Kirani, bisa di katakan gadis yang malang. Hidupnya tak di inginkan oleh Ayah kandungnya sendiri bahkan saudara kembarnya pun ingin menghancurkan nya hanya demi kepentingan nya sendiri.
Bagaimana caranya Kirani melewati semua tantangan hidupnya yang sangat berat, apakah Ia mampu bangkit dan menemukan kebahagiaan nya sendiri tanpa merasa ketakutan oleh bayang-bayang masa lalu yang membuatnya trauma.
Yuk simak kelanjutan kisahnya di karya " Korban Saudara Kembar "
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon 💘 Nayla Ais 💘, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Biarkan aku jadi Ibu
...****************...
Rani masuk ke kamarnya setelah selesai membantu asisten rumah tangga di dapur, meskipun sudah di larang namun Rani tetap memohon agar sang Ibu mertua mengijinkan nya.
Dengan dalih bahwa Ia sudah terbiasa sebelumnya dengan pekerjaan rumah tangga, lagipula Ia merasa suntuk kalau hanya di kamar seharian.
Alhamdulillah selama seharian ini Ia tidak melihat keberadaan Rana, alhasil hidupnya serasa lebih tenang. Namun tetap saja dirinya harus selalu waspada apalagi ketika malam hari, di saat semua orang dalam keadaan tertidur.
Rani memilih membersihkan diri sebelum nanti Ia kembali untuk makan malam, semua berjalan lancar.
Makan malam hanya di hadiri Sinta, Gunawan dan juga Rani, sementara Rana sendiri belum nampak batang hidungnya.
" Dewi, apa Rana belum kembali juga. " Tanya Sinta pada salah satu asisten rumah tangga nyanya yang tengah menata hidangan di atas meja.
Wanita yang bernama Dewi mengangguk pelan karena memang salah satu majikan mereka itu memang belum terlihat ada di rumah itu sejak pagi.
" Belum Nyonya, Bu Rana belum nampak sejak keluar pagi tadi. "
Gunawan dan juga Sinta nampak saling pandang, akhirnya mereka pun melanjutkan makan malam mereka.
Malam itu Rani tidur dengan sangat nyenyak, apalagi Azka baru saja menghubungi nya, perasaannya sedikit tenang.
Sayangnya esok paginya setelah Rani terbangun Ia mendapat kabar kalau Gunawan akan keluar kota dan tentu saja Sinta pun ikut menemani sang suami.
Sinta menitipkan Rani pada Kepala pelayan di rumah itu, kini Rani merasa sedikit was- was. Tidak ada lagi orang yang melindunginya di rumah itu.
Seperti biasa Rani membantu para pelayan untuk menyiapkan makan malam karena kemungkinan Gunawan dan sang Istri akan kembali malam itu kalau tidak ada halangan.
Setelah membersihkan diri dan berganti pakaian, Rani keluar kamar untuk makan malam. Namun Ia terkejut karena tiba-tiba Rana sudah berada di depan pintu kamarnya dan langsung menyeretnya di balkon rumah tersebut.
" Eh ada apalagi sih kak. "
Rana menatap sinis pada Rani yang memang tadi sedikit bersuara keras seolah membentak dirinya.
" Apa hm, kamu benar-benar sudah mulai berani padaku ya Tiara. Eh aku lupa, kau pura-pura Rani. "
Rani tersenyum sinis, susah payah Ia menyembunyikan jati dirinya ternyata malah Rana sendiri yang mengungkapkannya.
" Anak siapa yang sedang kamu kandung itu, katakan padaku. "
Rani mengerutkan keningnya, mengapa Rana tiba-tiba membahas soal status calon bayi yang sedang Ia kandung.
" Kenapa diam, apa benar itu anak Mas Tedi. " Rana menatap wajah Rani penuh selidik.
" Kakak ini lucu, bagaimana bisa anak ini menjadi anak Mas Tedi sementara yang menjadi istrinya Mas Terdi itu adalah Kakak. "
Meskipun sudah mendengar jawaban dari Rani entah mengapa Rana seolah sulit untuk percaya, di benaknya kembali teringat ucapan Alvaro kemarin malam ketika mereka menghabiskan waktu bersama.
" Jangan coba untuk bohongi aku Rani, aku minta cepat gugurkan kandungan mu itu sekarang juga. Aku tidak mau ada wanita lain yang mengandung anak dari suami ku. "
Rana menarik tangan Rani dan mendorong nya ke dinding dengan keras, berharap benturan itu akan mampu menghilangkan janin yang ada di rahim adiknya.
Tapi harapannya itu tidak sesuai, Rani menopang tangannya agar tubuhnya tidak membentur dinding.
Rani menarik nafas panjang lalu berbalik menatap saudara kembarnya itu, amarahnya sudah menguasai dirinya.
" Kalau benar kenapa kakak, kamu sekarang benar-benar takut ya. Takut kehilangan pria mu itu. " Rani tertawa kecil seolah menertawakan keadaan Rana yang sekarang.
Mata Rana melotot sempurna, sebelumnya Ia masih berharap kalau ucapan Alvaro hanyalah bualan semata. Hanya akal- akalan Alvaro karena ingin memiliki dirinya.
" Apa kamu bilang, jadi dia benar-benar...... !!
Rana melayangkan tamparan di wajah Rani dan kali ini tamparan itu benar-benar mengenai wajah cantik wanita itu.
Rani mengelus wajahnya yang kebas bekas tapak tangan Rana, matanya menatap nyalang pada wanita itu.
" Sampai kapan Kakak akan berhenti menyakitiku, tidak puaskah kakak buat hidup ku menderita selama ini. Setelah meminta ku menggantikan posisi Kakak di malam pertama kalian, aku kehilangan mahkota ku pada malam itu. Kakak juga memaksa aku untuk merubah wajah ku agar tidak lagi serupa dengan mu. Seolah semua itu belum cukup, kakak terus menyiksa ku. Sekarang kakak ingin menggugurkan janin yang tidak berdosa ini, kemana mata hatimu. Hewan saja masih punya perasaan pada sesamanya, kenapa kakak tidak punya sedikit saja perasaan baik pada orang lain. Apa ambisi mu benar-benar sudah menghilangkan akal sehat mu. "
Rana mengepalkan tangannya, Rani bisa melihat dengan jelas raut wajah saudaranya itu.
" Aku tidak peduli Rani, apapun yang kamu katakan aku tidak peduli. Pokoknya kamu harus gugurkan kandungan mu itu sesegera mungkin, atau aku sendiri yang akan mengambil tindakan. "
Rani di buat melongo dengan ucapan Rana barusan, padahal Ia sudah mengatakan banyak kata yang kemungkinan sebagian orang akan merasa tersakiti namun Rana benar-benar tidak terpengaruh. Wanita itu tetap pada pendirian nya.
Rani benar-benar tidak habis pikir, susah payah Ia menutupi semua yang terjadi namun Rana justru membahas nya di rumah besar itu.
Kini Rani benar-benar dilema, bagaimana caranya Ia melindungi janin yang ada di rahimnya saat ini. Jangan sampai Rana benar-benar membuktikan ucapannya dan Ia akan benar-benar kehilangan anak yang bahkan belum sempat Ia lihat wajahnya.
Rani tertawa kecil ketika menemukan ide yang menurutnya cukup untuk merubah suasana yang sedang menegang saat ini.
" Kakak percaya dengan apa yang aku katakan, ternyata kakak ku ini benar-benar bodoh. Kakak pikir aku mau melakukan hubungan itu tanpa menggunakan pengaman. Ya, meskipun memang aku tidur bersama Mas Tedi tapi aku jamin kalau anak ini bukan anak nya, karena sebelum tidur dengan nya akan sudah minum obat pencegah kehamilan, kakak bisa percaya bisa tidak. Tapi nanti kita bisa lakukan tes DNA setelah anak ini lahir bukan, untuk saat ini kita lupakan semuanya. Cukup hanya kita berdua yang tau, biarkan aku menjadi seorang Ibu yang baik, boleh kan. "
Rana nampak diam, Ia ternyata memikirkan apa yang di ucapkan Rani tadi.
Ia mempercayai ucapan Rani kali ini, bagaimana bisa adiknya itu melakukan hal seperti itu tanpa persiapan terlebih dulu.
Rani akhirnya bisa bernafas lega karena Rana ternyata mempercayai ucapan nya, setidaknya Ia terbebas dari ancaman Rana untuk saat ini.
Ia akan fokus pada kandungan nya tanpa merasa khawatir saudara itu akan berbuat sesuatu yang tidak baik padanya.
Rana turun ke bawah untuk makan malam, kemudian di susul oleh Rani.
...****************...
duh cinta lama bertemu kembali....apa akan jadi rintangan buat Rani dan Azka nih
moga kamu bisa kuat hadapi hidupmu
takutnya kamu hamil
iya pikiran kamu juga ntah kemana2 .... kasian
sungguh alur cerita yg indah, semangat author semoga rezeki nya lancar disini, bisa masuk bab terbaik, agar bisa berbagi ke sesama yg membutuhkan, Aamiin🤲