NovelToon NovelToon
Jodoh Setelah Hijrah

Jodoh Setelah Hijrah

Status: sedang berlangsung
Genre:nikahmuda / Cinta pada Pandangan Pertama
Popularitas:13.9k
Nilai: 5
Nama Author: As Cempreng

Ana Arista, gadis berusia 22 tahun yang hijrah dengan mulai memakai hijab. Namun, dia harus menerima kenyataan pahit saat pernikahannya dibatalkan dua minggu sebelum pernikahannya, karena alasan hijabnya.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon As Cempreng, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 11

Siapa bidadari cantik ini? Batin Damar. Seperti bulan di siang hari yang terik, begitu bersinar wajahnya. Masha Allah cantiknya mahluk ciptaan Mu!

"Umi, eh!" Anna menutup mulut lalu meraba-raba wajahnya, sontak dia masuk ke dalam balik kain lalu meraba sekitar tikar. membolak-balik bantal dan bergegas memakai cadarnya. Kenapa bisa ada Damar, dia pikir itu ibunya yang sebentar lagi pulang.

"Assalamualaikum, bolehkah saya bertanya rumah Pak Hamdan?"

Anna meremas burkha, deg-degan, habisnya dia ketiduran dan terjaga karena salam barusan. Dia bergidik setelah menyadari tidak ada orang lain di sini. "Ini rumahnya!" ucapnya tetap dibalik kain.

Damar berkedip beberapa kali. "Kamu siapanya Pak Hamdan?"

"Anak."

Damar memutar bola matanya dan mencoba mengenali suara yang amat lirih. "Anna Arista?" Dia tak mendengar jawaban. "Sungguh benarkah itu kamu, Rist?"

"Pergilah Damar! Di sini tidak ada abi dan umi. Jangan sampai ini menjadi fitnah."

"Itu kamu Rist? Ya itu kamu," ucapnya begitu mengenali suara tadi. Kenapa Anna bersembunyi? Dia berjongkok di depan tabir.

Anna bisa melihat siluet dari balik kain kalu teman masa kecilnya yang sudah tumbuh 2 kali dari terakhir melihatnya. "Pergi, Mar!"

"Kenapa kamu menyuruh pergi? Kita berteman dari kecil, bermain bersama. Aku ingin berbicara denganmu seperti dulu."

Anna merindukan suara itu. Kedekatan anatar mereka yang takkan bisa lagi karena mereka sudah besar. "Tidak bisa lagi, Mar! Kamu bukan muhrim."

"Lalu apa aku harus menjadikanmu sebagai muhrimku?"

Anna meremas kainnya.

"Kenapa tidak jawab Ris? Jika kamu begitu aku akan bilang ke Ayah Malik!"

Ana memeluk lututnya pada nada serius itu. Memang ya laki-laki dengan mudah mengucapkan itu! Lagi pula Ustad Malik saja menjadi perantara lelaki asing itu, bagaimana bisa Damar sekarang bilang begitu.Dia juga tak tahu apa nanti jawaban abi soal lamaran Azzam..

"Ibu menyuruhku mengantar ponsel." Damar mengecek ponsel di pangkuannya. Dia sampai duduk di tangga tanah. "Kalau kamu malu berbicara denganku, kamu bisa mengobrol lewat ini."

"Sebentar, aku cek masih aktif nggak operatornya," kata Damar. Beberapa saat kemudian, matanya bersinar. "Alhamdulillah, masih aktif! Aku daftarin paket sekalian."

Damar mengambil ponsel sendiri dan mengisi pulsa lewat m-banking untuk didaftarkan paket internet satu tahun.

"Untuk apa Bu Rini memberiku ponsel?" Tanya Ana dengan penasaran.

"Sepertinya ibuku mau minta temenin kamu setiap ke pengajian. Dan kedepannya aku akan mengisi pengajian di masjid A A'la."

Anna tersenyum sangat penasaran ingin mendengar materi pengajian dari mulut sahabatnya.

Azzam mengikuti Damar yang tadi turun ke arah sungai. Dia terkejut pada gubug, dan hanya kaki laki-laki yang terlihat sampai separuh paha. "Apa yang Damar lakukan di sana?" gumamnya dengan tangan terkepal. Dia tahu dua orang tua Anna kerja kalau siang.

"Bagaimana aku memberikan ini padamu kalau kamu tidak keluar?" tanya Damar.

"Apa?" gumam Azzam dengan pikiran macam-macam. Apanya yang keluar? Pikiran Azzam jadi kotor dan memikirkan posisi kepala Damar ada di mana.

"Mar di sini tidak ada listrik, lagipula aku perlu ijin sama abi," ucap Anna merasa nyaman. Nah, dia paling benci keadaan ini. Dia mudah baperan. Astaghfirullah !

"Kenapa pake listrik! Memang mereka mau ngapain sampai minta ijin? Atau mau pergi malam-malam? Kemana!" gumam Azzam lagi dari sisi luar gubug bagian kanan.

"Pokonya aku tinggalin di sini. Nanti kalau setiap baterainya abis bisa kamu berikan kepadaku di setiap kita sholat jamaah di masjid. Lalu aku charger ini di rumahku." Damar memegangi dadanya yang berdebar tak terkendali. Dia jadi tersenyum malu-malu walaupun tidak ada yang melihatnya.

"Tidak, bawa saja! Damar, tolong pergi dari sini! Jangan sampai nanti ada fitnah."

"Aku akan bilang ke Umi, Rist, untuk melamarmu. Memberikan tempat yang aman. Tidak perlu lagi kamu tinggal di sini. Aku jadi sedih tahu!"

Bagaimana kalau ada orang tidak baik? Di sini benar berbahaya! Batin Damar bergidik. Ingin sekali melindungi Rista.

Azzam mundur seraya menghela napas kasar. Dia pergi dari sana dengan perasaan bercampur aduk. Harapannya semakin menyusut mendengar ucapan Damar yang juga mau meminang Anna lewat Ustad Malik. Dia berpikir sudah kalah lebih dulu karena ustadz mungkin lebih mendukung anaknya.

Sarah mengenali pria yang muncul dari sungai, yang tadi membuat was-was saat di kejauhan sehingga dia mempercepat langkahnya. "Itu Nak Azzam kan? Kenapa dari sungai!"

Digelindingkan sekantong besar sampah plastik itu, ke beton hingga meluncur dan teronggok di setapak kecil. Sarah langsung menuruni beton miring menggunakan tali tambang dan langkahnnya makin cepat saat melihat ada kaki laki-laki. "Anna!"

Damar condong ke depan lalu tersenyum sambil berdiri. "Bu Sarah, Assalamualaikum!"

"Nak Damar apa yang kamu lakukan di sini bisa jadi fitnah!" Sarah begitu marah sampai tak menjawab salam.

Damar berdiri. "Maaf Bu, Damar hanya duduk di tangga, di luar kok. Gini , ibuku meminta saya untuk mengantarkan ponsel ini." Dilirik Bu Sarah yang kemudian menuangkan berbagai bahan plastik bekas di samping gubug dengan wajah masam.

"Tolong pergi, Nak!" Sarah dengan tatapan tajam lalu mengabaikan Damar.

"Baik, assalamualaikum." Damar langsung melenggang pergi dengan perasaan tidak enak.

Sarah menatap tajam putrinya yang baru muncul. "Kamu ini nggak boleh berduaan, Ann!"

"Umi, dia hanya mengantar. Belum ada 5 menit."

"Yakin?" Sarah masih kesal. Dia tak habis pikir jika Azzam tadi di sini lalu mengapa membiarkan Anna berduaan dengan lelaki lain. Tidak ada rasa cemburu kah? Bagaimana nanti kalau sudah jadi suami! Sekarang saja begitu!

Kembali ke rumah, Damar mencari ibunya yang ternyata ada di dapur. Mamanya lagi buat kopi untuk ayah. Dia celingak-celinguk mumpung tidak ada orang. "Bu, Damar habis dari rumahnya. Damar mau melamar Anna juga!"

"Hah!" Rini langsung menaruh baki yang akan dibawa. Ia menoleh dengan tertegun. Ditatap manik coklat susu itu dalam-dalam. "Apa itu beneran niatan dari hatimu ... atau kamu bilang begini karena ada yang melamar Anna?"

1
Widi Widurai
kaya tau kisah inii.. tp dicritain siapa y 🤔
S. M yanie
semangat kak..
S. M yanie: sama sama kak, saling mendukung yah, karna aku baru belajar.
As Cempreng tikttok @adeas50: terimakasih kak yanie🙏 kakak juga semangat
total 2 replies
LatifahEr
Nyesek, Thor 😥
As Cempreng tikttok @adeas50: igh igk/Sob/
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!