Jia menemukan kembali arah hidupnya setelah dia bercerai dari Alex.
Namun siapa sangka, perceraian itu membuat Alex kehilangan pijakan kakinya.
Dan Rayden adalah bocah kecil berusia 4 tahun yang terus berharap mommy dan daddy nya kembali.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Lunoxs, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
AD BAB 3 - Mari Berpisah
Jia kembali di dalam kamarnya.
Duduk di tepi ranjang yang yang berada cukup jauh dari Alex. Jia tidak tidur lagi, dia terus membuka mata hingga matahari terbit dan Alex bangun.
Jia bahkan bisa mendengar dengan jelas saat Alex membuka mata dan berdecih menatap kehadirannya.
"Kenapa masih ada disini? harus berapa kali aku mengatakan jika aku tidak sudi melihat wajah buruk rupa mu saat aku bangun," ucap Alex.
Dan Jia sudah kebal dengan makian itu. Jia mengumpulkan segenap keberaniannya, mengucapkan sebuah kalimat yang sudah dia susun rapi sejak semalam.
"Mari berpisah, ayo kita cerai,"ucap Jia, suaranya terdengar bergetar, tidak pernah selama ini dia mengungkapkan keinginannya seperti ini.
Selama ini Jia hanya selalu menuruti apapun kehendak Alex, suka tidak suka Jia menerimanya, mau tidak mau Jia tetap melakukannya.
Kabur bukanlah pilihan yang baik, karena dia hanya akan membuat hidup Rayden susah. Maka Jia akan mengatakan tentang perpisahan ini baik-baik, lalu meminta Rayden untuk ikut bersamanya. Jia masih berharap, Alex dan Sofia masih berbelas kasih kepadanya.
"Apa? cerai? hahahaha," tawa Alex pecah, meremehkan ucapan Jia.
"Sadarlah Jia, hidupmu seperti apa? keluar dari rumah ini kamu tidak ada bedanya dengan gembel," ucap Alex, tawanya masih mendominasi.
Dan mendengar itu dada Jia rasanya sesak sekali. Tapi Jia tidak akan mundur, dia membulatkan tekad.
"Tidak apa-apa, aku akan menerima semuanya. Lagipula jika terus seperti ini kamu pun tidak akan bisa menemukan kebahagiaan mu sendiri."
Tawa Alex hilang, kini dia menata Jia yang memunggunginya.
Pernikahan ini juga bukanlah hal yang di inginkan Alex, dia sangat membenci Jia, namun sangat menyayangi Rayden, anak semata wayangnya.
Alex tau meski selama ini Jia tidak mengurus Rayden secara langsung, namun ikatan batin diantara keduanya begitu kuat. Rayden pasti tidak akan bisa menerima jika ibunya pergi meninggalkan rumah ini.
Alex mendadak kalut, namun keinginan untuk segera terbebas dari pernikahan ini lebih mendominasi.
"Baiklah, ayo berpisah, tapi katakan kepada Rayden jika kamu yang menginginkannya."
Jia memejamkan mata dan saat itu juga air mata mengaliri wajahnya.
"Izinkan Rayden ikut bersamaku," pinta Jia.
"Biar itu jadi urusan pengadilan."
Sementara Alex segera turun dari atas ranjang dan berlalu begitu saja menuju kamar mandi. Menutup pintunya dengan kuat, hingga Jia semakin menutup matanya, merasakan luka yang seolah disiram oleh air garam.
Jia membeku, ketakutan mulai merayap masuk ke dalam hatinya.
Perceraian ini akan membuatnya melawan Alex dan Sofia, bahkan bisa jadi dia akan kalah untuk mendapatkan Rayden.
Ya Tuhan bagaimana ini?
Jia memukul dadanya yang terasa semakin sesak, dia tidak akan sanggup jika harus hidup tanpa Rayden.
Bagaimana bisa ibu dan anak dipisahkan? itu tidak akan terjadi kan? itu tidak mungkin kan?
Jia bahkan terus menggelengkan kepalanya, tidak ingin jika hal buruk itu benar-benar terjadi.
Dan saat gemericik air di dalam kamar mandi mulai terdengar, Jia pun menghapus air matanya dengan cepat.
Tidak, aku tidak boleh menangis lagi.
Lagi, Jia coba menguatkan hatinya sendiri. Mengumpulkan semua keberanian untuk keluar dari sarang emas ini.
Jia ingin bebas, ingin menemukan hidupnya kembali yang telah hilang. Ingin bisa tertawa seperti saat dia bersama kedua orang tuanya, dulu.