Cinta Tulus Arumi

"Apa katamu tadi? Cerai? Apa aku tidak salah dengar? " Tentu saja Damian merasa sangat terkejut dengan ucapan Arumi pagi ini. Sejak pagi ia menunggu Arumi turun dari kamarnya, Mengabaikan dirinya yang sudah telat ke kantor sejak tadi.

Damian ingin meminta maaf pada wanita yang berstatus sebagai istrinya tersebut tentang masalah semalam. Tapi sekarang kata maaf itu sudah musnah ketika kata cerai keluar dari mulut Arumi.

"Kamu gak salah dengar mas.. Aku ingin kita cerai.."Arumi menatap Damian dengan tatapan tegas. Ya, Pikirannya sudah bulat sekarang. Apalagi setelah Arumi menonton video pergulatan panas Damian dan Dinda.

Dia saja yang sebagai istrinya belum pernah di sentuh sama sekali. Dan sebuah kenyataan mengatakan bahwa Damian lebih suka menyentuh wanita yang bukan siapa-siapa nya di luar sana.

Sebenarnya itu bingung sendiri. Apa kurangnya ia selama ini, Bagaimana bisa Damian enggan menyentuhnya? Apakah ia tidak terlihat menarik sama sekali?

"Apa alasan kamu ingin minta cerai dariku Arum!" Tanya pria itu dengan gigi yang mengetat. Kedua tangan Damian terkepal erat hingga buku-bukunya memutih.

"Tanpa aku jelaskan, Kamu pasti sudah tahu jawabannya mas..." Damian sontak berdiri. Pria itu menatap nyalang Arumi yang masih duduk di sofa itu.

Plaaakkkk!!

Sebuah tamparan keras mendarat di pipi mulus Arumi. Saking kerasnya, Bibir Arumi sampai pecah. Tapi wanita itu tetap diam dan tak bergeming sedikit pun.

Damian mencengkram rahang Arumi membuat wanita itu meringis kesakitan. Tapi Arumi tetap bertahan. Arumi justru membalas tatapan tajam Damian. Melihat tatapan tersebut membuat Damian menghempaskan Arumi ke sofa.

"Setelah dua tahun pernikahan.. Tiba-tiba kau ingin kita cerai! Apakah semudah itu? " Arumi ikut berdiri, Tingginya memang jauh dari Damian. Tapi bukan berarti Arumi mau kalah saat ini.

"Tidak akan ada asap kalau tidak ada api mas! Aku pun tidak akan minta cerai jika kau selalu memberikan aku perhatian, Menganggap ku sebagai istri. Memberikan kewajiban sebagai suami...Memberikan aku cinta, Tapi apa mas!? Kau Justru lebih memikirkan wanita lain daripada istrimu sendiri! Di otakmu hanya ada Soraya Soraya dan Soraya! Apa pernah kau memikirkan aku? Tidak kan?" Lirih Arumi di akhir kalimatnya. Air mata yang sejak tadi ia tahan akhirnya lolos juga.

Hati wanita mana yang tidak sakit saat pria yang telah menjadi suami sah kita lebih memikirkan wanita masa lalunya daripada istrinya sendiri. Wanita mana yang sanggup bertahan dengan pria yang Mengabaikan istrinya, Selalu melalukan kekerasan, Tidak di pedulikan, Tidak disentuh sama sekali.. Dan yang paling menyakitkan ialah. Suaminya lebih suka menyentuh dan bersetu-buh dengan wanita lain. Seorang wanita yang jelas-jelas orang lain dan bukan muhrimnya.

Katakan saja? Wanita mana yang kuat jika dalam berumah tangga selalu di perlakukan sedemikian rupa.

"Dengar Damian! Aku capek asal kamu tahu.. Aku capek mas!! Hidup dua tahun sama kamu aku tuh capek.. Lelah dengan semua ini. Kurang apa aku selama ini mas? Ayo katakan? Dua tahun Mas.. Dua tahun aku bersabar.. Selama itu aku sabar nungguin cinta kamu! Kau tidak peduli, Aku terima. Kau abaikan, aku juga terima. Kau marah, Kau bentak aku.. kau pukul aku.. Aku terima mas.. Tapi satu yang aku tidak terima.. Kau mendua dan tidur dengan wanita lain di luar sana.." Ucap Arumi penuh penekanan di akhir kalimat itu.

Damian diam dan tak menjawab apapun. Pria itu seolah membiarkan istrinya tersebut meluapkan semua unek-uneknya. Tapi entah mengapa Damian ikut merasakan sakit yang luar biasa.

"Ayo mas..Talak aku sekarang juga.." Damian kembali mengeraskan rahangnya. Sebuah kata yang mampu membuat jantung Damian berdegup tak karuan.

"Sampai kapanpun aku tidak akan pernah menceraikanmu Arumi..Tidak akan!

" Jangan egois mas!" Teriak Arumi dengan derai air mata.

"Egois? Aku tidak egois.. Bayangkan saja apa yang aka terjadi kepada ayahmu jika kau meminta cerai.. Dan satu lagi..Aku bahkan tidak segan membuatmu hamil.. Setelah anak itu lahir.. Aku akan memisahkan kau dengannya..Jadi jangan sampai kau ucapkan kata itu lagi" Ancam Damian sebelum meninggalkan Arumi yang merenung dan kembali di lema.

"Tidak..Aku harus tetap cerai dengan Mas Damian..Tidak peduli apa risikonya...

.

.

.

Tok...tok..

"Ya, Sebentar..."Bunda Nimas yang sedang bersantai di ruang tamu itu segera bangkit. Wanita paruh baya tersebut melangkahkan kakinya dan membuka pintu utama.

Cekrek..

"Assalamualaikum bun..

"Waalaikum salam.. Arum! Kamu kenapa?" Bunda Nimas segera memapah sang putri masuk.

"Duduk dulu sayang.." Di tatapan wajah cantik sang putri yang tampak terluka di bagian sudut bibirnya. Dari sini Bunda Nimas mengerti, Jika luka itu pasti Damian tersangkanya.

"Sakit ya.." Arumi hanya mengangguk, " Kamu tunggu disini dulu ya.. Bunda ambil air hangat dulu buat kompres.." Lagi-lagi Arumi mengangguk. Bunda Nimas benar-benar berlalu.

Tak lama kemudian, Bunda Nimas kembali sambil membawa baskom berisikan air hangat. Dengan telaten, Bunda Nimas mengompres luka sang putri. Air mata wanita itu juga tanpa terasa mengalir.

"Katakan apa yang terjadi?.. " Tanya Bunda Nimas agar Arumi membuka suara.

Dan mengalir lah cerita yang keluar dari bibir Arumi. Wanita itu bercerita dari dirinya yang meminta cerai, Lalu murkanya Damian hingga ancaman Damian yang akan membuatnya hamil kemudian akan menjauhkan ia dari anaknya nanti. Bunda Nimas hanya bisa menarik nafas dalam.

"Sayang.. " Baru saja membuka mulut hendak bicara, Kedatangan Dendy mengalihkan perhatian keduanya.

"Kamu jangan pulang dulu ya... Bunda mau nyusul ayah kamu dulu.. " Arumi yang hendak pulang pun mengurungkan niatnya, Merasa penasaran akhirnya Arumi mencoba mencukupi dengar. Tampaknya sang ayah tengah sedang mengamuk dan sempat adu perdebatan dengan sang ibu.

"Udahlah mas.. Jangan kayak gini terus.. Tanpa kamu sadari, Kamu itu di tegur oleh Allah mas.. Allah ingin kamu kembali seperti dulu..."Ujar Nimas dengan nada lembutnya.

"Kamu itu tau apa sih!? Kamu itu gak tau apa-apa!! Suami lagi frustrasi bukannya di kasih solusi malah di ceramahi. Kalau mau ceramah di masjid sana!!" Dengan nada tinggi Dendy berucap di depan wajah sang istri membuat Nimas memejamkan mata dan menangis disana.

"Mas..Aku cuma mengatakan apa yang harusnya aku sampaikan. Wajarlah mas, Sebagai istri aku yang harus nasehati kamu..Siapa lagi kalau...

"Halaahh!! Aku gak butuh nasehat kamu! Lama-lama kamu tuh bikin aku muak tau gak!? Mending sekarang kamu pergi.. PERGI!!

Nimas akhirnya mengangguk pasrah. Wanita itu berbalik badan, Keluar dari ruangan sang suami dengan derai air mata..Entahlah dengan cara apalagi ia menasihati sang Suami. Tapi sepertinya Hati suaminya sudah keras dan buta hingga apapun yang ia sampaikan tidak ada gunanya.

"Sebenarnya apa yang telah terjadi..." Batin Arumi yang masih berdiri di balik pintu.

.

.

.

Tbc

.... hari ini UP sekali yaa... Karena Othor mau antar mertua kontrol ke rumah sakit.. 🤗