Penjara CEO Dingin

Beberapa hari kemudian, Kanaya meminta izin kepada Leo untuk pergi bertemu Luna setelah lama ia tak bertemu ataupun mendengar kabar dari sahabatnya itu.

Leo menceritakan jika, Luna kini telah hidup mapan dengan kuliah dan bekerja di salah satu cabang perusahaannya dan di awasi langsung oleh Alan.

Dan disinilah saat ini Kanaya berada bersama Luna di sebuah kafe pusat kota dengan suasana alam yang memanjakan mata pengunjung.

Seperti biasanya Kanaya akan selalu di jaga oleh kedua pengawal yang selalu setia menjaganya dimana pun dan kemanapun ia pergi.

" Nay, gue kangen banget sama Lo, udah lama kita gak ketemu, Lo sekarang susah ditemuin secara istrinya CEO"

" Ahh Lo bisa aja, ya Lo tahu sendiri gimana ketatnya aturan dan penjagaan dia, tapi itu semua demi kebaikan gue sendiri "

" Iya sih, tapi apa Lo gak merasa tertekan lama-kelamaan kan bete juga"

" Enggak kok, justru aku merasa lebih aman dengan adanya mereka yang menjagaku, ya udah jangan ngomongin gue mulu, gimana kabar Lo?"

Kanaya meneguk orange juice yang pesan dan beberapa cemilan untuk menemani waktunya bersama Luna yang juga memesan beberapa cemilan dan juga juice kesukaannya.

" Gue lebih dari baik Luna, semua berkat Lo dan suami Lo, gue bisa hidup berkecukupan dan menikmati hasil kerja gue dengan bahagia tanpa ada beban thanks untuk semua yang dah Lo berikan dan Lo lakuin buat gue"

"Apaan sih Lo, jangan bikin gue mewek dong,gue ketemu Lo itu pengen happy bukan di bikin mewek" ucap Kanaya.

" Sorry, tapi ini memang harus gue ucapkan ke Lo, gue hanya punya Lo sahabat gue , Lo tahu sendiri kalau gue sebatang kara berkat Lo , gue jadi ngerasa kalau gue punya keluarga "

" Ehh Lo,udah ah jangan di lanjutin kalau gak gue pulang deh"

" Sorry,... sorry, ya sudah kita bicara yang lain saja , ngomong -ngomong gimana tugas skripsi akhir Lo dah beres?" tanya Luna tak ingin membuat Kanaya sedih .

" Sedikit lagi, tinggal di susun aja"

Di sela obrolan mereka , keduanya menyempatkan diri untuk berfoto dan bercanda bersama, tanpa di sadari keduanya jika saat ini mereka tengah di perhatikan diam-diam seseorang.

" Permisi Nona"

" Ya, ada apa "

Tiba-tiba Kanaya di kejutkan dengan kedatangan pelayan kafe yang memberikannya setangkai bunga mawar merah dan juga kertas berisi pesan dari seseorang.

Kanaya meraih bunga dan kertas pesan itu kemudian membacanya:

..."Hai Nona cantik, bolehkah aku mengenalmu, kau sudah membuat ku jatuh cinta sejak melihat mu"...

Begitulah isi pesan yang diterima Kanaya, segera Kanaya melihat ke sekeliling arah mencari si pengirim pesan begitu juga dengan Luna yang ikut membaca pesan itu.

" Dari siapa ini? "

Tanya Kanaya pada sang pelayan, Kanaya beranjak dari duduknya begitupun dengan Luna.

" Itu Nona, pesan ini dari Tuan Damar"

Sang pelayan menunjukkan dimana si pemberi pesan yang rupanya tak jauh dari Kanaya duduk.

Kanaya menghampiri Damar dengan pesan dan bunga di tangannya bersama Luna yang mengikutinya ia takut terjadi sesuatu pada Kanaya.

" Maaf Tuan, tapi apa maksud dari pesan yang kau berikan ini?"

Damar yang sedang duduk sedari tadi memperhatikan gerak-gerik Kanaya dari kejauhan, rupanya terpesona pada kecantikan Kanaya,hingga iapun memutuskan untuk memberikan pesan melalui pelayan kafe.

" Apa kau tidak bisa membacanya Nona? Atau harus aku bacakan untukmu?"

" Maaf Tuan, tapi sepertinya kau salah orang maaf aku tidak bisa menerima pemberianmu ini"

Kanaya bermaksud pergi setelah meletakan bunga dan kertas pesan di meja Damar namun saat ia akan berbalik, Damar menahannya dengan menarik tangan Kanaya sontak hal itu membuat Luna dan pengawal Kanaya segera menghampiri mereka.

" Tuan , lepaskan tanganku" ucap Kanaya

" Nona , ada apa ini? "

" Maaf Tuan, tapi sebaiknya anda lepaskan tangan sahabatku"

Ucap Luna dan kedua pengawal Kanaya dengan sigap mereka menjadi pelindung bagi Kanaya, Damar mengulas senyum sinis melihat ke arah mereka dengan santai ia melepaskan tangan Kanaya.

" Wow, rupanya anda bukan wanita biasa Nona, tapi itu lebih membuatku tertantang menarik" gumam Damar.

" Tuan, anda jangan berusaha untuk mencari masalah jika kau tak ingin hancur" ucap Luna dengan menatap tajam Damar.

" Aku tak peduli, dan aku tidak takut, kau tahu aku Damar Prasetyo, bisa melakukan apapun yang aku inginkan"

Tubuh Kanaya sedikit oleng mendengar perkataan Damar tentang siapa dirinya, Luna dengan sigap menangkap tubuh Kanaya agar tak sampai terjatuh, wajah Kanaya berubah pucat pasi dan tubuh Kanaya mulai gemetaran.

" Nay .. Lo kenapa?" Lo baik-baik aja kan?" Luna panik.

" Lun, cepat kita pergi dari sini gue gak mau berurusan dengan dia" bisik Kanaya.

Luna melihat ke arah Damar, yang heran melihat reaksi Kanaya seperti itu begitu mendengar perkataannya.

Luna dengan segera membawa Kanaya di ikuti pengawal mereka untuk segera pergi meninggalkan kafe.

Dari jarak yang tak jauh dari Kanaya dan Damar rupanya ada Stella yang tanpa sengaja melihat perdebatan mereka dan ia pun mengambil kesempatan dengan memotret saat tangan Kanaya di cengkram Damar.

" Bagus, dengan ini akan kubuat wanita itu menjauh dari Leo"

Setelah berhasil mengambil foto Stella pun bergegas untuk meninggalkan kafe , ia tak ingin kalau aksinya sampai di ketahui oleh Damar dan pengawalnya.

Sementara itu Kanaya dan Luna saat ini memutuskan untuk pergi ke apartemen Luna saja untuk, menenangkan diri sejenak

Luna memberikan air minum untuk Kanaya dan di teguknya sampai habis , dan kedua pengawal Kanaya berjaga di depan pintu apartemen.

" Nay, kenapa sih Lo bisa sampai begini syoknya saat Lo denger siapa nama orang tadi?"

" Dia , Damar Lun, Damar Prasetyo "

" Iya, lantas kenapa Lo sampai seperti ini emang Lo kenal siapa dia?"

Kanaya mengangguk dan ia pun menceritakan siapa dan mengapa ia begitu ketakutan pada Damar, Luna yang mendengar cerita Kanaya pun tak kalah syoknya.

Ia tak menyangka jika sahabatnya itu harus mengalami kejadian yang mengerikan akibat ulah Damar tanpa disadari Damar itu sendiri yang kini malah tertarik pada Kanaya.

" Gila Nay, gue gak nyangka kalau Kak Yola bisa senekat dan segila itu demi pria yang gila seperti Damar, ini sih bukan gila lagi tapi di luar nalar" ucap Luna kesal.

" Dan Lo, bisa-bisanya Lo nikah sama laki-laki yang udah nyiksa Lo habis-habisan? sekarang Lo malah cinta mati sama dia' pantesan dulu Lo susah di hubungi, terus Lo di kawal mulu rupanya ini alasannya? Kenapa Lo baru bilang sekarang sih?"

" Gue, gak bisa bilang karena dulu gue takut Lun, tapi sekarang yang aku takutkan adalah Damar, keluarga gue dan Kak Yola udah tahu semuanya, dan Kak Yola sekarang udah hidup bahagia di Jerman"

" Ya elah, Lo Nay ...bucin banget sekarang percuma juga gue ngelarang Lo, kalian udah kaya perangko gini"

" Sialan Lo....

" Ya emang bener"