Perhatian:
Semuanya, ini adalah season dua dari kisah Maudy dan Elgara yang berjudul "Menikahi Pria Koma"
Setelah dua tahun berpisah, Elgara memutuskan untuk merebut Maudy kembali.
Ia menjalankan sebuah rencana untuk membuat kelaurga Maudy menyerahkan Maudy kembali ke padanya, hal ini berdasarkan rasa dendam nya yang tak bisa ia lupakan.
Jikalau kalian tidak membaca season pertama pasti akan kebingungan dengan alur nya, jadi author sarankan baca dulu season satu nya ya, baru datang ke season dua nya.
Season dua nya idak banyak, hanya empat puluh bab saja, dan buat yang ngikutin season satu dari awal yuk kita pindah ke season dua untuk mengetahui bagaimana kisah mereka selanjutnya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Nadia, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab #11
Tidak butuh waktu lama mereka pun akhirnya tiba di pesta pernikahan tersebut.
Acaranya cukup mewah, di selenggarakan di sebuah gedung yang lumayan besar.
Maudy berjalan di samping Elgara dengan terpaksa memegang lengan sang suami, padahal ia cukup kesal dan malu dengan pakaian yang dia gunakan, namun mau bagaimana lagi.
Beberapa pasang mata kini menatap ke arah mereka, apalagi laki-laki yang melihat Maudy mereka benar-benar merasa kalau Maudy adalah gadis yang akan menjadi idaman banyak pria karena bentuk tubuh nya.
Hal ini entah kenapa membuat Elgara merasa panas, dia masih ingat dua tahun yang lalu di mana Sofian mendekati Maudy.
Acaranya pun berlangsung dengan lancar.
Satu jam berlalu, Maudy merasa bosan karena dia sama sekali tidak mengenali orang-orang yang ada di pesta tersebut.
"Mau ke mana kau?" tanya Elgara saat Maudy hendak melangkah pergi dari samping nya.
"Lanjut mengobrol saja dulu, aku ingin mencapai toilet," kata Maudy kepada Elgara.
"Ingat, jangan macam-macam dan jangan berkeliaran tidak jelas," ucap Elgara lagi.
"Aku mengerti," setelah mengatakan itu Maudy berjalan pergi dari tempat Elgara yang sedang berbincang dengan teman-teman nya.
Sementara itu, Maudy berbohong, dia sama sekali tidak pergi ke toilet melainkan keluar dari aula pesta menuju kolam renang yang ada di samping gedung tersebut.
"Huh, ternyata di sini cukup nyaman, sebaiknya aku menunggu di sini saja sampai acara nya selesai," kata Maudy sambil melihat-lihat sekeliling kolam renang yang di hiasi lampu kelap-kelip.
"Maudy, kenapa dia bisa ada di sini? Apakah tuan Ferguson juga di undang?" ucap seseorang yang saat itu tampa sengaja melewati tempat tersebut dan matanya langsung fokus kepada satu orang yang itu adalah Maudy.
Bergegas dirinya menghampiri Maudy yang saat ini termenung di pinggiran kolam.
"Maudy, ini benar-benar kau?" ucap seorang laki-laki yang saat ini ada di samping Maudy ia menatap Maudy yang terlihat sangat cantik dan anggun.
Maudy sedikit kaget dan kemudian menoleh ke arah samping, di mana suara laki-laki itu menyapanya.
"Kak Gaza," kata Maudy dengan wajah kaget. Ia menatap Gaza dengan tatapan tak percaya kalau bisa bertemu di tempat ini.
"Iya ini aku, Maudy bagaimana bisa kau di sini? Bersama siapa apakah kau pergi dengan papa ku atau mama mu?" tanya Gaza penasaran.
"A-aku," Maudy memegang dadanya dan memalingkan pandangannya ke arah lain. Ia tidak tau apa yang harus dia katakan.
Mana mungkin dia mengatakan kalau dirinya datang ke tempat itu bersama dengan Elgara suaminya.
"Apakah dengan Randy?" tanya Gaza lagi.
"Aku, aku sendirian," jawab Maudy yang kemudian memilih untuk berbohong.
"Kau sendirian? Ah iya sebenarnya ada yang lebih penting dari ini, Maudy aku ingin bicara hal yang mungkin bisa membantu mu menghasilkan banyak uang, bahkan lebih banyak dari yang kemarin-kemarin," kata Gaza mengalihkan topik pembicaraan mereka.
"Apa itu?" tanya Maudy kebingungan ia menatap Gaza penuh harapan.
"Ada seseorang yang mencari mu, dia ingin kau melukis wajah seseorang, dan dia rela membayar berapapun biayanya," kata Gaza sambil memegang kedua pundak Maudy.
Mereka bicara cukup serius sekarang sampai Maudy melupakan Elgara yang ada di dalam gedung.
Gaza menceritakan semua tentang seseorang yang masuk ke dalam galeri seni nya, dan bagaimana orang itu ingin bertemu dengan Maudy untuk meminta bantuan melukis wajah seseorang.
"Berikan nomer telpon mu, aku akan membantu mu," kata Gaza setelah mereka selesai bicara.
Namun Maudy terlihat kebingungan, sejujurnya ini adalah tawaran yang sangat menarik baginya, namun dia bingung bagaimana dia bisa melukis sekarang sedangkan dirinya selalu berada di bawah peraturan dan pengawasan dari Elgara.
"Ayo lah Maudy, dengan uang ini kau bisa membantu kelaurga mu," kata Gaza yang tidak tau apa-apa soal Maudy yang saat ini sudah menjadi istri orang.
Tampa berfikir terlalu lama, Maudy pun memberikan nomer telpon baru nya kepada Gaza, ia yakin kalau dirinya bisa mencari cara untuk bekerja diam-diam tampa sepengetahuan Elgara.
"Terima kasih, Maudy oh iya kau pulang dengan siapa? Jika mau aku akan mengantarmu," Ucap Gaza lagi.
"Ah tidak perlu, aku bisa pulang sendiri." Jawab Maudy.
Sejujurnya Maudy masih sangat kecewa dengan Gaza yang meninggalkan nya dan memutuskan untuk menuruti kemauan papa nya, namun dia tidak bisa meluapkan rasa marah itu sekarang.
"Gaza! Kemarilah!" teriak seseorang yang saat itu memangil Gaza dengan kesal.
"Ah, Maudy, mama ku memagil, tunggu disini aku akan kembali lagi nanti," kata Gaza yang kemudian bergegas menghampiri mama nya.
Gaza ini agak terlihat sangat polos dan juga mudah di ancam, dia juga anak satu-satunya karena itu kedua orang tuanya menjadikan dia anak mama atau anak papa yang mudah di taklukkan kedua orang tua nya.
Gaza pun pergi meninggalkan Maudy sendirian di pinggir kolam renang tersebut.
"Oh jadi ini toilet nya," ucap seseorang yang saat ini berdiri di belakang Maudy.
Seketika Maudy memegang dadanya yang terasa berdebar kencang, dia mengenali suara tersebut dan pelan-pelan membalikkan badannya.
"Siapa laki-laki yang barusan pergi dari hadapan mu?" tanya Elgara sambil menatap tajam Maudy.
"Kapan kau ada di sini? Sejak kapan kau berdiri di sini? Dan mengawasi aku?" tanya Maudy mengerutkan keningnya.
"Bukan urusan mu, aku tanya siapa laki-laki itu?" sekali lagi Elgara dengan tatapan tajam dan tangan yang kini mencengkram lengan Maudy.
"Lepaskan, ini sakit," kata Maudy mencoba melepaskan cengkraman tangan Elgara.
"Jawab!" ucap Elgara semakin kehilangan kesabaran.
"Dia Gaza, mantan atasan ku di galeri seni," jawab Maudy dengan terpaksa.
Mendengar itu Gaza semakin menatap tajam Maudy, dia kemudian menyeret Maudy keluar dari gedung tersebut dan menuju mobil.
Brukh ...
Elgara mendorong Maudy ke kursi belakang mobil nya.
"Ah, apa yang akan kau lakukan?" ucap Maudy kaget.
"Beraninya kau berbicara dengan pria lain di belakang ku, kau juga berbohong ingin ke toilet," ucap Elgara masuk ke dalam mobil mengungkung Maudy di bawah nya sambil kemudian mencopot dasi yang dia gunakan.
Dengan sekejap pakaian nya acak-acakan, ia mencopot dasi nya, dan mengikat kedua tangan Maudy.
Tidak hanya baju Elgara, gaun Maudy juga di buat melorot oleh Elgara ia membuat gundukan kembar itu semakin terekspos.
"Kau ingin mengoda orang dengan tubuh mu? Kenapa? Apa kau tidak merasa bisa menggoda ku?" ucap Elgara yang ternyata sedang terbakar api cemburu.
"Tidak, aku sama sekali tidak mengoda nya, tolong jangan lakukan itu di sini," ucap Maudy yang kini tangan nya sudah tidak bisa melakukan apapun karena di ikat Elgara dengan dasi nya.
Seketika Elgara tersenyum miring mendengar ucapan Maudy barusan.
Bersambung ....