WARNING ***
HARAP BIJAK MEMILIH BACAAN!!!
Menjadi istri kedua bukanlah cita-cita seorang gadis berusia dua puluh tiga tahun bernama Anastasia.
Ia rela menggadaikan harga diri dan rahimnya pada seorang wanita mandul demi membiayai pengobatan ayahnya.
Paras tampan menawan penuh pesona seorang Benedict Albert membuat Ana sering kali tergoda. Akankah Anastasia bertahan dalam tekanan dan sikap egois istri pertama suaminya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Vey Vii, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Menerima Tawaran Gila
Saat tiba di rumah, Ana melihat ayahnya duduk di kursi roda sambil tersenyum ke arahnya.
"Ayah," sapa Ana. Ia tersenyum dan mendekat.
"Kenapa pulang cepat sekali? Apa terjadi sesuatu?" tanya ayahnya. Ana menggeleng, ia memeluk ayahnya dengan erat.
Di usia ayahnya yang sudah lebih dari enam puluh tahun, Ana sangat terpukul saat mengetahui laki-laki tua itu menderita kanker darah. Bahkan penyakit itu muncul setelah kematian ibunya.
Meski mereka adalah orang tua angkat, Ana menyayangi mereka dengan seluruh hatinya. Mereka adalah belahan jiwa, separuh nyawanya.
"Ayah, boleh aku bertanya sesuatu?" tanya Ana. Ayahnya mengangguk sambil menggenggam kedua tangan Ana.
"Kenapa dulu Ayah dan Ibu mengadopsiku dari panti asuhan?"
"Hmm, kenapa bertanya seperti itu? Kami tidak bisa punya anak biologis, Tuhan tidak mempercayai kami. Tapi kami bersyukur kau hadir dan menjadi bagian dari hidup kami," jawab ayahnya.
"Apakah Ayah dan Ibu sudah melakukan berbagai cara?"
"Tentu saja, kami sudah menjual rumah hingga kebun demi pengobatan dan program hamil. Tapi kami tidak menyesal, setidaknya kami sudah berjuang."
Ana terdiam dengan mata berkaca-kaca. Berkat ayah dan ibu angkatnya, Ana bisa hidup sempurna dan memiliki orang tua. Ia sangat bahagia meski pada akhirnya akan kehilangan satu-satunya orang terakhir yang sangat ia sayangi.
Selama seharian, Ana menemani ayahnya mengobrol. Saat akan membuang sampah, Ana melihat sebuah kantong plastik berwarna hitam. Gadis itu membukanya karena penasaran, dan ia terkejut mendapati banyak tisu dengan bercak darah di dalamnya.
Dada Ana terasa nyeri, ia merasakan rasa sakit yang semakin menjadi. Ia tahu ayahnya sedang tidak baik-baik saja, namun ia masih terluka setiap kali mengetahui bahwa penyakit ganas sedang menggerogoti tubuh laki-laki tua itu.
Malam saat ayahnya tertidur, Ana memutuskan pergi ke rumah Rosalie. Ia sudah membulatkan tekad dan mengumpulkan niat demi ayahnya. Ia tidak tahan jika terus melihat ayahnya kesakitan setiap saat.
"Aku akan melakukannya. Aku akan membantumu, Kak." Suara Ana terdengar berat dan bergetar. Dadanya terasa sesak saat menyetujui hal gila yang bahkan tidak pernah ada dalam mimpinya.
"Bagus, Ana. Itu pilihan yang tepat!" ucap Rosalie. Ia berhamburan memeluk Ana dan berterima kasih atas kebaikan gadis itu.
"Kapan kau akan membawa ayahku ke luar negeri? Dia harus segera mendapatkan penanganan."
"Pulang dan siapkan semua berkas riwayat pengobatan yang diperlukan. Kita akan mengirimnya besok!" tegas Rosalie tanpa pikir panjang. Ia tahu Ana sedang butuh dan ia sudah menyiapkan segalanya karena yakin Ana pasti setuju.
Ana senang, ia kembali tersenyum dan berterima kasih pada Rosalie. Meski ia tahu ini adalah pilihan yang sangat aneh, namun ia akan melakukan segalanya demi ayahnya.
Setelah kepulangan Ana, Rosalie menanti kepulangan Ben yang sedang lembur dan tidak sabar memberikan kabar bahagia ini. Jika Ben setuju, maka pernikahan akan dilakukan sesegera mungkin.
Pukul sebelas malam, Ben pulang dan mendapati Rosalie sudah menantinya di ruang tamu. Wanita itu terlihat sangat bahagia dan berbeda dari biasanya, Ben merasa penasaran dan ingin tahu penyebab Rosalie terus tersenyum menatapnya.
"Apa terjadi sesuatu? Apakah butikmu sedang ramai hari ini?" tanya Ben.
"Tidak, aku tidak ke butik hari ini. Ini lebih membahagiakan dari itu," jawab Rosalie.
Ben mengernyitkan dahi dan menatap Rosalie dengan pandangan menyelidik. Laki-laki itu menangkap hal aneh pada istrinya.
"Ana setuju, Sayang. Dia setuju menikah dengamu!" seru Rosalie sambil memeluk suaminya.
Ben terkejut, ia membulatkan mata lebar lalu mengusap wajahnya kasar. Rosalie memeluk Ben dengan erat, membujuk laki-laki itu untuk menuruti permintaannya.
Ben terlihat enggan, berulang kali laki-laki itu mengalihkan pembicaraan dan berpura-pura tidak peduli.
"Jika kau tidak mau menikah dengannya, lebih baik kita bercerai. Aku sudah lelah mendengar semua orang berbisik membicarakan kita, mengertilah perasaanku, Ben!" bujuk Rosalie sambil menangis terisak setelah Ben kembali menolak permintaannya.
Ben menarik napas dalam dan menghembuskannya kasar.
"Terserah! Lakukan apa yang kau inginkan!" seru Ben. Ia tidak punya pilihan lain. Laki-laki itu keluar dari kamar dan membanting pintu dengan kasar.
***
Sesuai apa yang Rosalie janjikan, keesokan harinya ia membawa Ana beserta ayahnya ke rumah sakit. Ana menandatangani proses pengobatan ayahnya yang akan dilakukan di Singapura.
Karena segala hal yang harus Ana lakukan untuk membantu Rosalie, ia terpaksa membiarkan ayahnya pergi bersama dua orang perawat yang dibayar oleh Rosalie untuk mengurus setiap keperluan ayahnya di luar negeri.
Perpisahan sementara itu membuat Ana sedih sekaligus bahagia. Ia sedih karena harus berpisah dan tidak dapat menemani ayahnya, namun ia bahagia pada akhirnya ayahnya akan mendapatkan pengobatan yang seharusnya.
Setelah mereka berdua mengantarkan keberangkatan ayah Ana, Rosalie meminta gadis itu kembali ke rumah sakit bersamanya.
"Kenapa kita kembali ke rumah sakit?" tanya Ana.
"Aku ingin kau menjalani tes kesuburan agar aku yakin semua ini akan berhasil," jawab Rosalie.
"Baiklah." Ana pun mengangguk setuju. Lagi pula tidak akan ada gunanya menikah dengan Ben jika ia tidak subur dan tidak bisa mewujudkan keinginan Rosalie.
Di rumah sakit, Rosalie memperkenalkan Ana pada dokter yang biasa membantunya untuk program kehamilan selama beberapa tahun terakhir.
Ana harus menjalani beberapa tes kesuburan sesuai permintaan Rosalie. Dari pemeriksaan fungsi ovulasi dan kadar hormon, hingga USG transvagina untuk mengetahui kondisi di dalam rahimnya.
Ana di minta untuk mengisi data tentang masa menstruasi dan dokter akan memberi arahan juga hitungan untuk menentukan masa subur yang paling tepat untuk mendapatkan peluang kehamilan yang besar.
Selain itu, Ana juga mengkonsumsi berbagai vitamin dan obat untuk mendukung kesehatan tubuh dan organ reproduksinya.
Setelah dokter memastikan semuanya dalam kondisi baik, sehat dan tubuh Ana siap mengandung, Rosalie sangat bahagia.
"Masa subur anda lima hari lagi, Nona. Berhubungan di masa subur akan meningkatkan peluang kehamilan lebih besar," ucap Dokter.
"Ana, lusa kau harus menikah!" bisik Rosalie di telinga Ana.
🖤🖤🖤
g sk sifat kek rose egois,kejam,dan biadab,hrs nya di buat kanker nya nyebar aja dan mati biar ana n ben bs bahagia bersm anak mereka
harusnya bisa lebih panjang lg biar dapet rasanya ,,ini terlalu cap cus 🤭
eh ternyta rosali udh ko id 🤣
mudah²an ana bisa pergi jauh dn membawa anaknya 😩