah. Sedangkan ruang tamu di hiasi kursi dan meja kayu jati berukir. Tampak begitu kontras dengan warna dinding. Tapi, itulah gaya Tiana. Ia berani mendobrak apapun untuk memenuhi seleranya.
Sebuah etalase kaca penuh dengan pernak-pernik hiasan. Ada guci-guci berukuran mini berwarna hijau dan baby pink. Ada miniatur naga terbuat dari giok berukuran 4x7cm. Ada juga porselin harimau dan tiga anaknya yang juga berukuran mini. Miniatur pesawat, mobil dan sepeda motor memenuhi etalase kaca tersebut.
"Duduk sini Ra, kalo mo minum, ambil sendiri ya. Lu kan bukan tamu," ujar Tiana kepada Aira yang tengah mengamati rumahnya.
"Ceper juga ya, kamu ngaturnya. Padahal baru kemarin kamu pindah," puji Aira pada Tiana.
"Gue nggak suka nunggu. Sekalian capenya. Jadi pas istirahat udah beres semuanya," jelas Tiana sambil duduk di samping Aira.
"Katanya mo cerita. Ayo!" Ujar Aira tidak sabar.
"Sabar napa! Bentar lagi ada yang nganterin makanan buat ntar siang. Gue belum belanja jadi gue beli online aja," ujar Tiana.
"Baru juga jam ...," Aira terhenti berkata ketika ia melihat jam tangannya.
"Aih, udah mau jam sebelas aja," ucapnya lagi.
"Lah ... Lu kira ini masih subuh? Lagian Lu kok datang siang banget sih!" Ujar Tiana sedikit kesal.
"Yee ... Kamu kira aku masih single apa?" Jawab Aira lebih kesal, "Aku mesti bantu-bantu mertua dulu. Walau hanya sekedar setor muka pagi-pagi. Biar nggak dibilang menantu pemalas atau menantu seenaknya sendiri."
"Loh ... bukannya, mertua Lu itu sayang banget ya ke Elu!' ucap Tiana sambil mengernyitkan dahi.
"Iya. Mertua aku tuh. Nggak pernah nuntut macam-macam. Tapi, sebagai menantu yang baik. Aku nggak bisa seenaknya dong main pergi gitu aja," jelas Aira panjang lebar.
Tiana hanya bisa memperlihatkan giginya yang putih dan rapi. Sedangkan Aira hanya memutar matanya malas.
Tiba-tiba bell berbunyi, ''Keknya, itu makanan datang. Gue ambil dulu ya,"
Aira mengangguk. Tiana langsung melesat keluar setelah mengambil dompet.
Tak lama kemudian, Tiana kembali membawa dua kantong plastik berisi makanan dalam sterofom.
"Kita makan dulu deh. Gue laper masalahnya," ucap Tiana sambil berdiri diikuti Aira.
Mereka mencuci tangan. Tiana mengambil dua sendok dan garpu. Setelah duduk lesehan berhadapan. Tiana memberikan sendok pada Aira.
Aira membuka sterofom.
"Wah ... Spaghetti!" Ucap Aira senang.
Ketika gadis itu memakannya. Ia menutup mata menikmati rasa spaghetti itu.
"Gila ... enak banget ini!' serunya lagi.
"Iya, enak. Sesuai harganya. Apa kamu nggak liat stiker yang nempel di atasnya?" Ujar Tiana sambil menyeruput spaghetti nya.
Aira melipat dan melihat stiker atau cap yang menempel di atas penutup sterofom.
"Oh ... Rits pasta and restauran," Aira membacanya.
"Pantas enak," lanjutnya.
"Tapi, nggak seenak pasta yang Elu bikin, Ra," ucap Tiana lagi.
"Ah ... hoaks kamu. Masa restoran bintang lima di samain sama masakan Aku?'' ucap Aira merendah.
"Ck ... bener! Kalo Elu buka restoran sendiri. Gue yakin itu resto milik suami lu gulung tikar!" Ujar Tiana yakin.
Aira hanya menggeleng tidak percaya. Ia kembali melanjutkan makannya. Setelah selesai. Aira menagih janji sahabatnya itu.
"Ayo ... katanya kamu mau cerita!" Desak Aira.
Tiana yang memang harus memenuhi janjinya mau tak mau akhirnya bercerita.
(Flashback on)
Setelah kepergian pihak developer dan membayar pelunasan. Tiana diijinkan untuk mengepak semua barang-barangnya.
Tiana langsung menyewa sebuah truk untuk mengangkut barang-barang peninggalan kedua orang tuanya.
Gadis itu baru saja selesai koas di salah satu kota kecil yang ada di negaranya, selesai kuliah.
Rencananya, besok atau lusa baru ia mengepak semua barang-barangnya. Malam telah larut. Di atas ranjang, ia berpikir keras. Mau di kemanakan semua barang peninggalan kedua orang tuanya itu.
Ia tak mungkin membawa semuanya. Pasti biaya pengangkutan cukup mahal. Tiana berpikir akan menjual sebagian barang-barang itu. Dan sebagian akan dibawanya. Karena terlalu lelah, gadis itu pun tertidur.
Keesokan harinya. Orang-orang berdatangan untuk membeli barang-barang yang telah ia posting di media sosial untuk dijual.
Tiana menjual dengan harga cukup murah. Ketika tengah melayani para pembeli. Tiba-tiba paman dan bibi tirinya datang.
Mereka langsung mengusir orang-orang yang hendak membeli barang-barang itu.
"Kok kamu seenaknya main jual barang kakak saya!" Bentak bibinya.
Tiana tidak menggubris bentakan si bibi. Ia tetap melayani orang yang datang membeli.
"Hei berhenti kata saya!" Bentaknya lagi.
Tiana kesal bukan main. Gadis itu langsung mengusir wanita yang tidak tahu diri itu. Bahkan ketika sang bibi ingin mengambil meja makan antik milik mendiang orang tua kemenakan tirinya itu. Langsung dilarang oleh Tiana.
Tiana tidak ingin menjual meja makan itu. Ia bermaksud akan membawa barang itu ke rumah barunya. Padahal banyak orang datang melihat barang antik tersebutz berkeinginan membelinya dengan harga fantastis.
Kesal tidak digubris oleh kemenakan tirinya. Sepasang manusia itu melakukan rencana jahat untuk kemenakannya.
Selesai jual beli. Tiana bermaksud untuk membawa uang hasil penjualan ke sebuah bank. Gadis itu bermaksud menaruh semua uang tunai ke dalam rekeningnya.
Namun, ketika dalam perjalanan. Gadis itu dihadang tiga orang berpakaian hitam-hitam dengan topeng penutup kepala. Kebetulan jalanan cukup sepi.
Sayang. Ketiga orang tersebut bisa dikalahkan walau tidak mudah oleh Tiana. Gadis pemegang sabuk hitam taekwondo itu mengalahkan ketiganya.
Polisi datang tepat orang ketiga jatuh ke aspal yang panas. Mereka dibekuk. Ketika diinterogasi. Mereka mengaku dibayar oleh sepasang suami istri.
Tiana langsung mengetahui siapa mereka. Ketika dikonfirmasi denga sebuah foto. Ketiganya mengangguk mengiyakan, bahwa suami istri itu lah yang menyewa mereka.
Tiana langsung membuat laporan. Tak sampai dua jam. Sepasang suami-istri tersebut ditangkap.
Karena kasus tersebut. Gadis itu harus berurusan dengan pengadilan. Selama hampir satu Minggu. Dengan bukti yang menguatkan. Suami-istri tersebut dijebloskan ke penjara dalam kurun waktu lima belas tahun.
(Flashback end)
Aira mendengarkan secara seksama cerita sahabatnya itu. Gadis itu tak habis pikir dengan kedua orang itu. Walau mereka hanya paman dan bibi tiri. Tapi, bukankah Tiana adalah kemenakan yang harus mereka lindungi?
"Sudahlah. Yang penting kamu nggak apa-apa," ujar Aira.
Tiba-tiba ponsel Aira berdering cukup keras, hingga keduanya tersentak karena kaget.
Nama "Suamiku Sayang" tertera di layar. Membaca hal itu, Aira langsung mengangkatnya.
"Sayang ... Kamu di mana?" Tanya suara berat di ujung telepon.
"A-Aira ada di rumah sahabat Aira" jawabnya gugup.
"Ya sudah. Coba kamu share-lokasi. Biar aku menjemputmu!" Titah Devan langsung menutup telponnya.
Aira menelan saliva. Ia langsung melakukan apa yang Devan suruh.
"Kenapa Ra?" Tanya Tiana bingung.
"Suamiku akan menjemputku di sini," jawab Aira lirih.
"Wah ... kebetulan nih. Gue bisa kenalan Ama suami elu, Ra!" Ujar Tiana senang, "tapi, kenapa muka lu jadi pucat gitu sih?'
"Masalahnya tadi nada bicara suamiku tuh agak nggak enak gitu," jawab Aira. Tiba-tiba ia menepuk dahinya.
"Aku lupa! Mas Devan kan bilang hari ini bakal pulang!"
Bersambung.
Hayooo loh Aira!
Duh bakal kena hukuman nggak yaa..
Next?
dobel up
kok rasa'a sedih bgt ya merasakan apa yg dirasakan reena...
jgn sampai jaka kehilangan kedua'a...
dr qwal kenal tania bukan'a gercep,,sdh ditikung ken baru bingung sendiri,,
tdk bisakan sinta spt linda mama'a devan yg tdk memandang status???
jgn sampai jaka menyesal jika reena kehilangan semangat memperjuanhkan cinta'a,,
reena sbg wanita sdh berusaha mengungkapkan cinta'a buat jaka...
enak bgt jadi devan,menyakiti semaua'a sendiri dan memperlakukan aira spt ydk ada harga diri'a...
gimana kepiye to kihhh???
banyak part-part yang seharusnya ditulis tapi malah dihilangkan, jadi kurang ngena cerita nya