Novan dan Diana menjalin hubungan sekitar empat tahun lama nya sejak mereka sekolah SMA, sudah banyak yang Novan berikan pada gadis cantik berdarah minang itu.
namun suatu hari Novan melihat Diana malah bersama pria lain yang menggunakan mobil mewah, sejak saat itu juga hubungan mereka renggang, tak lama Diana sakit dan selalu menjerit jerit karena gigi yah semula bagus itu mengeluarkan banyak nanah
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon novita jungkook, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 5. Bengkel Andi
Ria bingung sekali karena Deni tak mengangkat panggilan nya, padahal dia masih harus membayar oli yang sudah di masukan kedalam motor, kan malu sekali kalau mau bilang ngutang sama tukang bengkel nya. pusing sekali Ria karena sama sekali tidak punya uang, besok besok dia bertekad akan selalu bawa uang untuk jaga jaga.
"Mas maaf nih sebelum nya, saya enggak bawa uang sama sekali dan boleh tidak bila saya tinggalin ponsel saja? besok saya akan kesini untuk bayar." tawar Ria merasa sangat malu.
"Bos!" anak buah yang tadi mengganti oli memanggil pria yang sudah menolong Ria di jalan.
"Kenapa?" Andi datang mendekat kearah Ria dan anak buah nya.
Ria menelan ludah karena ternyata pemuda yang menolong dia tadi adalah pemilik bengkel, maka Rian pun mengeluarkan KTP nya juga sebagai jaminan bahwa dia tak akan lari dan besok pasti kembali lagi kebengkel ini pasti nya, maka bila tidak bisa dengan ponsel saja bisa di tambah KTP.
"Saya kasih ponsel dulu, ini cuma kehabisan batrai saja kok, Mas." ujar Ria gemetar karena malu dan juga takut.
"Enggak usah, bawa saja dan bila besok ingat bawa lah uang nya." jawab Andi yang memang bauk hati nya.
"Serius Mas percaya sama saya? sekarang memang saya tidak bawa uang." Ria agak kaget juga dengar nya.
Andi menganggukan kepala nya tanda memang dia percaya pada Ria, lagi pula ini bukan pertama kali nya dia menolong orang yang sedang kesusahan, kasihan melihat Ria yang harus mendorong motor karena habis oli akibat tidak pernah cek kebengkel sehingga sampai kering.
"Silahkan bawa saja." Andi memang berniat menolong.
"Terima kasih ya, Mas! besok pagi saya akan datang kesini saat berangkat kerja, bengkel buka jam berapa?" tanya Ria begitu bersyukur.
"Jam delapan sudah buka, tapi kalau Mbak nya berangkat terlalu pagi maka sore saja mampir kesini." ucao Andi.
"Baik, terima kasih banyak karena sudah menolong saya!" Ria tak henti henti nya bilang terima kasih.
Setelah itu dia pun pergi dengan motor nya dan sudah azan maghrib pula, maka keadaan sudah mulai gelap. tapi Ria bukan lah tipe orang yang penakut sehingga dia santai saja, malah terus teringat dengan kebaikan nya Andi barusan.
"Bukan main teman kita ini kalau menolong gadis." Lupi teman nya Andi mulai buka suara.
"Apa sih kau ini, bukan cuma gadis saja yang ku tolong!" sewot Andi.
"Dia kan buka bengkel bukan karena butuh uang, tapi butuh amal." gurau Hendra.
"Sekali kali kita tuh juga harus menolong orang lah, jangan kikir." Andi sangat bijak bila berkata.
"Berarti aku juga di tolong kan?" Arya yang sedang menunggu motor nya membuka suara.
Andi hanya tertawa mendengar gurauan teman teman nya, sebenar nya Arya bukan teman Andi seperti yang lain. dia kenal dengan Arya karena suatu kejadian yang sangat besar, di mana nyawa teman nya yaitu Hendra akan melayang akibat gangguan setan yang sangat jahat.
Untung nya Arya dan Kakak nya bisa menyelamatkan Hendra, maka dari sana lah semua nya jadi akrab satu sama lain. Arya bukan pria biasa seperti mereka, Davin yang tahu akan semua nya karena calon pengantin itu sudah melihat semua.
"Calon penganting dari tadi senyum terus, bayangin malam pertama kau ya!" tuding Lupi yang paling blak blakan kalau bicara.
"Pasti lah, masa iya calon istri segemas itu tidak di bayangkan." sahut Davin yang dua bulan lagi akan menikahi Salsa.
"Sekarang kau sudah bisa membayangkan, kemarin saja kau mengeluh tidak ada habis nya." ejek Andi.
"Kalian tidak tahu saja rasa nya bagai mana! aku di rendam dalam kolam es sama Purnama dan Arya, apa tidak kecut otong ku." seru Davin yang teringat ujian nya.
"Wah jangan jangan nanti pas malam pertama malah tidak bisa di pakai lagi." Hendra malah menakuti.
Davin merengut masam di tertawakan oleh mereka, memang dasar Purnama tidak manusiawi, wajar sih karena dia memang bukan manusia seutuh nya sehingga kerap bersikap seperti iblis. toh kerjaan dia juga selalu mencari iblis jahat yang berkeliaran, ini kampung mereka sudah tidak ada gangguan lagi.
Dulu sempat heboh karena kembang desa yang tidak lain adalah kekasih nya Hendra, dia meninggal karena di santet oleh adik nya sendiri, lalu Hendra juga di santet oleh Adik kekasih nya karena pemuda itu mempercepat jalan nya santet. untung ada Purnama dan Arya. Hendra bisa hidup juga berkat manusia titisan ular ini, sehingga dia masih bisa bernafas sampai detik ini.
...****************...
Diana sangat senang karena Novan sudah pulang sambil membawa oleh oleh yang memang dia pesan sebelum nya, namun tidak langsung di pakai karena takut pula ketahuan oleh orang tua nya atau Deni, pasti nanti akan kena marah lagi karena terus meminta pada Novan sang kekasih.
"Eh kamu ponsel baru ya, Sayang?" Novan melihat ponsel Diana.
"Aku menabung selama ini uang yang kamu kasih dan juga dari Ayah, maka nya bisa beli ini." Diana menunjukan i phone nya.
"Ini kan harga nya mahal sekali, pasti kamu nabung nya sudah lama ya." Novan kagum juga dengan kegigihan Diana saat menabung.
Diana hanya tersenyum dan dia menyembunyikan fakta bahwa ponsel itu dapat dari Beno, hanya demi ponsel ini juga dia sampai rela di tiduri oleh pria yang baru di kenal nya. sementara Novan yang sudah pacaran empat tahun sama sekali tidak berani berbuat begitu, padahal sudah tidak terhitung lagi berapa habis nya Novan untuk Diana.
"Itu dari tadi ada notif terus, dari siapa?" tanya Novan, karena ponsel Diana terus bunyi.
"Biasa dari teman, mereka loh kepo aku punya yang baru." jawab Diana berdusta, karena itu adalah dari Beno.
"Aku bangga deh sama kamu!" Novan mengusap kepala Diana, dia percaya saja apa pun yang Diana katakan.
Diana tersenyum dan membuka kotak perhiasan yang Novan belikan untuk nya, seperti ketiban durian runtuh karena sana sini dapat apa pun yang dia mau. walau yang dari Beno harus ada imbalan nya, beda dengan Novan yang memang tulus mencintai kekasih nya sejak empat tahun lalu.
"Aku tidak sabar untuk hidup bersama kamu." Novan mencium pipi Diana.
"Sabar dong, nanti kamu banyak sekali memberi uang langkah untuk Uda dan Kak Ria." Diana memberikan alasan.
Padahal nyata nya di masih ingin gandeng sana sini agar apa pun yang dia ingin kan dapat dari siapa pun, bukan hanya dari Novan saja tentu nya.