NovelToon NovelToon
Terjerat Pesona Ayah Tiri

Terjerat Pesona Ayah Tiri

Status: tamat
Genre:Tamat / Balas Dendam / Selingkuh / Cinta Terlarang / Beda Usia / Pelakor / Romansa
Popularitas:23.6k
Nilai: 5
Nama Author: Grace caroline

Dia, lelaki yang kini menjadi ayah tiriku, adalah sosok yang takkan pernah ku lepaskan dari kehidupanku. Meskipun tindakan ini mungkin salah, aku telah mempersiapkan diri untuk menghadapi segala resikonya. Awalnya, dendamlah yang mendorongku mendekatinya, namun seiring waktu, cinta telah tumbuh di dalam hatiku. Tak ada satu pun pikiran untuk melepaskannya dari pelukanku.

Kini, ayah tiriku telah resmi menjadi kekasihku. Dia terus memanjakanku dengan penuh kasih sayang. Aku mencintainya, dan dia juga mencintaiku. Meskipun posisinya masih terikat sebagai suami ibuku, aku tidak peduli. Yang penting, aku merasa bahagia, dan dia juga merasakannya. Mungkin ini dianggap sebagai dosa, namun tak ada api yang berkobar tanpa adanya asap yang mengiringinya.

"Ayah, aku mencintaimu," apakah kalimat ini pantas untuk aku ucapkan?

AKAN LANJUT DI SEASON 2 YAA, HAPPY READING AND HOPE YOU LIKE:))

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Grace caroline, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Episode 12. Jalan-jalan Serasa Honeymoon

Hahaha ...

Sudah lebih dari setengah jam lalu, Widya bersama dengan teman sosialitanya bercengkrama asyik di ruang tamu. Mereka membahas berbagai hal termasuk Revan, suami Widya. Semua di antara mereka heran bagaimana Widya bisa mendapatkan Revan.

Laki-laki dengan ketampanan khas Asia timuran itu, cukup mencuci mata mereka semua yang mengenalnya. Tak ada satupun dari mereka yang tidak terpesona olehnya semenjak Widya mengenalkannya kepada mereka.

Namun, tetap saja dia kadang merasa cemburu saat mengetahui ada di antara mereka yang sempat naksir kepada Revan.

       "Jeng Wid, itu suamimu kok ganteng banget sih, dapat di mana, buka jasa mijit nggak? Siap mijitin nih," Alora, teman Widya itu tampak tersenyum menggoda, entah dengan maksud apa.

Dia dan semua temannya yang lain selalu menanyakan hal itu kepadanya sewaktu bertemu. Selalu bersikap centil dan heboh layaknya sosialita lainnya.

Namun, tetap saja Widya merasa cemburu dan tidak menyukainya. Tidak suka suaminya dipuji orang lain. "Iya, Jeng Wid, dapat di mana sih? udah ngerasain ranjang bergoyang dong, waduh pasti berjam-jam itu ya bermainnya. Terus suaranya itu loh, ih bikin iri aja deh. Pengen jadi istrinya juga." 

Ish! Pembahasan mereka. Mengapa mereka membahas itu coba? sangat tidak bermutu pembahasan mereka, yang tentu karena pembahasan itu Widya jadi malu sendiri untuk bergerak.

Dia ingat seberapa bernafsunya dirinya sewaktu bermain dengan Revan. Sampai lupa waktu dan tempat. Namun, sangatlah puas setelah bermain dengannya.

"Hahaha ... Iya loh ya, pasti itu mentimunnya udah jeng Wid rasain terus bikin nagih? ehm, oh iya, anakmu mana, Jelita, iya Jelita? dia sekolah?" setelah pembahasan random dan gila itu, tiba-tiba menanyakan Jelita. Apa-apaan mereka itu?

Sebenarnya Widya merasa jengkel dengan pembahasan mereka, namun dia tetap tersenyum dan menjawab pertanyaan semua temannya dengan anggun. Seperti tanpa beban dan terbiasa dengan pembahasan seperti itu.

"Ih, apa-apaan sih kalian itu. Udah deh Jangan bahas itu mulu. Malu loh aku dengernya. Kalian kebiasaan kalau kumpul selalu bahas Revan, Revan, Revan dan Revan. Apa nggak capek? aku aja capek dengernya ...," 

 

"Ehm, tentang Jelita, entahlah. Udah dua hari dia nggak masuk sekolah. Awalnya sih sakit ya, demam, badannya panas gitu. Tapi kemarin itu aku nanya katanya males aja sekolah ...,"

"Hhh ... entahlah. Bingung lagi aku sama dia. Semenjak ayahnya meninggal dia berubah. Dulu manis banget, deket sama aku, tapi setelah ayahnya nggak ada jadi sinis banget. Cuek terus dingin gitu loh ...," 

"Tapi entah deh, dari kemarin dia jadi manis banget ke aku dan Mas Revan. Oh iya guys, kalian laper nggak? kalau laper aku goofood in ya. Mau masak nggak ada art, terus lagi males juga aku masaknya. Kalian juga nggak ada yang bawa makanan sih tadi, malah bawa apaan itu, aneh. Kayak mainan yang biasanya dipakai cewek kesepian nggak sih?" ucap Widya.

Penawaran Widya cukup menarik minat semua temannya, namun mereka tidak ada yang minat makan. Sebelum berangkat mereka semua sudah pada sarapan. Jadi saat ini tentu semuanya sudah kenyang.

"Nggak usah, jeng. Makasih. Kita udah pada makan kok tadi." 

       "Iya, kita udah pada sarapan terus dapat energi dari suami kita tadi. Ehm, jeng, kalau boleh tahu, Jelita udah punya pacar belum sih, udah pernah login nggak? Kalau belum, bisa nih ya aku tawarin ke anakku. Dia baru aja diputusin pacarnya. Ganteng, badannya bagus, terus sering nge-gym loh. Kapan-kapan tawarin ke anakmu ya. Bilang sama dia, anakku ready buat dijadiin pacar." ucap salah satu dari mereka.

"Hadeh, jeng Fen. Kamu kira anakku barang apa, ready ready. Ih, gemes deh aku. Tapi penawaranmu bagus juga. Bolehlah ya nanti anakmu aku tawarin ke anakku. Siapa tahu dia tertarik." sahut Widya antusias.

Dia tentu antusias, karena dia sendiri sudah pernah tahu anak temannya itu sebelumnya. Anaknya tampan, bibirnya tipis, alisnya tebal dan badannya sangat macho.

Pertama kali melihatnya, Widya sudah tergiur dengan anak itu. Ingin rasanya ia pepet anak itu kalau saja saat ini ia belum ada suami.

Namun, jika Jelita, entahlah. Widya tidak yakin anak itu akan menerima ataupun tergiur dengan anak temannya itu. Dari sikap dinginnya, Widya rasa Jelita akan menolaknya.

Lagi pun sejak dulu Jelita tidak pernah dekat dengan lelaki, sepengetahuan Widya sih tidak pernah.

"Iya tawarin aja. Siapa tahu Jelita mau. Dia kan cantik ya, badannya bagus juga aku lihat. Pasti kalau nikah, terus bermain akan lebih wow ya. Aku nggak nyangka loh, nggak percaya kalau Jelita itu belum pernah main. Dari badannya pas pertama kali aku lihat ku kira udah pernah main sama pacarnya. Eh, malah nggak punya pacar. Dia serius, nggak punya pacar?" tanya Feni lagi.

Masih merasa penasaran dengan Jelita. Penasaran dengan badannya yang begitu bagus, namun tidak memiliki pacar. Di perkiraan mereka sih Jelita tidak punya pacar.

Sekalipun Widya, dia tidak pernah tahu jika Jelita sebenarnya pernah berpacaran. Pas pacaran bersama Leon, Widya sama sekali tidak mengetahuinya.

Selain dia sibuk bermesraan dengan Revan dan sempat melupakan Jelita. Jelita sendiri juga tidak pernah mengatakannya. Selalu mengatakan tidak punya pacar ketika Widya menanyakan pacar padanya.

Lalu pembicaraan itu pun berlanjut seputar Jelita dan suami-suami mereka. Pekerjaan suami mereka serta anak-anak mereka yang tampan-tampan dan cantik-cantik.

Mereka pada memamerkan anak-anak mereka dengan penuh antusias. Seperti barang saja mereka memamerkan anak-anak itu. Begitu bersemangat dan tidak ada niat untuk menyudahinya.

Huufftt ... dasar ibu-ibu sosialita, random betul kelakuannya.

.......................

Sementara itu, Jelita dan Revan yang sebelumnya berniat untuk login, kini tengah sama-sama berduel maut di hotel. Suara kepu4san mereka begitu menggelora memenuhi seisi ruangan.

Dari satu jam hingga berjalan dua jam lamanya, Jelita dan Revan tidak ada niat untuk menyudahinya. Mereka terus bermain dan bermain. Mempraktekkan gaya satu sampai gaya lainnya dengan penuh semangat.

Kini tepat ketika Revan ingin melakukan pelepasan, dia langsung melepas pisangnya dari goa Jelita. Dia tidak ingin membuat Jelita ham1l. Setidaknya untuk saat ini.

     "Hhh ... Ayah, dari permainan ini enakan aku atau bunda?" tanya Jelita masih dengan nafas yang memburu. Keringat yang mengucur serta goa miliknya yang berdenyut.

"Hah, ehm, enakan siapa ya? menurut aku, kamu sih. Soalnya punyamu masih kenceng, terus aku ngerasain pas baru mecahnya lagi ...,"

"Rasanya ih, nikm4t banget. Nggak sabar aku untuk ngelanjutinnya lagi. Sayang, lain kali aku beli pengaman ya. Biar aman. Kamu tadi ngajaknya ndadak banget, Aku kan belum ada persiapan apapun." sahut Revan sembari mengarahkan pisangnya pada perut Jelita dan membiarkan susu putihnya mengalir deras di sana.

Membanjiri seisi perut Jelita hingga ke daerah selangkangannya.

Rasanya hangat. Entah mengapa semenjak Jelita merasakannya dalam keadaan mabuk kemarin malam, ia jadi menyukainya. Air liurnya menetes melihat susu putih itu mengalir membanjiri tubuhnya.

"Ayah, ehm maksudnya sayang. Habis ini kita jalan-jalan yuk, keliling kota atau ke mana gitu, mumpung hari masih jam segini. Kalau aku sih nggak papa pulang ya, tapi kalau kamu kan nggak enak pulang jam segini. Bunda pasti curiga. Nanyain kamu yang macam-macam ...,"

"Kita liburan ya, jalan-jalan atau honeymoon gitu di pegunungan?" ajak Jelita antusias. Dari matanya tampak Jelita sangat menginginkannya.

Tidak sabar untuk segera menunggu saat itu. Namun yang menjadi pertanyaannya, mengapa Jelita seanntusias ini? mengapa ia menyarankan semua hal itu, mengajak Revan liburan, apakah ia tidak ingat dengan tujuannya mendekati Revan? semua dendam itu tidak nampak di mata Jelita.

Hanya sorot antusias dan semangat yang tinggi yang tergambar di wajahnya.

"Oke, kita ke puncak sejoli, yuk. Jalan-jalan ke sana, tadi kamu bilang honeymoon kan, kita akan honeymoon di sana. Tapi sebisa mungkin pulangnya jangan kemaleman. Kita harus bisa pulang malam ini atau enggak kamu bilang ke bunda kamu kalau kamu ada nginep di rumah temen biar dia nggak curiga ...,"

"Nanti aku bilang kalau di kantor aku lembur, biar di rumah Dia nggak curiga, nggak nanyain yang macam-macam. Oke, sayang?" saran Revan bagus juga. Dari saran itu Jelita yakin jika Revan saat ini sudah jatuh ke dalam pelukannya.

Revan sudah menyukainya. Meskipun ini belum sepenuhnya.

"Dasar cowok. Digoda dikit aja udah lemas. Tapi bagus deh, dengan ini aku udah yakin kalau nih cowok pasti udah ada rasa sama aku. Dia udah mulai takluk ...,"

"Hhh ... baiklah, sepertinya perjalananku akan panjang sekarang. Semoga setelah apa yang kulakukan sama dia, aku nggak jatuh cinta sama dia. Semoga benci jadi cinta itu nggak berlaku buat aku. Bisa gawat nanti kalau aku sampai suka sama dia." batin Jelita.

"Oke, berarti kita liburan ya. Nanti aku bakal izin ke bunda. Bilang kalau mau nginep di rumah temen. Sayang, ini ku udah mulai gatel nih, kita lanjut bentar yuk. Sampai beberapa permainan terus kita lanjut liburan ...,"

"Yuk, kamu langsung masukin aja, nggak usah pakai di3lus-3lusin dulu. Kelamaan, nanti nggak selesai-selesai. Yuk, kamu jeblosin sekarang. Udah mulai meradang ke karuan nih, minta dig3s3k-g3s3k terus." ucap Jelita kembali menggoda Revan.

Menarik tubuh Revan untuk mendekatinya dan meraup bi-bi-r itu dengan penuh nafsu.

Keduanya kembali menyatukan bi-bi-r mereka, bertukar li-ur serta milik keduanya yang sudah sama-sama p4nas di bawah sana. Revan belum memasukkan pisangnya pada goa Jelita, hingga ...

Bless ...

Pisang besar itu menerobos gawang dengan kencang, tanpa persiapan, alhasil Jelita yang merasakan itu langsung saja mengeluarkan suara-suara indahnya.

Ia semakin bersemangat menyatukan bibirnya dengan b1bir Revan dan mengalungkan tangannya di leher tegas lelaki itu.

"Sayang, ayo kencengin lagi. Naikkan ritme permainanmu, hhh," ucap Jelita.

Tubuhnya mengikuti alur permainan Revan yang semakin lama terasa semakin cepat. Seperti pembalap yang tengah beradu motor di sirkuit, keduanya semakin mengencangkan permainan mereka, menaik luncurkan tubuhnya, hingga mengeluarkan cairan putih yang menjadi pertanda usainya permainan mereka.

Revan segera mencabut pisang itu dari goa Jelita, kemudian mengeluarkannya. Ia buru-buru ke kamar mandi dan mengeluarkan cairannya di sana.

Tidak bisa menunggu lama lagi, cairan putih itu sudah mendesak untuk keluar. Sebenarnya Jelita sudah mengatakan pada Revan untuk akan meneguknya, tapi Revan yang tak ingin mengotori Jelita segera saja menolak dan berlalu pergi ke kamar mandi.

Biarkan tetap seperti ini untuk saat ini, tapi jika Jelita lulus nanti, takkan Revan biarkan Jelita untuk lepas darinya.

Entahlah, setelah bermain dengan Jelita rasa-rasanya Revan sudah kecanduan dengannya. Tidak bisa Revan untuk mengabaikan keindahan Jelita yang sudah jelas ada di depan mata.

"Kenapa permainan ini membuatku candu, Aku suka bermain dengannya, tapi kenapa harus dengan dia? rasa-rasanya sudah nyaman sekali. Mengapa seperti ini? aku dulu sangat tidak menyukai hal seperti ini. Apakah ini karma untukku?

"Huh ... Sepertinya tidak akan mudah setelah ini. Aku rasa ... Ah, entahlah. Jalani saja apa yang ada. Lelah lama-lama berfikir seperti ini." batin Jelita sembari terus membersihkan goanya dengan tisu, kemudian menyemprotkannya parfum agar terlihat wangi. Tentunya wangi mengg0da.

......................................

Setelah beberapa saat lalu sama-sama membersihkan diri, mengenakan pakaian masing-masing serta merapikan penampilan. Kini, keduanya tengah berjalan menuju ke parkiran hotel setelah sebelumnya melakukan check out.

"Sayang, aku udah izin bunda, katanya nggak papa. Aku boleh ke tempat temen, tapi nggak boleh nginep." ucap Jelita setelah keduanya tiba di parkiran hotel itu dan sudah sama-sama berada di dalam mobil.

"Ya udah, berarti kita malam ini pulang. Nggak harus nginep. Sayang, kamu siap-siap ya, malam ini kita akan berduel lagi. Apalagi berduelnya di puncak lagi. Huh, pasti nikmat banget." sahut Revan sembari beranjak memasangkan seatbelt Jelita dan sempat mencuri cium dengannya.

"Ih, kamu," ucap Jelita sembari memukul manja lengan Revan. Merasa malu dengan Revan yang mengatakan semua hal itu kepadanya. Bersiap-siap berduel? hahaha ... lucu sekali bahasanya.

Lalu setelah selesai memasangkan seatbelt, Revan segera menyalakan mesin mobilnya dan berangkat. Keduanya pergi berlibur ke puncak merayakan hari jadian mereka atau?

"Maafkan aku Widya, sepertinya aku akan menghianatimu hari ini." batin Revan sembari menatap sekilas ke arah Jelita.

Bersambung ...

1
Putri rahmaniah
jelita lebih cocok dengan Revan ,,dibanding sma ibunya Thor..
◍•Grace Caroline•◍: yes😇😇
total 1 replies
Norah Haderan
jadi penasaran
◍•Grace Caroline•◍: hehe nantikan terus ya kak
total 1 replies
Norah Haderan
guru kok gitu/Smug/
◍•Grace Caroline•◍: hehe maklum kak, udah cinta ya gitu😁😁
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!