Gisel mendapatkan ide gila dari keluarganya, yaitu untuk memb*nuh Evan—suaminya. Karena dengan begitu, dia akan terbebas dari ikatan pernikahannya.
Mereka bahkan bersedia untuk ikut serta membantu Gisel, dengan berbagai cara.
Apakah Gisel mampu menjalankan rencana tersebut? Yuk, ikuti kisahnya sekarang juga!
Jangan lupa follow Author di NT dan di Instaagram @rossy_dildara, ya! Biar nggak ketinggalan info terbaru. Sarangheo ❣️
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Rossy Dildara, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab. 12
Evan terdiam dalam keheningan, merenung dengan penuh perhatian terhadap penjelasan yang disampaikan oleh Gisel. Jika niatnya memang seperti itu, Evan pasti akan setuju, karena dia sendiri tidak ingin menjadi suami yang egois.
Namun, yang membuatnya kesal dan kecewa adalah bahwa Gisel seolah-olah menyembunyikan hal tersebut darinya. Sehingga membuat Evan berpikir negatif.
Melihat Evan belum memberikan tanggapan, Gisel menjadi takut bahwa mungkin dia tidak percaya padanya. Dan mungkin, ada satu cara lagi yang bisa membuat hati pria itu luluh.
Dengan mantap, Gisel berdiri dan melangkah mendekati Evan. Tatapannya penuh dengan tekad yang kuat. Dia berjinjit, mendekatkan wajahnya dengan lembut lalu mencium bibir Evan.
Pria itu terkejut dengan tindakan Gisel. Dia merasa ingin mendorong tubuh perempuan itu, tapi Gisel lebih dulu mendorong tubuh Evan sehingga dia terduduk di atas toilet.
Namun, saat bibir mereka bersatu, Evan merasakan getaran emosi yang tak terduga. Ada kehangatan yang memenuhi hatinya, membuatnya terpana sejenak.
Tidak berhenti di situ, Gisel segera duduk di pangkuan Evan dan mulai membuka semua kancing baju tidurnya.
'Apa-apaan dia? Kenapa tiba-tiba menciumku begini?' batin Evan penuh tanya.
Sejenak, Gisel melepaskan ciumannya dan memegang kedua pipi Evan. "Bibir Abang sangat manis. Aku menyukainya. Aku kangen sama Abang," ucapnya dengan suara lembut, lalu melanjutkan dengan mencium leher Evan.
Tubuh Evan merespons dengan gemetar, merasakan sentuhan Gisel yang penuh dengan kelembutan dan kehangatan.
Gisel memang tidak terbiasa dengan hal seperti ini, gerakannya terlihat kaku. Dia sendiri tidak memiliki pengalaman.
Namun, Gisel bukan lagi gadis belia, dia pernah menonton film dewasa yang mungkin bisa dijadikan contoh untuk apa yang dia lakukan sekarang
Suara desaahan langsung meluncur dari bibir Evan. Sentuhan lidah Gisel kini telah menyapu hingga dadanya. Birahinya seketika memuncak dan ada yang mengeras di dalam celananya.
'Akan kubuat Abang semakin tergila-gila padaku. Aku tau Abang ini sangat mencintaiku ... jadi ucapanku harusnya lebih Abang percaya, dibandingkan ucapan orang lain,' batin Gisel.
Dia langsung turun dari pangkuan Evan, lalu berlutut di hadapannya sambil menyentuh bagian intim suaminya yang tampak mengembung.
"Jangan sentuh!" larang Evan, menepis tangan Gisel. Dia terlihat masih marah, berusaha mengendalikan dirinya.
"Nggak usah ditahan, Abang. Kasihan sama Dedek, Abang ... dia pasti merindukan belaian," ucap Gisel dengan suara lembut.
Wajah Evan semakin memerah. Tapi kali ini bukan karena emosi, melainkan karena birahinya yang semakin memuncak.
Mendengar Gisel menyebut kejantanannya sebagai 'Dedek' membuatnya merasa campur aduk.
Gisel dengan cepat membuka kancing celana dan resleting suaminya, merasa sangat tidak sabar ingin melihatnya.
Tak lama kemudian, benda tersebut langsung muncul, membuatnya merasa gugup.
'Apakah dia akan muat ke dalam bibir mungilku ini?' batin Gisel.
"Mau apa?" tanya Evan, bingung dengan tindakan Gisel. Namun, tanpa diduga, Gisel dengan berani menyentuhnya dengan lembut.
"Apa yang kamu—" Evan tidak mampu melanjutkan pertanyaannya, karena sensasi yang dia rasakan membuatnya seolah-olah terbang melayang ke udara.
Evan benar-benar tidak menyangka, Gisel bisa melakukan hal ini padanya. Dalam sekejap, dia menjadi nakal dan berani.
Ini seperti bukan dirinya, karena biasanya, setiap kali Evan melakukan pemanasan sebelum bercinta, Gisel hanya menjadi patung. Dia diam, kendati mendesaah pun seolah tidak menikmati.
Setelah beberapa saat, Evan segera menarik Gisel untuk menghentikan aktivitasnya. Dia merasa bahwa situasi hampir berlebihan.
Evan tidak ingin momen intim mereka terbuang percuma. Dengan penuh kelembutan, dia menggendong tubuh Gisel dan sambil mencium bibirnya penuh gairah, membawanya menuju kamar.
Setelah merebahkan tubuh Gisel di atas kasur, perempuan itu dengan semangat membuka seluruh pakaiannya sendiri. Dia juga tampak senang dengan respons Evan, yang mungkin saja ini berarti pria itu sudah berhasil dia luluhkan.
Malam itu berlangsung panjang, dengan Gisel yang terus melontarkan desahan penuh gairah dan memuji Evan atas perhatiannya.
^^^Bersambung....^^^
jadikan ini sebuah pelajaran berharga didalam kehidupan bang evan, ternyata berumah tangga itu butuh ketulusan hati, cinta dan kepercayaan, jika didasari dengan kebohongan apalagi sampai ingin melenyapkan itu sudah keterlaluan
buat kak Rossy semangat 💪, jujur aku suka ceritanya kak, seru buatku, malah selalu nunggu up tiap hari
alurnya itu unik dan bikin penasaran cuman pas up pendek banget thor🥲
sabar bang Evan masih ada Risma yang setia menunggu
jangan cepat ditamatin 😭