NovelToon NovelToon
Petualangan Sang Pendekar Di Dua Negeri

Petualangan Sang Pendekar Di Dua Negeri

Status: sedang berlangsung
Genre:Action / Fantasi Timur / Perperangan
Popularitas:3k
Nilai: 5
Nama Author: Ikri Sa'ati

Cerita ini mengisahkan tentang perjalanan hidup seorang pendekar sakti. Bermula dengan tidak diakui sebagai anak oleh ayahandanya, sedangkan dia belum mengetahui.

Tahunya dia ayahandanya yang sebagai seorang raja telah mati terbunuh saat perang melawan pemberontak yang dipimpin oleh seorang sakti berhati kejam, yang pada akhirnya kerajaan ayahandanya berhasil direbut.

Hingga suatu ketika dia harus terpisah juga dengan ibunda tercintanya karena suatu keadaan yang mengharuskan demikian pada waktu yang cukup lama.

Di lain keadaan kekasih tercintanya, bahkan sudah dijadikan istri, telah mengkhianatinya dan meninggalkan cintanya begitu saja.

Namun meski mendapat berbagai musibah yang begitu menyakitkan, sang pendekar tetap tegar menjalani hidupnya.

Di pundaknya terbebani tanggung jawab besar, yaitu memberantas angkara murka di dua negeri; di Negeri Mega Pancaraya (dunia kuno) dan di Mega Buanaraya (dunia modern) yang diciptakan oleh manusia-manusia durjana berhati iblis....

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ikri Sa'ati, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

EPISODE 21 DIALOG DAFFA DENGAN ARABELLA THE RED GIRLS

Dengan begitu kasarnya penuh penghinaan, Renatha melemparkan lembaran-lembaran uang seratus ribuannya ke wajah Daffa. Sehingga uang-uang tersebut seketika terhempas dengan sadis dan miris di wajah tanpa dosa itu.

Kemudian detik berikutnya, kertas-kertas merah tak berdosa yang tidak tahu apa-apa itu melayang jatuh tak berdaya. Lalu berhamburan ke bawah, tidak jauh di sekitar Daffa.

Sedangkan Daffa cuma menatap Renatha dengan kalem, tapi bukan berarti lembut. Sikapnya tetap tenang dan santai, tapi bukan berarti tidak ada kemarahan di balik sikapnya itu.

Hati dan perasaan pemuda itu jelaslah tersinggung dengan penghinaan semacam itu. Perbuatan gadis itu sudah benar-benar keterlaluan, benar-benar merendahkan harga dirinya.

Dia berhak marah juga 'kan?

Namun Daffa, pemuda bersahaja masih bisa membalut kemarahannya dengan kesabaran. Sepertinya kesabaran pemuda itu sudah mencapai tingkat tinggi.

Senyum kecil masih menghias wajah tampannya yang ramah penuh persahabatan.

Lalu dengan tenang, seakan tidak terjadi apa-apa terhadap dirinya, tubuhnya merunduk ke bawah, dipungutnya kembali lembaran-lembaran berharga itu. Setelah bangkit dan duduk di kursinya kembali, terus diletakkan uang-uang itu di atas meja.

Sementara Arabella yang mengetahui persis duduk permasalahannya, sebenarnya merasa tidak enak juga melihat perbuatan Renatha yang menghina Daffa sedemikian rupa.

Perbuatan Renatha barusan jelas-jelas sudah keterlaluan. Hal itu harus dia akui. Tapi untuk memprotes perbuatan Renatha secara langsung, jelas tidak mungkin.

Renatha bagai layaknya singa betina yang lagi marah. Menjinakkannya harus menunggu waktu dan situasi yang tepat.

"Ambil tuh duit lu, gue nggak butuh!" hardik Renatha dengan kasar begitu selesai melempar uang ke wajah Daffa. "Nggak usah sok-sok baik ama gue karena gue nggak butuh bantuan dari lu."

Daffa diam saja mendengar hardikan Renatha yang pedas di telinga itu. Namun dari ucapan yang penuh hinaan itu dia sedikit mengerti penyebab gadis angkuh itu menjadi marah-marah.

Sebenarnya Daffa sudah tahu kalau Renatha bersekolah di SMA Persada Nusa, di sekolah yang didaftarkan padanya ini. Hal itu dia ketahui dari rekan sebengkelnya yang bernama Bang Vega.

Hanya saja dia belum tahu kalau bakal sekelas dengan gadis angkuh itu. Tapi saat mengetahui kalau dia sekelas dengan Renatha, dia terkejut juga sih, tapi cuma dikit aja.

Dia berusaha untuk tidak menghiraukan gadis bernama Renatha itu. Karen sedari awal bertemu dengannya, gadis itu memang sudah memasang permusuhan dengannya hanya gara-gara kesalahpahaman.

Jujur saja, sebenarnya Daffa amat malas berurusan dengan cewek yang berkarakter seperti Renatha itu, apalagi hendak mengenalnya lebih jauh. Meskipun wajahnya cantik sih.

Namun sepertinya Renatha ingin membuka urusan lagi dengan cuma gara-gara masalah sepele juga lagi. Apa boleh buat dia harus menghadapi.

"Sorry, ni sebenarnya ada apa ya?" kata Daffa berlagak pura-pura tidak tahu masalah sama sekali. Dia ingin tahu saja persis masalahnya apa.

"Lu sekoyong-koyong datang ke sini dengan marah-marah nggak jelas, malah ngehina orang," lanjut Daffa. "Lu mau cari masalah lagi ama gue?"

"O... atau... masih ada masalah ama mobil lu?" kata Daffa selanjutnya seolah mengingat sesuatu. "Apa masih ada yang perlu dibenahi?"

"Lu nggak usah berlagak nggak tau masalah deh," dengus Renatha makin emosi. "Yang cari masalah tuh lu, Anjir! Mau lu tu apa sih? Mau nyari ribut ama gue?"

"Perasaan sejak awal gue nggak nyari ribut kayaknya?" ungkap Daffa masih dengan gaya santai dan tenangnya. Sama sekali tidak ada rasa takut pada dirinya menghadapi gadis taekwondo itu.

Mungkin kalau orang lain sudah gemetar ketakutan menghadapi singa betina itu kalau lagi emosi begitu.

Sebenarnya, perkataan Daffa itu adalah benar kalau Renatha mau pakai otak encer. Dan Arabella yang mendengar pengungkapan Daffa barusan mengakuinya dan membenarkannya.

Sejak awal Daffa memang tidak bersalah dan tidak ingin cari masalah.

Tindakan yang ditunjukkan Daffa hanya bagaimana agar masalah salah paham ini bisa selesai. Ya, Arabella baru menyadari jika kejadian yang menimpa mereka hanya kesalahpahaman.

Ya, insiden itu hanyalah salah paham.

★☆★☆

Sementara Clarissa, Aurellia, Michella dan Floulla serta Keysha yang belum lama datang memilih diam saja dulu. Mereka juga belum tahu secara persis kenapa Renatha sampai bertindak kasar seperti itu. Apalagi sampai mempermalukan siswa baru itu segala.

Sedangkan Michella, meski sedikit banyak dia mengetahui permasalahannya, dia lebih memilih diam untuk sementara.

Lain halnya dengan Renatha. Dia tidak menerima kenyataan kalau dia sebenarnya salah. Dan dia makin emosi mendengar ucapan Daffa barusan yang menurut anggapannya ingin mencari gara-gara.

Maka dia bergerak hendak melabrak Daffa. Ingin melayangkan tamparannya lagi seperti yang dilakukan malam itu. Untuk saja Arabella yang berdiri di sampingnya menangkap tangan Renatha dengan cepat.

"Rena, lu tenang dulu!" tutur Arabella berusaha membujuk. "Bukan kayak gini caranya."

"Iya, Ren," sambung Michella ikut membujuk. "Lu tenang aja dulu napa?"

"Gue nggak bisa tenang kalau cowok udik ini nggak berenti belagu," dengus Renatha berang.

Michella langsung menarik Renatha, dan terus membawanya ke belakang, agak jauh dari Daffa, tetapi masih di sekitar situ. Setelah itu menyuruh Arabella agar menjadi perantara untuk berbicara dengan Daffa.

Setelah menetralkan perasaannya sebentar, Arabella berbicara kepada Daffa dengan ramah dan sopan. Gadis itu benar-benar ingin menjadi perantara yang bijak yang bisa diterima oleh Rizal.

"Ehm..., sebelumnya sorry nih, Daff, kalau kedatang kami ngebuat lu nggak nyaman gitu...."

"Gue cuma pingin nyapaiin ke lu sebab napa Rena bisa sampe marah-marah kayak gitu ke lu. Ada perbuatan lu yang ngebuat dia tersinggung."

"Oh... apa yang gue lakuin kalau gitu, hingga ngebuat dia tersinggung?" tanya Daffa bernada heran. Sementara dia saat ini masih duduk di kursinya.

"Rena ngenganggap lu ngasi laporan yang nggak-nggak ke Mas Dhanu tentang kerusakan mobil dia waktu itu," ungkap Arabella dengan nada hati-hati, tetap dengan ramah.

Daffa tidak langsung mengomentari atau menanggapi ucapan Arabella barusan. Sejenak dia terdiam sambil memandang gadis itu beberapa detik. Lalu melirik Renatha yang masih menatap penuh permusuhan padanya sebentar.

Lalu, sejurus kemudian dia berkata bernada tanya.

"Sekarang gue mau nanya, apa teman lu tuh ngerti mesin mobil nggak?"

"Atau... mungkin di antara kalian ada yang ngerti," lanjut Daffa, "terus ngasi tau ke dia kalau gue mengada-ngada ngelapornya ke Pak Dhanu tentang kerusakan mobilnya?"

Geng Red-Blue Girls 8 langsung terdiam seribu bahasa mendengar pertanyaan Daffa barusan.

Jelaslah tidak ada di antara mereka yang mengerti tentang mesin mobil, satu orang pun. Apalagi Renatha yang serba cuek dengan urusan ribet seperti itu.

Kenapa Daffa sampai bertanya seperti itu yang benar-benar mengena mereka tanpa bisa ngeles segala? Tanpa bisa berkata untuk sekedar basa-basi menanggapi pertanyaannya?

Itu juga berarti pernyataan 'kan?

"Kalian bungkam kayak gitu menandakan kalian memang nggak ngerti apa-apa tentang mesin mobil, apalagi kerusakannya," tutur Daffa setelah menghirup kebisuan 8 gadis itu 1 menit lebih.

"Sejak, awal gue emang udah ngeduga kalau lu, bahkan teman lu nggak ngerti tentang mesin mobil," ungkap Daffa fokus berbicara pada Arabella yang ada di dekatnya.

"Tapi herannya, napa dia nuduh gue ngelapor yang nggak-nggak ke Pak Dhanu yang notabene dia nggak ngerti tentang mesin mobil?"

"Bukankah itu aneh?"

"Alaaah..., lu ngaku aja kalau laporan lu mengada-ngada," sinis Renatha makin emosi. "Lu sengaja ngebuat kayak gitu demi caper ama gue 'kan? PD amat lu."

Daffa tidak langsung menanggapi ucapan sekaligus tuduhan serampangan Renatha yang dilandasi emosi dan kebencian itu. Dia terdiam sejenak seolah tengah berpikir tanggapan yang pas terhadap tuduhan seperti itu.

★☆★☆

"Tanggapan lu gimana, Daff?" tanya Arabella melihat Daffa masih diam saja. "Benaran nggak yang diomongin Rena barusan? Apa lu cuman caper aja ama Rena, gitu?"

"Hm, emang dia cewek istimewa yang gue harus capek-capek caper segala ama dia?" kata Daffa bukan dengan nada dan gaya sinis, melainkan tetap kalem dan santai.

Namun ucapan itu sukses membuat Reynold yang jelas mendengar ucapan itu tersinggung dan emosi. Jelas dengan ucapan itu Daffa seolah menghina kecantikan Renatha yang bisa membuat mabuk kepayang itu.

Lebih tersinggung lagi Renatha. Ucapan Daffa itu seolah menghina keanggunan yang ada pada dirinya. Seolahnya Daffa tidak tertarik dengan kecantikannya.

Omong kosong, pikirnya.

Hampir saja dia hendak melabrak Daffa kalau tidak cepat ditahan oleh Michella. Sehingga membuat dia hanya bisa bersungut-sungut sendiri.

"Mbak...," Daffa hendak berkata lagi karena melihat Arabella maupun yang lainnya tidak menanggapi ucapannya.

"Baiknya lu manggil gue dengan nama aja," kata Arabella cepat memotong ucapan Daffa yang memanggilnya dengan sebutan 'mbak'. "Nama gue Arabella, lu manggil gue Bella aja."

"Sejak awal gue udah bilang ke lu, dan pastinya udah didengar juga oleh teman lu itu," kata Daffa seolah tidak menggubris teguran Arabella, "tentang mobil teman lu itu, kerusakannya gimana."

"Emang... malam itu gue ngejelasinnya nggak terlalu teeperinci. Barulah ama Pak Dhanu gue ngejelasin dengan medetail, tanpa bermaksud mengada-ngada, kayak yang lu nuduh ke gue. Dan Pak Dhanu percaya penjelasan gue."

"Sorry, apa... itu bukan akal-akalan lu aja?" kata Arabella hati-hati, tanpa bermaksud menuduh. "Biar lu yang disuruh ngerjain mobil Rena, bukannya Bang Vega yang biasanya nyervice mobil Rena."

"Dengan begitu lu bisa dapat perhatian dari gue," celetuk Renatha seolah menyambung, "biar gue maafin perbuatan lu. Gitu 'kan niat murahan lu?"

"Asal lu tau, kerusakan mesin mobil itu udah nyampe level 3," ungkap Daffa tetap fokus pada Arabella, masih dengan mode tenang, tidak menggubris kesinisan Renatha. "Bang Vega belum sanggup ngerjain kerusakan tingkat itu."

"Dengan kata lain cuma lu yang bisa, gitu?" kata Arabella menebak.

"Cuma Pak Dhanu yang bisa," sahut Rizal jelas merendah, "tapi beliau nyerahin ke gue yang ngegarapnya."

"Ya... kebetulan gue bisa betulin kerusakan mobil itu nyampe benar-benar rampung...."

Ucapan merendah itu cukup dipahami oleh Arabella, Clarissa, Michella, maupun Aurellia. Serta 3 gadis feminim sepertinya juga demikian.

Artinya yang bisa mengerjakan kerusakan mobil level 3 cuma Pak Dhanu dan Daffa.

Clarissa maupun Stella sejak tadi memperhatikan keadaan diri Daffa. Sikap yang begitu tenang. Tutur katanya meski kedengaran santai tapi tidak lepas dari kesopanan dan sifat santun.

Yang tidak kalah pentingnya, pemuda yang tampak bersahaja itu benar-benar pandai memilih kata-kata yang membuat orang harus berpikir cerdas kalau berbicara dengannya.

★☆★☆★

1
juju Banar
lanjut
Adhie: lanjuuut...
total 1 replies
anggita
chapternya sdh banyak tpi yg mampir baca masih sdikit. klo mau promo novel bisa ke tempat kami. bebas👌
Adhie: makasih kaka...
total 1 replies
anggita
oke thor, terus berkarya tulis, semoga novel ini lancar jaya.
Adhie: terima kasih dukunggannya...
total 1 replies
anggita
wow... naga merah, kuning.
Adhie: hehehe...
total 1 replies
anggita
like👍 dukungan utk fantasi timur lokal.
anggita
gang.. red blue girl 8🙄
anggita
hadiah tonton iklan☝
anggita
tiap chapter cukup panjang 👌
Adhie: itu gaya saya dalam menulis novel kaka... biar agak puas bacanya dalam satu chapter
total 1 replies
anggita
pangeran pandu wiranata..
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!