NovelToon NovelToon
Terpaksa Menikah Demi Adikku (Naik Ranjang)

Terpaksa Menikah Demi Adikku (Naik Ranjang)

Status: tamat
Genre:Tamat / cintapertama / Cinta Seiring Waktu
Popularitas:1.4M
Nilai: 4.9
Nama Author: Nur Aini

Caca terpaksa harus menikah dengan suami adiknya yang tengah terbaring sakit di salah satu kamar rumah sakit.

"Kak, aku mohon, menikahlah dengan abang Alden!" Ucap Lisa, sang adik di waktu terakhirnya.

Caca menggeleng tak setuju. Begitu juga dengan Alden. Tapi mendengar Lisa terus memohon dengan suara seraknya yang nyaris hilang dan dengan raut wajahnya yang menahan segala rasa sakitnya, Caca pun akhirnya menyetujui permohonan terakhir adiknya.

Bagaimana kelanjutan kisah mereka?

Yuk langsung saja intip serial novel terbaru Author!!

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Nur Aini, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 1 Permohonan terakhir

Di salah satu ruang rawat VIP rumah sakit terdengar lantunan merdu surah yasiin yang dibacakan oleh suami dari pasien kanker yang terbaring lemah dengan berbagai alat medis terpasang ditubuhnya.

Uhuuukkk

Uhuuukkk

"Sayang!"

Sang suami langsung menyudahi bacaannya saat mendengar suara batuk istrinya.

"Sayang minum dulu." Dengan perlahan dia membantu istrinya untuk bisa minum dalam keadaan berbaring.

"Abang.." panggilnya dengan suara yang seakan tidak lagi tembus itu.

"Iya sayang. Abang disini."

Dipeluknya erat tubuh lemah istrinya yang kini dia pangku sambil bersender di sandaran ranjang yang dibuat sedikit tegak.

"Adek sudah nggak kuat, bang. Rasanya sakiiit.."

Tidak ada yang bisa dilakukannya selain memeluk dan menciumi kening istrinya yang sedang kesakitan itu. Lantunan sholawatpun dia bisikkan ditelinga istrinya.

"Ridhoi adek, bang." Rengeknya lemah.

Air mata menetes dari pelupuk mata suaminya, Alden Rezqiano Adnan.

Saat bersamaan, kedua orangtua mereka pun datang.

"Lisa, sayang!" Seru Sarah yang langsung melangkah cepat menghampiri putrinya, Khalisa Maisara.

"Mama.." Sapanya sambil tersenyum.

"Sakit ya nak?" Ujar Sarah prihatin sambil menggenggam tangan putrinya itu.

"Ma, aku nggak kuat lagi.." Adunya merengek lemah.

"Putri papa yang cantik ini pasti kuat, nak." Sahut Faheem Barda, papanya.

Alden tetap memeluk istrinya dengan penuh kasih. Air matanya pun terus menetes membasahi jilbab istrinya.

"Abang, maukah abang membantuku?" Ucapnya kemudian.

"Sayang butuh bantuan apa?"

Sebentar Khalisa tampak menarik napasnya yang semakin terasa sesak.

"Tolong, menikahlah dihadapan adek sekarang. Adek ingin melihat abang menikah sebelum adek pergi ke syurga." Ucapnya pelan namun jelas dan juga tanpa terbata bata.

Mendengar permintaan yang terdengar mengada ngada itu, Alden pun berniat mengabaikannya. Karena dia yakin istrinya itu sedang melantur karena pengaruh obat.

Sementara kedua orangtua mereka terdiam menatap iba sekaligus terkejut mendengar permohonannya yang meminta suaminya menikah lagi dihadapannya saat ini juga.

"Pa, nikahkan kak Caca sama abang Alden." Ujar Lisa sambil meraih tangan papanya.

"Sayang, abang tidak akan menikah dengan siapapun. Adek satu satunya istri yang sangat abang sayangi." Sahut Alden dengan suara lantang nan tegas.

"Aku mohon bang. Aku hanya akan tenang meninggalkan abang apabila abang menikahi kak Caca." Ucapnya dengan suara lemahnya.

"Tidak. Abang tidak bisa."

"Tolong adek kali ini saja bang. Ini permohonan terakhir adek." Lisa menyentuh wajah suaminya sambil menangis.

"Abang tidak bisa, dek." Tolak Alden yang ikut menangis.

Lalu tiba tiba napas Khalisa terdengar sangat berat. Dia bahkan tampak semakin pucat dan terakhir mengatakan sakit di dadanya.

Melihat itu, Faheem langsung menekan tombol darurat untuk memanggil dokter agar datang ke ruangan itu.

"Sayang bertahanlah. Abang mohon.."

Orangtua Alden dan orangtua Khalisa menangis sedih melihat keadaan Khalisa yang semakin memprihatinkan.

Tidak berselang lama dokter pun masuk keruangan itu. Mereka memeriksa Khalisa yang tampaknya memang tidak akan bertahan lama. Mendengar itu Faheem langsung menelpon putrinya Caca untuk segera datang ke rumah sakit.

Adnan sang besan pun juga menelpon anak anaknya yang lain untuk setidaknya melihat Khalisa disaat saat terakhirnya.

"Menurut prediksi kami, mbak Khalisa tidak akan bertahan lebih lama lagi. Dia sudah berusaha keras untuk melawan penyakitnya, tapi sepertinya takdir berkata lain." Ujar dokter yang selama ini telah membantu Khalisa melawan kanker ganas ini sejak enam bulan terakhir.

"Mas, anakku.." jerit pilu Sarah memeluk suaminya.

"Sayangku, Lisa." Sahut Nadin mertua Lisa atau mamanya Alden.

Faheem mendekati Alden yang setia menggenggam tangan Khalisa. Dipegangnya bahu menantunya itu dengan lembut.

"Papa tidak bermaksud memaksamu. Tapi, Lisa tidak punya banyak waktu lagi. Bagaimana kalau kamu mewujudkan permohonan terakhirnya?" Faheem menyarankan.

"Papa kamu benar, nak. Sepertinya Khalisa berusaha bertahan sampai sejauh ini untuk melihat kamu mau memenuhi keinginannya untuk menikahi kakaknya." Celetuk Adnan, papa Alden.

Nadin menghampiri Sarah untuk memeluk besannya itu yang terus menangis.

"Sabar ya jeng." Ujarnya.

Sarah hanya bisa mengangguk dalam tangisannya. Saat ini dia ingin berteriak agar Alden tidak menyetujui untuk menikahi Caca yang adalah putri suaminya dari mantan istri pertamanya. Ya, Caca adalah kakak seayah oleh Khalisa. Dan selama ini hubungan Khalisa dengan kakaknya Caca sangat dekat.

"Pa, aku tidak akan menduakan Khalisa selama dia masih di sini, bersamaku. Aku sudah berjanji padanya akan menjadikannya khadijahku selama hidupnya. Dia masih disini bersamaku, mana mungkin aku mengingkari janjiku padanya."

"Lisa bertahan hanya untuk melihat kamu menikahi Kakaknya. Apa kamu tidak kasihan pada istrimu. Lihatlah dia kesakitan, Al." Faheem mencoba membujuk menantunya itu.

Alden tampak sangat stress dengan desakan ini. Dia tidak bisa berpikir jernih saat situasi seperti ini.

Tapi, melihat wajah cantik istrinya menahan rasa sakit dan semakin pucat membuatnya merasa tidak tega.

"Maafkan abang, sayang. Abang sangat mencintai adek. Selamanya hanya adek yang ada dihati abang. Tapi, kalau memang permohonan terakhir adek ingin melihat abang menikah lagi.."

Alden tidak mampu melanjutkan kata katanya. Digenggamnya erat tangan istrinya itu, lalu dicium keningnya sambil menangis dan air matanya itu menetes dipipi istrinya.

"Baiklah, abang akan mengabulkan permohonan terakhir adek." Gumamnya dengan masih mengecup kening Khalisa.

Saat bersamaan, detak jantung Khalisa terlihat kembali normal di layar pendeteksi bersamaan dengan kedatangan Caca yang langsung membuka pintu ruangan itu.

"Lisa!" Seru Caca dengan raut wajah panik.

Semua orang menoleh padanya dan Lisa pun membuka matanya.

"Kamu kenapa, dek? Kenapa kamu tidak pernah memberitahu kakak kalau kamu sakit?" Celoteh Caca menangis melihat keadaan Lisa yang terbaring lemah diranjang rumah sakit.

"Kakak datang.." Ucap Lisa tersenyum senang menyambut kedatangan Caca.

Sementara Alden langsung membelakangi istrinya tanpa melepas tautan tangan mereka. Kini Alden berada di sebelah kanan Lisa dan Caca berada di sebelah kiri Lisa.

"Kak, menikahlah dengan abang Alden.." Gumam Lisa yang membuat Caca langsung melepaskan tangan adiknya.

Tapi sebelum tangan itu menjauh dengan sekuat tenaga Lisa meraih dan kembali menggenggam erat tangan kakaknya.

"Aku mohon, kak?!" Ujarnya semakin lemah.

Detak jantungnya melemah.

"Aakhhh.. Allahuuu sakittt..."

"Adek kenapa?" Caca khawatir melihat Lisa yang tiba tiba merasakan dadanya sangat sakit, jauh lebih sakit dari sebelumnya.

"Sayang, kamu harus bertahan. Abang selalu disini.." Bisik Alden ditelinga istrinya.

"Aku mohon, menikahlah. Aku ingin melihat kalian menikah. Aku sudah tidak kuat menahan rasa sakit ini.." Ucapnya lemah.

Dengan kekuatan tersisa, dia memohon pada kakaknya dan suaminya untuk segera menikah.

Penghulu datang tepat waktu. Faheem menghubungi mereka tepat setelah dia menelpon Caca.

Alden hanya bisa diam saja tanpa bisa melakukan apapun untuk menolak. Begitu juga dengan Sarah dan Nadin yang paling menentang pernikahan antara Alden dengan Caca. Tapi apa boleh buat, ini permohonan Khalisa.

Saat bersamaan juga Kakak Alden, Rahayu dan adiknya Rani pun tiba diruangan itu. Dan mereka melihat pemandangan yang membuat mereka bingung sekaligus merasa tidak suka.

"Ma, ada apa ini?" Tanya Rahayu dan Rani berbarengan.

Nadin hanya menggeleng saja tanpa memberi jawaban.

Dan saat ini, tepat di depan Khalisa, Alden menjabat sekali lagi tangan papa mertuanya. Didekat mereka sudah ada penghulu dan juga dua orang saksi yang memang dibawa langsung oleh pihak penghulu atas perintah dari Faheem.

"Alden Rezqiano Adnan, aku nikahkan engkau dengan putri kandungku yang bernama Shaima Afsha Hanum..."

Air mata Alden menetes saat dia melafalkan akad yang sakral itu tepat dihadapan istrinya. Hatinya hancur dan tidak ada kata yang bisa menggambarkan perasaannya saat ini.

Tangan Khalisa dan Caca saling berpegangan erat dan mereka menangis bersama. Bedanya, Khalisa menangis haru, karena dia akan pergi dengan tenang meninggalkan suaminya ditangan kakaknya sendiri. Sedangkan Caca menangis karena sedih melihat adiknya dan juga sedih karena telah dinikahi oleh suami adiknya sendiri.

Nyiiittt

Terdengar suara pendeteksi jantung yang menandakan bahwa pasien telah meninggal bertepatan dengan kata sah yang diucapkan saksi pernikahan suaminya dengan kakaknya.

"Lisa!!" Jerit Alden dalam tangisnya.

Dipeluknya erat tubuh kaku istri tercintanya.

"Abang Ridho dek. Abang Ridho padamu sayang." Ucap Alden melepas istri tercintanya.

Sarah dan Nadin pun berlari menghampiri Lisa. Mereka bahkan sampai mendorong agar Caca menjauh dari ranjang Lisa. Dan Caca hampir jatuh jika saja Adnan tidak menahan tubuhnya.

"Om.."

"Kamu baik baik saja?"

Caca menggelengkan kepalanya. Tentu saja dia tidak baik baik saja. Rasa sedih dan juga takut menjadi satu dalam dirinya. Sedih karena Lisa dan takut karena telah dinikahi pria asing yang bahkan hanya mengenalnya sebatas nama saja itupun dari Lisa.

Setidaknya itu yang diyakini Caca. Dia merasa Alden tidak mengenalnya karena memang Caca dan Alden tidak pernah bertemu secara langsung kecuali di hari pernikahan Khalisa dan Alden setahun yang lalu.

Terlebih, Caca memang sudah memilih tinggal sendiri di apartemen kecil yang dekat dengan kantor tempatnya bekerja. Karena itu jugalah dia tidak tahu tentang penyakit yang mulai diderita Khalisa enam bulan terakhir.

.

.

Halo teman teman!! 👋👋

Author datang dengan karya baru lagi nih. Yuk buruan mampir.

Jangan lupa beri masukan buat karya terbaru Author ya teman teman.

salam dari Author untuk teman teman semua.

Semoga sehat selalu, dimudahkan segala urusan dan juga dilancarkan rezeki kita semua. Aamiin.

Salam bahagia dari Author. Jangan lupa senyum dan jangan lupa bahagia 😊😍☺

1
Sweet Girl
emang otakmu ya Alden...
udah Tor... pisahkan aja Alden sama Caca...
Sweet Girl
Hah....???
Sweet Girl
Innaalillahi...
Sweet Girl
Nah luuuu
Sweet Girl
Baguslah... punya pikiran gitu...
Sweet Girl
Rasain lu Yuuuu
Sweet Girl
percuma... kamu labil...
Sweet Girl
Nah Khan...
Sweet Girl
Kamu aja Bodoh Den...
Sweet Girl
Papamu lebih pinter dr kamu Alden...
Nopy Wiwik
tinggal kisah Alden,
Sweet Girl
Pasti Lisa yang sudah mengatur semuanya.
Sweet Girl
bwahahahaha hati hati lhoooo dok... nanti tak laporin lhooo
Sweet Girl
Lhaaa Podo ae on...
Sweet Girl
Dasar.... Mak Lampir... entar beneran sakit lho Mak lampir....
Nopy Wiwik
masih bingung dgn jln ceritanya, tp penasaran so lnjut baca,,,
Sweet Girl
Jadi mirip anak kecil kamu Alden...
Sweet Girl
Sahut Alden
Nopy Wiwik
menarik,,,
Sweet Girl
Astaghfirullah Pak Robi... Ndak di saring tu mulut ...
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!