"Ini surat pengunduran diri saya tuan." Laura menyodorkan sebuah amplop pada atasanya. "Kenapa Laura? Apa yang harus saya katakan jika tuan Jimmy datang?" Ucap kepala bagian yang menerima surat pengunduran diri dari Laura. wanita bernama Laura itu tersenyum, "Tidak perlu jelaskan apapun Tuan, di dalam surat itu sudah ada penjelasan kenapa saya resign." Setelah dua tahun lebih bekerja di perusahaan besar, dengan terpaksa Laura chow mengundurkan diri karena suatu hal yang tidak memungkinkan dirinya harus bertahan. Lalu bagaimana dengan atasanya yang bernama Jimmy itu saat tahu sekertaris yang selama ini dia andalkan tiba-tiba resign?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Lautan Biru, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Memberikan kesepakatan
Laura mengerjapkan matanya saat merasakan tubuhnya lelah dan kaku. Perlahan matanya terbuka dan pertama yang ia lihat jam yang tergantung di dinding.
"Sembilan," Gumamnya.
Laura tidak pernah bangun sesiang ini, sepertinya malam tadi ia mendapatkan kualitas tidur terbaik, jika sebelumya Laura banyak mengalami kesulitan untuk tidur tapi semalam ia sama sekali tidak terbangun di tengah malam hanya karena merasakan punggungnya yang panas.
"Mungkin aku terlalu lelah." Pikiranya sambil beranjak menuju kamar mandi.
Padahal yang terjadi, Jimmylah yang menemaninya diatas ranjang, pria itu selalu memberikan usapan lembut di pugung Laura saat wanita itu merasa tidurnya tidak nyaman. Jimmy terjaga karena tidak ingin kepergok maka dari itu Jimmy memilih tidak tidur dan hanya rebahan sambil menatap wajah Laura yang terlelap.
Di dalam kamar mandi Laura tertegun saat melihat bagian bibirnya yang terlihat bengkak, tangannya menyentuh sisi bibirnya yang terasa tebal.
"Apa ada hewan yang mengigit bibir ku saat tidur." Pikirnya sambil melihat bibirnya yang bengkak.
Namun siapa sangka jika bibirnya yang bengkak adalah ulah Jimmy. Laura tidak akan pernah tahu.
Setelah membersihkan diri Laura mendengar ketukan pintu, pasti Amalia yang datang.
Membuka pintu Laura disambut senyum cerah Amalia, di belakang gadis itu ada Arman yang juga tersenyum.
"Mbak, aku bawa kak Arman untuk bantu kita." Amalia menujuk Arman.
"Em, apakah kita akan mulai hari ini."
Amalia mengangguk. "Tentu saja, kebetulan kak Arman libur bekerja."
Ketiganya masuk kedalam rumah. Mereka tidak tahu jika ada sepasang mata yang memperhatikan dengan tatapan tajam.
Jimmy yang sudah menempati rumah seberang jalan dari rumah Laura melihat Laura membawa seorang pria masuk kedalam rumahnya, meskipun ada wanita lain tapi tetap saja, Jimmy tidak suka jika wanitanya dekat dengan pria lain.
"Siapa baji*ngan itu, beraninya mendekati Laura Ku." kelas Jimmy sambil mencekram gelas yang dia pegang.
*
*
Ketiganya duduk di kursi sambil menatap laptop, Arman mejelaskan bagaimana cara mengenalkan barang yang akan Laura jual.
"Mungkin kamu bisa mengunggah gambar lain lebih dulu, jika sudah ada barangnya kalian bisa menggunakan foto sendiri." Ucap Arman.
"Karena kak Arman bekerja dengan orang politik, kak Arman juga bisa bantu kita untuk promosi. Selian itu toko kita sebelumya juga sudah memiliki pelanggan jadi kita pasang poster saja di dekat toko." Usul Amalia dengan antusias.
Laura tampak berpikir sejenak sebelum akhirnya setuju dengan ide Amalia.
"Kalau begitu aku akan pesan bunga dari supplier sebelumnya, agar kita bisa membuat foto kita sendiri, dan aku yakin itu jauh lebih efesien agar tidak diragukan sebagai penipu."
Ketiganya tersenyum senang, dengan apa yang mereka diskusikan, akhirnya Laura bisa berbisnis kembali tanpa perlu mencari toko untuk saat ini, biar bagaimanapun kehamilannya semakin besar dan Laura tidak bisa bekerja maksimal.
"Terima kasih sudah menerima dan membantuku, aku tidak tahu jika tidak bertemu kalian." Laura bicara dengan tatapan tulus. Mungkin ia akan tetap sendiri jika tidak bertemu dengan Amalia dan kelurganya.
"Jangan sungkan, kami sudah menganggap mu saudara." Arman menyentuh tangan Laura diatas meja, membuat suasana yang tadinya hangat kini menjadi canggung saat Laura manarik tangannya.
"Em, maaf." Ucap Arman dengan wajah kaku.
Laura hanya tersenyum, ia menatap Amalia yang senyum-senyum menggodanya.
Setelah melakukan pemesanan, kini Laura berdiri didepan rumah sambil mengecek bunga-bunga yang dia pesan, di bantu Amalia Laura hanya berdiri tanpa boleh membantu.
Setelah mobil pengirim pergi, Laura yang hendak masuk mengurungkan niatnya saat sebuah mobil kambali memasuki halamannya.
Celine keluar dari mobil bersama Andrew dengan wajah sinisnya.
"Mau apalagi mereka mbak." Ucap Amalia menatap sengit Celine yang ia sebut wanita gila.
"Laura, aku memiliki kesepakatan dengan mu."
Laura sudah tahu kemana arah pembicaraan Celine.
"Aku menyetujui apa yang kamu minta, asalkan anak itu milikku."
Laura meremas sisi dress yang ia kenakan, ia sedikit ragu namun dirinya sudah memikirkan semua matang-matang.
"Setelah melahirkan, kau harus pergi jauh dan jangan pernah menunjukan dirimu disekitar kami ataupun Jimmy, aku pastikan kamu lenyap jika berani muncul." Ucap Celine dengan penuh penekanan.
Laura tersenyum tipis, dengan santai ia menjawab.
"Baiklah, asalkan semua jatuh ketaangan ku maka kamu akan mendapatkan bayi ini dan aku pastikan Jimmy tidak akan pernah bisa menemukan ku."
Deg
Jimmy neremat ponselnya dengan kuat, ia bisa melihat dan mendengar obrolan mereka tanpa ikut berdiri di sana.