Di balik suami yang sibuk mencari nafkah, ada istri tak tahu diri yang justru asyik selingkuh dengan alasan kesepian—kurang perhatian.
Sementara di balik istri patuh, ada suami tak tahu diri yang asyik selingkuh, dan mendapat dukungan penuh keluarganya, hanya karena selingkuhannya kaya raya!
Berawal dari Akbar mengaku diPHK hingga tak bisa memberi uang sepeser pun. Namun, Akbar justru jadi makin rapi, necis, bahkan wangi. Alih-alih mencari kerja seperti pamitnya, Arini justru menemukan Akbar ngamar bareng Killa—wanita seksi, dan tak lain istri Ardhan, bos Arini!
“Enggak usah bingung apalagi buang-buang energi, Rin. Kalau mereka saja bisa selingkuh, kenapa kita enggak? Ayo, kamu selingkuh sama saya. Saya bersumpah akan memperlakukan kamu seperti ratu, biar suami kamu nangis darah!” ucap Ardhan kepada Arini. Mereka sama-sama menyaksikan perselingkuhan pasangan mereka.
“Kenapa hanya selingkuh? Kenapa Pak Ardhan enggak langsung nikahin saya saja?” balas Arini sangat serius.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Rositi, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
8. Di Lingkungan Keluarga Ardhan
“Kata siapa aku tidak sedih. Aku bahkan lebih dari itu.”
“Aku hancur. Hanya saja, aku tetap berusaha menyembunyikannya. Karena sedih apalagi menghabiskan waktuku dengan tangis. Apalagi menangisi sam pah sam pah pengkhianat itu. Semua itu tak akan bisa mengubah keadaan.”
“Orang-orang belum tentu akan peduli kepadaku. Yang ada mereka akan menyalahkan aku. Mereka akan menghakimi aku hanya karena selingkuhan suamiku jauh lebih cantik bahkan jauh lebih kaya dariku.”
“Terlebih di negara konoha yang dipenuhi orang bijak ini, pelaku kejahatan tetap akan dibela asal bertampang good looking. Cantik, tampan, imut, memiliki senyum manis, berprestasi, punya uang, akan tetap dibela meski mereka penjahat. Sementara kucel, apalagi tak punya uang, akan tetap disalahkan walau posisinya merupakan korban!”
“Aku sudah terbiasa dengan luka. Sungguh, aku sudah sangat terbiasa. Karena di lingkungan keluargaku saja, aku sudah terbiasa diperlakukan berbeda.”
“Jadi, tampil sedih apalagi sampai menangis meraung-raung di depan kamera maupun di depan mas Akbar, ... itu hanya akan membuatku lebih buruk.”
“Aku menutup kisah ini. Melupakan laki-laki yang pernah sangat aku sayangi. Laki-laki yang pernah aku jadikan rumah karena aku pernah sangat berharap kepadanya untuk bisa merasa bahagia seperti orang-orang, apa minimal seperti tetangga. Jujur, mas Akbar sungguh yang pertama. Aku mengenal cinta bahkan kasih sayang dari mas Akbar. Walau aku masih tidak percaya, masih dia juga yang menjadi penyebab utama luka terbesarku. Mas Akbar menjadi orang yang lebih tega dari keluargaku!”
“Jika ingat mas Akbar saat di hotel tadi. Jika ingat celananya, pakaian Killa, dala man di wastafel, ... bahkan ... bahkan Killa benar-benar susah telanjang. Ya Allah ... memangnya aku sekuat ini? Rasanya sakit banget ya Allah, sumpah!”
Arini yang hanya mampu berbicara dalam hati, tersedu-sedu di pinggir tempat tidur dirinya akan bermalam. Arini tinggal di salah satu kontrakan yang ada di dekat klinik. Setelah sebelumnya menolak bermalam di rumah orang tua Ardhan.
Yang Arini tahu, tadi Ardhan sudah langsung mengumpulkan anggota keluarganya. Arini yakin, Ardhan langsung mengurus apa yang Killa lakukan dan sukses membuat rumah tangga keduanya hancur.
“Ngeri ... beneran ngeri. Perselingkuhan benar-benar menghancurkan mental!” lirih Arini yang memutuskan untuk mengelap tuntas air matanya.
“Pak Ardhan bilang, kontrakan ini biasa dipakai buat saudara pekerja, atau klien yang kebetulan bermalam. Jadi di sini sudah ada kasur dan juga keperluan lain ada. Namun untuk selimut dan sebagainya, ini beneran baru diurus mendadak pas sebelum aku masuk.”
Arini yang terlalu bingung sengaja berwudhu. Niatnya Arini akan menunaikan shalat hajat. Arini ingin memohon, agar sang pemilik kehidupan, menghapus rasa sayang apalagi cintanya kepada Akbar, tanpa sisa.
Di tempat berbeda, Ardan sukses membuat seluruh anggota keluarganya di sana menunduk dalam. Mereka yang jumlahnya ada tujuh orang dengan Ardhan, tidak sedang mengheningkan cipta. Namun mereka sedang menyayangkan ulah Killa.
“Biarkan aku memenjarakan mereka. Biar ini menjadi pelajaran, ... benar-benar bukan hanya untuk Killa,” ucap Ardhan tegas.
“Besok kita urus ke rumah orang tuanya,” ucap pak Azzam yang tak lain papa kandung Ardhan.
Ardhan yang duduk persis di hadapan sang papa, menatapnya sambil mengangguk paham.
“Kuat, ya ...,” lembut ibu Sundari selaku mamanya Ardhan.
Sedari awal Ardhan mengabarkan apa yang terjadi kepada Killa, ibu Sundari menjadi orang yang langsung rapuh. Ibu Sundari yang awalnya duduk di sebelah sang suami, memilih langsung menghampiri Ardhan kemudian mendekapnya hangat. Ibu Sundari jadi terus berdiri karena kesibukannya dalam menenangkan sang putra.
“Bagaimana dengan keluarga sopir apalagi istri sopir Killa? Pasti mereka tidak terima. Mereka pasti akan membuat spekulasi, bahwa sopir Killa hanya di bawah tekanan. Yang dengan kata lain, sopir Killa hanya korban,” ucap pak Sepri dan tak lain merupakan kakak dari mamanya Ardhan.
“Itu ... aku lupa mengatakannya. Aku ... aku berniat menikahinya,” ucap Ardhan dan lagi-lagi sukses membuat anggota keluarganya terkejut.
“Enggak usah aneh-aneh lah, Mas!” sergah nenek Septi, selaku neneknya Ardhan, dan memang langsung tidak setuju.
“Iya, Mas. Fokus saja urus hubungan Mas dan Killa. Beresin seberes-beresnya!” yakin ibu Sundari sambil mengguncang pelan punggung Ardhan yang masih ia rangkul.
“Dengerin apa yang mama sama mbah kamu katakan, Mas. Jangan lupa, ... dari awal Mas dan Killa, mama sama mbah, juga enggak setuju. Sementara sekarang, terbukti, kan?” lembut pak Azzam berusaha memberi sang putra pengertian. Tanpa menyinggung kekurangan Killa di hadapan mereka.
Detik itu juga Ardhan jadi serba salah. Di lain sisi, apa yang keluarga dan itu para orang tua katakan, memang benar adanya. Apalagi dari awal, hubungan Ardhan dan Killa memang tidak begitu disetujui oleh keluarga besar. Sedangkan kini, apa yang terjadi langsung membuat Ardhan kapok menjalani apa pun apalagi rumah tangga, tanpa restu keluarga. Masalahnya, Ardhan sudah berjanji kepada Arini. Yang mana d mata Ardhan, Arini sangat berbeda dari wanita pada kebanyakan.
Di kontrakan, Arini tengah dibingungkan dengan keadaan cincin berlian pemberian Ardhan. Cincin tersebut tidak bisa dilepas dari jari manis tangan kanannya.
“Sudah pakai sabun mandi juga enggak bisa dilepas. Duh, terancam wajib diet kalau gini caranya biar cincinnya bisa lepas!” Arini memilih menaruh sabun mandinya pada tempatnya.
Arini memutuskan untuk tidak lanjut berusaha melepas cincin pemberian Ardhan. Cincin yang langsung Ardhan pasangkan dan itu di hadapan Killa.
“Iya, aku wajib diet. Karena kalau enggak, jari manis tangan kananku terancam diamputasi, biar nih cincin bisa diambil. Aku yakin nih cincin asli dan sangat mahal. Jariku saja enggak ada apa-apa dari harga cincin ini!” keluh Arini yang kemudian baru ingat, dirinya tak membawa mukena.
Setelah mencari-cari, di sana juga tidak ada mukena. “Emang enggak ada mukena. Harusnya pak Ardan belum tidur. Mau pinjam ke beliau saja karena keluarga atau pekerjanya, pasti punya mukena!”
Tanpa sedikit pun rasa takut, apalagi di sana tidak sepi-sepi amat, Arini nekat meninggalkan kontrakan. Ia berjalan kaki menuju rumah tiga lantai di depan sana, dan merupakan rumah orang tua Ardhan. Tak disangka, belum sampai ke halaman rumah, Arini melihat ibu Sundari dan nenek Septi. Keduanya yang juga berhijab layaknya Arini, tampak meninggalkan rumah dan sepertinya akan ke klinik.
Gugup seketika menyelimuti hati Arini. Arini sengaja berdeham dan membenarkan asal hijabnya.
“Pokonya aku enggak setuju kalau mas Ardhan tetap lanjut menikahi istri sopir selingkuhannya Killa, Ma,” ucap ibu Sundari. Ucapan yang langsung didengar Arini dan membuat Arini refleks melipir.
Arini memunggungi ibu Sundari maupun nenek Septi. Ia sengaja menghindari keduanya walau harusnya keduanya belum mengenal Arini.
ayo up lagi
batal nikah wweeiii...
orang keq mereka tak perlu d'tangisi... kuy lah kalean menikah.. 🤭🤭🤭🤭🤭🤣🤣🤣