Kisah petualangan dua orang gadis yang sudah bersahabat sejak umur 6 tahun di sebuah panti asuhan HOPE yang berada di West New York- Amerika.
Dengan mengandalkan otak dan kemampuan mereka, mereka berdua membuka sebuah "Agency DC2" di New Jersey-Amerika. Dibawah naungan NJSP (New Jersey State Police)- Komisaris Cyderyn Baycora.
************
Bagaimanakah kisah-kisah mereka dalam menyelesaikan kasus-kasus rumit dan penuh misteri?
Yang penasaran, ikuti kisah mereka di novel ini 😊🍻
Note : Bila kalian tidak berkenan, tinggalkan saja... Jangan memberikan rating buruk yach... Komen saja apa yang kurang, Insya Allah akan author perbaiki...😊
Jangan lupa VOTE, COMMENT, LIKE, DAN SUBSCRIBE... plus GIFT-nya yach untuk mensupport Author. Terima kasih 🙏❤
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Aurora79, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Kasus 02 : Misteri Rumah Kosong
Musim Semi Tahun 1987....
New Jersey di gemparkan oleh berita tentang terbunuhnya Yang Mulia Cheva Ainsworth dengan cara yang tidak masuk akal dan mengenaskan di ruang kerja rumahnya sendiri. Hasil penyelidikan kepolisian telah mengungkap beberapa fakta mengenai kasus ini yang telah diketahui oleh publik, akan tetapi masih banyak fakta-fakta penting yang masih belum terungkap. Tidak ada gunanya mengungkap fakta-fakta yang tersembunyi itu, karena dengan fakta yang telah terungkap saja kasus ini sudah bisa diajukan ke pengadilan.
...----------------...
Kembali ke tahun sekarang (1997), di saat usia Danaya dan Cecilia sudah 18 tahun, mereka mendapatkan kesempatan untuk menguak kasus itu kembali untuk mencari sebuah Mata Rantai yang hilang. Mereka sangat bersemangat ketika menerima perintah tersebut. Membuka kembali kasus yang ditutup 10 tahun lalu, dan mempunyai kesempatan untuk menyatukan.kembali mata rantai itu dengan hasil yang sangat luar biasa.
Danaya dan Cecilia kini sudah berada di sebuah apartemen sewaan di daerah North Bergen-New Jersey. Mereka berbincang di ruang tamu tentang kasus pembunuhan tersebut.
"Gimana menurut loe tentang kasus yang akan.kita tangani ini, Cia?" tanya Danaya sambil bersantai di atas sofa.
"Gue baru dapat fakta-fakta yang sudah di ketahui oleh publik, Dany... Belum.ada yang menarik dan fakta-fakta yang gue baca juga terlihat ada kejanggalan," jawab Cecilia sambil surfing dilaptopnya.
"Bisa loe bacain semua fakta-fakta tersebut? Jujur, gue lagi males baca... hehehehe," ujar Danaya sambil memeluk bantal sofa.
"Baiklah! Apa sich yang kaga buat sahabat sehidup gue ini?" ujar Cecilia sambil membuka file awal fakta itu.
"Laaah! Tunggu....tunggu! Sehidup doang? Kaga pake semati, Cia?" protes Danaya.
"Diiiih! Ogaaah banget semati ama loe! Kalau loe mati, ya gue cari sahabat lain lah! Hahahahaha" jawab Cecilia sambil terbahak.
"Diiiih, Sueee! Mulai baca dah, gedeg gue... huh!" ujar Danaya kesal.
"Oke!..."
Lalu Cecilia mulai membacakan fakta-fakta tersebut ke Danaya.
"Cheva Ainsworth adalah anak.kedua dari Earl of Rutherford, yang saat itu menjabat sebagai Gubernur di.salah koloni yang dimiliki oleh Australia. Mereka baru saja kembali dari negara itu, karena ibunya yang baru saja menjalani operasi katarak. Satu keluarga yang terdiri dari Earl of Rutherford, Lady Rutherford, putrinya Sevyn Ainsworth, dan Cheva Ainsworth... Mereka menempati sebuah rumah di North Bergen 371."
"Cheva Ainsworth diketahui memiliki pergaulan dengan golongan terbaik di sana. Sejauh yang diketahui, Cheva tidak mempunyai musuh dan perangainya juga baik. Dia bertunangan dengan Miss. Zelda Adkins dari Fair View, akan tetapi pertunangan mereka berakhir dengan persetujuan dari kedua belah pihak. Hal ini terjadi beberapa bulan sebelum kematiannya dan putusnya pertunangan ini juga tidak begitu mempengaruhi emosionalnya."
"Sepanjang hidupnya, lingkaran pertemanan Cheva tidak terlalu banyak. Cheva seorang yang sangat konvesional dalam menjalani kesehariannya. Karakternya pendiam dan sifatnya bukanlah seseorang yang emosional. Namun sangat disayangkan, seorang pemuda yang hidupnya santai ini harus mengakhiri hidupnya dengan cara yang sangat diluar nalar dan tidak terduga sama sekali. Waktu kematiannya diperkirakan antara jam 10 atau jam 11.20 malam pada tanggal 30 April 1987."
Cecilia berhenti sejenak untuk meminum kopinya... Udara terasa sangat dingin malam itu, membuat Colombian Coffeenya terasa sangat nikmat.
Begitu pula dengan Danaya, dia meminum teh favoritnya saat otaknya sedang penuh. Dia menyesap PU ERH Tea dari China. Teh ini adalah teh terbaik China yang sangat sulit untuk di dapatkan. Teh ini termasuk teh antik yang di jual secara exclusive kepada para pecinta teh. Rasanya membuat tenang dan menyehatkan badan.
Setelah menikmati minuman masing-masing, Cecilia kembali melihat ke laptopnya dan menceritakan tentang fakta-fakta tersebut.
"Cheva Ainsworth suka banget dengan permainan kartu, tapi dia tidak pernah melakukan taruhan dengan jumlah besar yang akan merugikannya. Cheva menjadi anggota beberapa klub permainan kartu. Yang paling sering dia datangi hanya 3 klub, yaitu SIX26, LUCKY 7, dan LAVAYETTE CLUB. Di dalam fakta penyelidikannya terungkap, bahwa di hari yang sama sebelum dia meregang nyawa, setelah makan malam Cheva bermain POKER di Lavayette Club. Cheva juga diketahui semoat bermain kartu di klub tersebut pada siang harinya."
"Menurut Mr. Addy, Sir Dizon Agney, dan Kolonel Gene Baines yang sempat bermain kartu dengannya, mereka memainkan POKER hari itu. Hampir semua pemain semoat mengalami kekalahan, termasuk Cheva. Cheva mengalami kekalahan sebesar $5000, tapi tidak lebih dari itu. Kekayaan Cheva patut diperhitungkan, kehilangan uang dengan jumlah segitu bukan masalah untuknya."
"Cheva bermain hampir setiap hari di klub-klub tersebut. Dia adalah seorang pemain yang memiliki tingkat kewaspadaan yang tinggi, biasanya dia selalu memenangkan permainan. Dari pengungkapan bukti ke publik, beberapa minggu sebelum kematiannya dia telah mengantongi uang kemenangannya sejumlah $420.000. Saat itu Cheva berpasangan dengan Kolonel Baines dan pasangan lawannya adalah Vicenzo Adam dan Mr. Westly Allen. Gue rasa cukup banyak fakta yang terungkap tentang kehidupannya, yang terlihat setelah penyelidikan..." jelas Cecilia mengakhiri pembacaan tentang fakta publik.
"Hmmm... Cukup menarik! Apakah di sana tertera tentang kronologis kematiannya itu, Cia?" tanya Danaya sambil memakan kripik kentang favoritnya.
"Sebentar... Gue cari dulu..." ujar Cecilia sambil mengotak-atik laptopnya.
"Ahaaa! Ketemu! Di sini ada catatan cerita sebelum kejadian dan kronologis kematiannya. Mau gue yang bacain lagi?" ujar Cecilia bersiap.
"Hmmm... Bacakan!" titah Danaya.
"Baiklah... Dengerin baik-baik, yah! Gak ada pengulangan! Panjang soalnya..." ujar Cecilia bersemangat.
"Saat malam kejadian itu, Cheva baru pulang dari klub sekitar jam 10 malam. Sementara itu, Ibu dan kakak perempuannya sedang pergi mengunjungi rumah kerabatnya sejak sore hari. Pelayan yang berada di rumah tersebut mengatakan bahwa dia mendengar Tuan Mudanya itu memasuki kamarnya di lantai dua, yang bisa dibilang sebagai kamar pribadinya. Pelayan itu lalu menyalakan perapian dan membuka jendela kamarnya, karena asap yang ditimbulkan."
"Tidak terdengar suara apapun dari kamarnya di lantai dua itu, sampai sekitar jam 11.20 malam... Lady Rutherford dan putrinya kembali. Karena ingin mengucapkan selamat malam kepada sang putra, dia bergegas naik ke lantai dua tempat dimana kamar putranya berada. Dia sudah mencoba mengetuk pintu kamarnya, berteriak memanggil nama putranya, tapi tidak juga mendapat jawaban dari kamar tersebut. Karena tidak seperti biasanya, maka dia memutuskan untuk membuka paksa pintu kamar tersebut."
"Setelah pintu kamar di buka paksa, pemuda malang itu ditemukan tergeletak tidak bernyawa di dekat meja kerjanya. Kepalanya hancur seperti terkena peluru sebuah revolver, tapi tidak ditemukan senjata apapun di dalam ruangan tersebut. Di atas mejanya tergeletak dua lembar cek dari bank yang masing-masing bernilai $10.000, lalu ada uang cash sebesar $17.000 yang terbagi dalam pecahan-pecahan kecil disana. Ada sebuah catatan kecil juga yang berisi nama-nama beberapa teman klub yang menjadi lawan mainnya. Kepolisian menduga bahwa dia sedang membuat catatan tentang kekalahan dan kemenangan dari setiap permainan yang dia mainkan."
"Penyelidikan singkat yang dilakukan oleh kepolisian tentang kejadian ini, hanya semakin membuat kasus ini menjadi lebih rumit. Pertama, tidak ada alasan yang di dapat, mengapa pemuda ini mengunci pintu kamarnya. Ada kemungkinan bahwa pembunuhnya itulah yang mengunci kamarnya, sebelum dia melarikan diri melalui.jendela kamar."
"Akan tetapi, semua teori itu terbantahkan... Hal itu tidak mungkin terjadi, mengingat ketinggian jendela itu hampir 20 kaki, dengan hamparan bunga mawar merah dibawahnya yang menunjukkan bahwa tidak ada tanda-tanda bahwa bunga itu pernah terinjak. Begitu pula dengan tanah di sekitar bagian bawah hamparan bunga tersebut. Sama halnya dengan jalan setapak yang ditumbuhi oleh rerumputan sebagai jalan pembatas antara rumahnya drngan jalan raya, tidak ada bekas bahwa jalanan itu sudah dilalui oleh seseorang," ujar Cecilia terjeda karena haus.
Sementara Cecilia sedang istirahat minum, Danaya terlihat berfikir sangat keras.
"Hmmm... Sangat aneh, tapi menarik! Benar-benar kasus yang sangat rumit!" ujar Danaya sambil menyesap teh favoritnya.
"Lanjut gak nich?" tanya Cecilia.
"........."
...----------------...
*Jangan lupa tinggalkan LIKE, COMMENT, RATE, GIFT, and SUBSCRIBE-nya Guy's. Support dari kalian adalah semangat untuk penulis Newbie kaya aku... Terima kasih 😁🙏💖