Menikah karena perjodohan orang tua, tidak menghalangi cinta antara Farrel dan Anastasya. Namun, hubungan yang tadinya sudah indah harus hancur berkeping-keping karena pemuda itu lebih mementingkan sahabat, daripada Tasya istrinya sendiri. Sehingga tidak tahu bahwa istrinya mengidap penyakit mematikan. Segalanya terbongkar setelah Tasya mengalami kecelakaan bermotor yang hampir menghilangkan nyawa gadis itu. Hal itu pula membuat Tasya koma hingga bertahun-tahun lamanya.
Bagaimanakah kisah rumah tangga pasangan remaja tersebut? Akan kah Farrel dan orang tua Anastasya menyesal sudah mementingkan hal lain daripada gadis malang tersebut? Jangan lupa tinggalkan jejak biar Mak Autor semagat nulisnya ya🥰🥰
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Zaenab Usman, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Hanya Orang Lain.
🍁🍁🍁🍁🍁🍁
...HAPPY READING......
.
.
"Kita harus membawanya ke rumah sakit sekarang juga, Tan," kata Rista ikut mendekat. Sehingga asisten Tuan Erwin langsung membukakan pintu mobil milik bos nya.
"Tidak perlu, sayang. Om mu akan menelepon Dokter keluarga kami. Tasya sudah biasa seperti ini jika lagi demam pasti akan pingsan." Jawab Nyonya Lela karena dibalik kenakalan sang putri, Tasya memiliki daya tahan tubuh lemah. Tanpa diminta Tuan Erwin ternyata sudah menelepon dokter keluarga mereka.
Setelah ada keputusan jika Tasya tidak perlu perawatan di rumah sakit, Farrel langsung mengendong istrinya masuk ke dalam rumah. Semuanya ikut masuk karena merasa khawatir. Di hatinya Farrel benar-benar menyesal sudah memberitahu mertuanya. Jika tahu akan kejadian seperti malam ini tentu dia akan mencari sang istri tanpa memberitahu mertuanya. Dan diluar kendalinya pula sang istri malah ditampar oleh Tuan Erwin karena terlalu marah pada sikap kekanak-kanakan sang putri.
"Sayang, maafin gue. Ini semua tidak akan terjadi jika saja gue mengabaikan saat mama menelepon karena ingin tahu tentang keadaan Elo. "
Sesal Farrel tidak bisa dijabarkan dengan kata-kata. Hatinya sakit dan menyesal, tapi tidak berdaya membela istrinya sendiri.
Sambil mengompres wajah Tasya yang memar dan bibirnya yang pecah. Nyonya Lela terus menangis dan marah pada suaminya. Tuan Erwin pun diam tidak berkata apa-apa. Beliau sangat menyanyangi Tasya tapi dengan cara yang menurutnya sudah baik. Disitulah letak permasalahan di antara mereka terjadi.
Tidak lama menunggu Dokter Rozi sudah datang. Beliau langsung memeriksa keadaan Tasya dan memasang infus ditangan gadis itu.
"Dok, apakah benar hanya sakit seperti biasanya?" tanya Nyonya Lela dan Farrel secara bersamaan.
"Iya, Nona Tasya hanya demam seperti biasanya. Dia pingsan karena tidak makan apa-apa dari siang. Perutnya kosong ditambah terkena angin malam." Jawab Dokter Rozi menjelaskan. "Untungnya dia memiliki tubuh cukup kuat sehingga tidak drop langsung. Nona Tasya jarang sekali makan, jadi angin bisa mengisi perutnya yang kosong kapan saja,"
"Nak, apakah dia tidak makan bersamamu?" tanya Nyonya Lela pada menantunya.
"Jika siang kami masih di sekolah, Ma. Tapi tadi jam 7 malam ini Farrel sudah mengirim makanan untuknya," pemuda itu menjawab sambil mengusap wajahnya kasar, karena baru menyadari bahwa istrinya tidak makan malam ataupun siang.
"Tadi siang dia tidak mau makan, Tan. Padahal aku sudah mengajaknya," jelas Rista. Meskipun dia terkejut dengan fakta yang ada, tapi untuk saat ini tidak mau bertanya hal apapun.
"Nanti setelah nona sadar, tolong beri dia bubur dulu agar perutnya tidak kaget karena sudah kosong seharian. Setelahnya beri minum obat ini yang sudah ada vitamin dan juga obat lambungnya. Sekarang saya mau pulang dulu dan jam 7 besok pagi akan datang lagi ke sini untuk memeriksa keadaannya." Kata si dokter dan diiyakan oleh Farrel.
Tidak lama setelah menjelaskan keadaan Tasya, dokter keluarga itupun berpamitan pulang karena sudah larut tengah malam. Begitu juga Edo, Kiki dan Rista. Mereka juga berpamitan pulang karena Tasya butuh istirahat.
"Farrel, sekarang papa dan mama mau pulang dulu. Besok pagi-pagi biar pelayan yang di rumah kita datang ke sini untuk merawat Tasya," ucap Tuan Erwin sudah berdiri dari tempat duduknya.
"Papa kenapa kita tidak menginap saja? Kasihan Tasya belum sadar dan Farrel tidak ada yang menemani," usul Nyonya Lela. Mau bagaimanapun dia adalah seorang ibu yang melahirkan putrinya. Sakitnya Tasya tentu beliau ikut merasakan sakit.
"Kita tidak bisa tidur di sini, Ma. Kita butuh istirahat yang cukup karena besok setengah tujuh sudah harus terbang ke London. Biarkan Farrel menjaganya malam ini dan besok pagi Bibi Ria merawatnya apabila Farrel memiliki kesibukan diluar," jawab Tuan Erwin dan Farrel hanya diam mendengarkan. Sebab dia juga tahu bahwa kedua mertuanya sangat sibuk dengan bisnisnya.
"Oh, ya baiklah! Mama lupa," kata Nyonya Lela setuju. Karena dia ataupun suaminya sama-sama gila akan pekerjaan. Dan mengira jika Tasya sudah bahagia dengan uang yang mereka berikan.
"Farrel, Mama sama papa pulang dulu ya, Nak. Kami titip Tasya sampai Bibi Ria datang besok pagi," pamit Nyonya Lela yang tidak lupa mencium kening putrinya sebelum pergi.
"Sayang, Papa dan mama mu pulang dulu ya. Maaf, tadi Papa benar-benar khilaf karena terlalu khawatir pada keadaanmu. Suatu saat nanti kamu akan mengerti posisi kami sebagai orang tua yang ingin anak-anaknya bahagia." Ucap Tuan Erwin juga melakukan hal yang sama. Niat mereka memang baik, tapi caranya yang salah. Tasya tidak membutuhkan uang saja tapi juga membutuhkan perhatian dari orang-orang terdekatnya.
Tes!
Tes!
Tasya yang sudah siuman sejak tadi langsung meneteskan air matanya setelah kepergian kedua orang tuanya.
"Sayang, Elo sudah siuman?" seru Farrel baru kembali ke kamar setelah mengantarkan mertuanya ke depan dan mengunci pintunya. Sekarang jam sudah pukul 2 :14 dini hari.
"Sayang maafin gue. Gue benar-benar menyesal sudah memberitahu mama," ucap Farrel ingin mengenggam tangan Tasya. Tapi oleh gadis itu langsung dia tepis dengan tenaganya yang masih tersisa. Tubuhnya benar-benar lemah seakan tidak berdaya.
"Gue baik-baik aja, Rel. Tolong tinggalkan gue sendir!" jawab Tasya karena melihat muka Farrel justru membuatnya tidak kuat menahan air matanya.
"Tidak! Bagaimana mungkin gue ninggalin Elo sendirian, sedangkan Elo lagi sakit," tolak Farrel cepat. Dia duduk disisi ranjang tapi Tasya malah membuang arah pandangan matanya.
"Gue sudah biasa sendirian. Please! Tolong pergilah tidur di kamar atas. Gue ingin sendiri, Rel. Gue lelah ingin istirahat. Tolong pergilah!" mohon Tasya karena dia hanya ingin sendiri. "Jika Elo nggak mau keluar dari sini, maka biar gue aja yang pergi dar---"
"Tidak-tidak! It's okay! Gue keluar sekarang. Tapi Elo harus istirahat karena Gue nggak mau Elo sampai kenapa-napa," sela Farrel tidak punya pilihan. Namun, Tasya tidak berbicara lagi sampai dia keluar dari kamar tersebut.
"Seharusnya, gue sadar diri, Rel. Orang tua gue aja lebih mementingkan pekerjaannya daripada gue. Apalagi Elo yang orang lain bagi gue." Gumam Tasya hanya bisa menangis sendiri tanpa ada bahu untuk dia bersandar.
BERSAMBUNG...
kapan mau update lagi selalu aq tunggu😊