NovelToon NovelToon
Alone

Alone

Status: sedang berlangsung
Genre:Keluarga
Popularitas:12.7k
Nilai: 5
Nama Author: NurFitriAnisyah

Arkan Pratama, putra kedua dari pasangan Azel dan Renata. Dia adalah anak tengah yang keberadaannya seringkali di abaikan oleh mereka. Tidak seperti kakak dan adiknya yang mendapatkan kasih sayang dan perlakuan yang berbeda dari orang tuanya. Hingga....

Penasaran?
Akankah Arkan mendapatkan kasih sayang dari keluarganya?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon NurFitriAnisyah, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Alone 22

Satu pekan sudah berlalu, namun Arhan maupun Arief belum juga membuka mata. Arkan selalu bolak balik ke kamar Abang dan adiknya itu untuk mengecek keadaan mereka.

“Han... kapan kamu akan bangun? Apakah masih sakit? Bangunlah... katakan pada Abang dimana yang sakit.” Ujar Arkan sembari merapikan rambut adiknya yang mulai lepek.

“Bang Arief... kapan kalian akan bangun?” Monolog Arkan.

“Arkan... apa kau tidak pulang? Setiap aku datang, kau selalu ada di sini.” Tanya Shalwa sambil duduk di samping Arkan.

“Tidak... aku tidak mau pulang. Aku tidak boleh lengah, karena kondisi mereka belum juga sadar....” Ujar Arkan yang tetap menatap ke arah Arhan.

“Arkan... boleh aku bertanya sesuatu padamu?” Ujar Shalwa menatap Arkan dengan serius.

“Apa?” Ujar Arkan dan mengalihkan pandangannya pada Shalwa.

“Apa dulu kau sengaja menjauhiku, dan Arhan tahu segalanya tentang ku itu darimu? Atau kau sendiri yang ingin melakukan semua itu untuk ku?”

“Itu sudah berlalu dan tidak penting untuk di bahas lagi....” Ujar Arkan.

“Jika aku tahu kalau Arhan itu adikmu, aku tidak akan-“

“Jangan Sakiti adikku... dia sangat mencintai mu, apa pernah dia menyakitimu selama ini?” Ujar Arkan memotong ucapan Shalwa.

“Ya, memang Arhan tidak pernah menyakiti ku... dia pria yang sangat baik. Tapi setelah kamu pergi, aku merasa ada yang berbeda darinya.”

“Ehm, permisi... apakah saya mengganggu?” Tanya Ara dari balik pintu.

Kedatangan Ara membuat Arkan menghela nafas lega, karena dirinya tak tahu harus berkata apa lagi pada Shalwa.

“Ada apa sin- Ah... Dokter Ara?” Ujar Arkan yang lidahnya hampir saja terpleset dan membangunkan macan tidur.

“Berani kau memanggilku singa betina, aku hilangkan satu gigi depan mu.” Gumam Ara dalam hati.

“Ada kepentingan apa Dokter kemari?” Tanya Shalwa.

“Saya tidak memiliki kepentingan apa-apa tapi....” Ara berhenti sejenak dan melihat ke arah Arkan.

“Dokter David, anakmu menangis mencari mu. Dia melempari ku dengan boneka dan mainannya.” Dengus Ara.

“Isshh, mengurus anak kecil saja tidak bisa. Bisanya Cuma marah-marah doang.” Cibir Arkan yang membuat darah Ara kembali mendidih.

“Enak saja anda berbicara, anda sedang asyik pacaran disini dan saya yang di suruh merawat bocah kematian itu? Pandai sekali anda?” Ujar Ara kesal.

“Siapa yang pacaran? Saya sedang memantau perkembangan kondisi kedua saudara saya.” Balas Arkan.

“Arkan... kau sudah memiliki anak?” Tanya Shalwa.

“Anda tidak tahu? Anda tidak tahu jika pacar anda ini memiliki anak yang super menjengkelkan?” Tutur Ara yang salah paham karena melihat kedekatan Shalwa dan Arkan setiap harinya.

“Dia bukan pacar ku sing- ah maksudku Dokter Ara.”

“Saya tidak bertanya.” Balas Ara ketus.

“Saya bukan pacar Dokter David, tapi mantan pacarnya. Perkenalkan nama saya Shalwa Aditama.” Ujar Shalwa memperkenalkan dirinya.

“Oh, sudah jadi mantan... syukurlah...”

“Apa maksud anda?” Tanya Shalwa bingung.

“Ya, syukur. Anda membuat keputusan yang tepat, lagian siapa yang akan betah dengan orang menjengkelkan sepertinya.” Ujar Ara tersenyum sinis pada Arkan.

“Shalwa apa kamu membawa kaca? Berikan padanya supaya dia berkaca dulu sebelum berbicara.”

“Apakah anda akan bisu jika tidak mencari gara-gara dengan saya Dokter David?!”

“Anda duluan yang memulai, saya hanya mengatakan kenyataannya.”

“Jangan banyak bicara. Cepat pergi tenangkan anakmu, dia bisa mengganggu pasien lain.”

“Arkan jadi kau benar-benar sudah memiliki anak?” Tanya Shalwa lagi, yang masih belum mendapat jawaban dari Arkan.

Di tengah perdebatan 2 wanita yang saling salah paham itu, Arhan perlahan mulai membuka matanya dan mendengarkan percakapan mereka.”

“Arkan... jawab pertanyaan ku, kau sudah memiliki anak?”

“Dokter Ara jelaskan padanya, kau yang sudah memulai ini.”

“Apa dia ibu dari anakmu, Arkan?” Tanya Shalwa.

“Bang Arkan sudah menikah dan memiliki anak? Berarti aku sudah menjadi seorang paman?” Sahut Arhan yang membuat semuanya menoleh ke arahnya.

“Arhan... kau sudah sadar.... Apa ada yang sakit? Katakan pada Abang, Han.” Ujar Arkan sembari mendekati Arhan dan menggenggam tangan Arhan.

“Tidak... aku baik-baik saja Bang. Jadi kamu benar Bang Arkan kan? Dan dimana ponakan ku?”

“Dokter Ara!” Dengus Arkan.

“Jadi Dokter ini istri Bang Arkan?” Tanya Arhan sambil menunjuk Ara.

“Bukan!” Jawab Arkan dan Ara bersamaan.

“Abang belum memiliki istri apalagi anak, dia hanya bercanda tadi, iyakan....” Ujar Arkan melirik Ara dengan tajam.

Ara yang merasa candaannya kali ini menjadi masalah, hanya bisa tersenyum hambar dan menggaruk tengkuknya yang mendadak gatal.

“Dokter Ara, kenapa anda tiba-tiba bisu?”

“Dokter David, mengapa pasien memanggil anda Bang Arkan?” Tanya Ara mencoba mengalihkan pembicaraan.

“Bukankah tadi saya sudah katakan, jika mereka adalah saudara saya? Dia adikku Arhan Pratama, dan yang di sana kakak saya Arief Pratama. Bukannya anda sudah tahu nama Davidson Albert adalah nama inggris saya saat belajar di sana?”

“Hai kakak ipar... panggil saja saya Arhan.” Sapa Arhan.

“Benar-benar adik kakak ternyata, mereka sama- sama menjengkelkan.” Gerutu Ara dalam hati.

“Tunggu sebentar, bukannya Dokter David adik bungsu Dokter Rangga?”

“Bukan, bang Rangga adalah kakak sepupu kami.” Jawab Arhan.

“Begitu...”

“Astaga! Dokter David, anakmu... eh, maksud ku Rafi. Dari tadi dia mengamuk dan mencari mu.” Ujar Ara kaget teringat soal Rafi yang sedang membuat kegaduhan di ruangannya.

“Tapi....”

Berat rasanya bagi Arkan untuk meninggalkan Arhan, karena dirinya masih ingin mengobrol dengan sang adik untuk melepaskan rindu yang dia pendam selama ini.

“Arhan apa ada yang sakit?” Tanya Arkan memastikan sebelum dirinya beranjak pergi.

“Tidak ada Bang, cuma kepala ku terasa sedikit sakit saja.”

“Dokter Ara, tolong lakukan pemeriksaan CT scan ulang, saya takut ada masalah serius di bagian kepala adik saya.” Titah Arkan serius.

“Baik, Dokter.” Jawab Ara.

Meski Arkan dan Ara tadi sempat adu mulut, tapi jika menyangkut seorang pasien mereka benar-benar bekerja secara profesional dan mengesampingkan masalah pribadi mereka.

“Kenapa harus dia, kenapa tidak bang Ikhsan saja yang melakukan pemeriksaan pada Arhan?” Tanya Shalwa yang sepertinya tidak terlalu menyukai Ara.

“Apa kau cemburu pada kakak iparku, sayang? Jangan khawatir hatiku hanya untukmu.” Goda Arhan pada kekasihnya.

“Baiklah, nanti aku akan meminta dokter Ikhsan untuk melakukan pemeriksaan ulang pada Arhan.” Ujar Arkan yang mendengar ucapan Arhan.

“Arhan, Abang tinggal dulu ya.” Ujar Arkan menepuk lembut pundak Arhan.

“Iya, Bang...”

“Bang... aku sangat merindukan mu, bisakah Bang Arkan memeluk ku sebentar saja?” Pinta Arhan.

“Tentu!” Ujar Arkan menyetujui permintaan Arhan.

“Abang senang akhirnya kamu bangun, Arhan. Abang harap bang Arief juga segera sadar.”

Ara pergi menemui Ikhsan sesuai dengan perintah Arkan untuk memberitahunya agar melakukan pemeriksaan ulang pada Arhan, sedangkan Arkan pergi ke ruangan Rafi.

Rafi masih menangis menunggu kedatangan Arkan.

“Dokter Al... hiks... hiks...” Tangis Rafi sembari memegang erat boneka kelinci kesayangannya.

“Aduh, kenapa kelincinya di cekik seperti itu? Nanti kelincinya gak bisa nafas, terus mati gimana?” Ujar Arkan lembut.

“Dokter Al jahat... Dokter Al sudah tidak sayang lagi sama Rafi sepeti kakek dan nenek... hiks... hiks...” Ujar Rafi di iringi isak tangisnya.

“Rafi mau nyusul bunda saja ke surga... hiks... hiks...” Tangis Rafi makin keras.

“Sekarang Dokter Al tanya, memangnya Rafi tahu jalanya kalau mau ke surga?” Ujar Arkan mengusap pipi Rafi yang basah.

“Tidak....” Ujar Rafi yang tangisnya mulai mereda.

“Nanti kalau Rafi tersesat bagiamana? Dan Rafi tidak bisa bertemu bunda?”

“Dokter Al yang anterin Rafi ke surganya....”

“Rafi masih kecil, nanti kalau Rafi sudah besar, Dokter Al anak antar Rafi ke surga dan Rafi harus jadi anak baik dulu... karena anak yang nakal gak boleh masuk surga.” Tutur Arkan yang mencoba mendiamkan anak kecil itu.

“Nggak mau! Rafi maunya sekarang... disini sudah tidak ada yang sayang lagi sama Rafi...” Ujar Rafi yang tangisnya mulai pecah lagi.

“Dokter Al sayang sama Rafi, Bibi juga sayang sama Rafi.”

“Bohong! Bibi sering ninggalin Rafi sendirian di sini, Dokter Al juga sama saja...”

“Tuan Rafi... maafkan Bibi. Bibi kan harus bekerja, jika tidak nanti kakek dan nenek tuan akan memecat Bibi dan kalau Bibi di pecat nanti Bibi tidak bisa membayar biaya rumah sakit Tuan....” Ujar Wanita paruh baya yang merawat Rafi selama ini.

Arkan menggendong Rafi dengan penuh kasih sayang, Arkan mengecup lembut kening Rafi dan berkata.

“Mulai sekarang, Dokter Al akan berusaha tepat waktu datang kesini. Jadi Rafi berhenti menangisnya ya?”

“Rafi mau main game atau mau Dokter bacakan cerita?” Tanya Arkan yang sudah berhasil meredakan tangis pasien kecilnya itu.

Rafi tidak menjawab Arkan, dia hanya menggeleng dan semakin menenggelamkan kepalanya ke dalam pelukan Arkan.

“Baiklah... Dokter Al akan menggendong mu sampai kamu tertidur.” Ujar Arkan sambil mengecup kening Rafi.

“Ayo! Dokter akan membawamu jalan-jalan.” Ujar Arkan dan melangkah keluar dari ruangan Rafi.

Ada alasan mengapa Arkan memperlakukan Rafi berbeda dengan pasien lainnya. Karena Rafi kecil sama seperti dirinya dulu, yang tidak mendapatkan kasih sayang dari keluarganya. Rafi lahir tanpa ayah dan semua keluarga besar pihak ibunya, mengucilkan dirinya dan sang ibu yang di anggap sebagai aib keluarga.

Namun, kejamnya takdir tidak berhenti sampai di situ saja, saat usia Rafi baru menginjak 3 tahun sang ibu tertimpa musibah kecelakaan yang mengakibatkannya meninggal dunia, meninggalkan Rafi seorang diri.

Bukannya bersimpati pada Rafi yang kehilangan ibunya, keluarga besarnya malah hendak membuang Rafi kecil ke panti asuhan. Namun, sang Bibi yang merawatnya sejak lahir, memohon agar Rafi tidak di buang dan bersikeras ingin merawat Rafi sebagai cucunya. Dan mereka akhirnya mengijinkan Bibi untuk merawat Rafi.

Penderitaan seakan tak rela melihat Rafi hidup bahagia, dia terus saja mengikuti Rafi. Dirinya membuat Rafi kecil harus berjuang lagi melawan penyakit yang terus menggerogoti tubuh mungilnya. Rafi di diagnosis memiliki tumor yang bersarang di otaknya.

...ℱℱℱℱℱℱℱℱℱℱℱℱℱℱℱℱℱ...

1
Vny
Arkan, km keren bgt sumpah, km kuat bgt meskipun hidup kita itu hampir sama tp gw akui lo kuat. Peluk jauh buat Arkan🤗🤗
IR WANTO
taiiii
IR WANTO
kok dokter pada tolol
IR WANTO
tolol lc goblog...
Nunu Hasan
orang tua y kaya iblis.egois tida tau malu
Nunu Hasan
biarturasa kelurga itu
Nunu Hasan
mudah bapa y jatoh dari kapal terbang.tapi bapa y ajah jangan sama orang lain...
❤️⃟Wᵃf🥑⃟Apri_Zyan🦀🐧
happy ending...😁😁
❤️⃟Wᵃf🥑⃟Apri_Zyan🦀🐧
kenapa harus meninggal thor..duh kapan bahagianya arkan
🍁Alena❣️💋🅰️🅸🅳🅴🅽👻ᴸᴷ
alhamdulillah sudah ada perubahan dalam diri Arkan, Cita-cita dan harapan dia sudah terwujud, tinggal menyambut kebahagiaan bersama keluarga nya
🍁Alena❣️💋🅰️🅸🅳🅴🅽👻ᴸᴷ
syukur deh mimpi membawa perubahan, tinggal Arif aja nih yang masih sinis terhadap Arkan
🍁Alena❣️💋🅰️🅸🅳🅴🅽👻ᴸᴷ
ampuunnn thoorr ternyata ini cuma mimpi, air mata udah menetes 🚶🏻‍♀️🚶🏻‍♀️
tapi syukur deh, semoga dengan mimpi itu sang ayah bisa merubah sikap nya sama Arkan
🍁Alena❣️💋🅰️🅸🅳🅴🅽👻ᴸᴷ
menyesal kah sekarang ketika melihat Arkan sudah tak berdaya
dan buat bunda jangan hanya bisa menyalahkan saja kau juga sama 🤧
🍁Alena❣️💋🅰️🅸🅳🅴🅽👻ᴸᴷ
ternyata Arkan donorin ginjal nya buat Arif dan lagi dia koma, itu pula yang menyebabkan Arkan tidak menjenguk atau memberikan semangat buat Arif.
duh kalau Arif tau pasti nyesel banget itu, Arkan udah berkorban buat dia
❤️⃟Wᵃf🥑⃟Apri_Zyan🦀🐧
alone alone alone...
arkan selalu sendiri padahal memiliki keluarga yang lengkap
❤️⃟Wᵃf🥑⃟Apri_Zyan🦀🐧
bisa aja nih Arkan, kalau memang suka bilang dong jangan diam bae
bbip20
Banyakkk banyak banget yg kamu dan keluarga g tau tentang Arkan
bbip20
Tapi emng selalu menjadi pertanyaan buat aku, kenapa? kenapa anak tengah/kedua tuh di gituin? di beda2in. rasanya tuh kit heart bangettt, punya keluarga tpi kyk sendirian 😭
🍁𝐀𝐑𝐀❣️💋🅚🅙🅢👻ᴸᴷ
Arkan jangan meninggal dulu, kamu harus kuat ayo bangun lah Arkan ada Rafi yang menunggu mu😭😭😭
🍁𝐀𝐑𝐀❣️💋🅚🅙🅢👻ᴸᴷ
Tidak mungkin.... ini hanya mimpi kan😭😭😭
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!