Idolaku Kekasihku

Di dalam kamar perawatan, Maya sudah sadarkan diri. Dia memandang satu per satu orang yang ada di dalam ruangannya dan saat tatapannya jatuh pada suaminya, tiba-tiba saja air matanya jatuh kembali. Reynold menghampiri istrinya, menggenggam tangan istrinya denga lembut.

"Sayang... Mana yang sakit?" tanya Reynold sambil mengusap kepala Maya.

"Kita ke kantin dulu ya May... Mau beli makanan dulu. Nanti mama bungkus makanannya juga buat kamu Rey." ucap mama Desi yang mengetahui ada sesuatu antara anak dan mantunya. Ia ingin memberikan waktu supaya pasutri itu dapat menyelesaikan masalah mereka.

"Iya ma..." jawab Reynold dan Maya.

"Sayang.. Sebenarnya ada apa? Kenapa kamu menangis?" tanya Reynold lagi setelah kepergian semua orangtua mereka.

"Siapa wanita tadi yang kamu temui di hotel?" tanya Maya dengan air mata yang mengalir semakin deras dan suara bergetar menahan sesak di dadanya.

"Wanita yang mana yank? Aku ke hotel untuk ketemu sama klien bukan untuk ketemu wanita lain." jelas Reynold.

"Jangan bohong! Aku sudah lihat semua fotonya, kamu lagi berpelukan dengan seorang wanita di lobi hotel." nada Maya sudah naik satu oktaf. Menahan emosi dan sakit hatinya.

"Foto apa? Aku gak bohong sayang. Jangan begini, kasihan anak kita nanti kalau kamu seperti ini."

"Anak?" tanya Maya.

"Iya kamu hamil sayang... Sudah empat minggu "

Maya semakin menangis sesenggukan mendengar jika di dalam rahimnya kini ada calon anaknya. Reynold mengambil ponselnya dan menghubungi bi Lastri.

"Halo bi... Tolong cari foto di kamar saya yang tadi di terima istri saya. Tolong suruh supir antar ke rumah sakit sekarang juga ya." Maya hanya diam mendengar pembicaraan Reynold dengan bi Lastri. Ia tidak mau ambil pusing, ia hanya butuh penjelasan saat ini.

Setengah jam berlalu, orangtua Reynold dan Maya sudah berpamitan untuk pulang ke rumah masing-masing. Karena melihat kondisi Maya sudah banyak peningkatan. Kini di kamar hanya tinggal Reynold dan Maya berdua.

Tok.. Tok.. Tok...

Pintu kamar terbuka, supir suruhan Reynold datang membawa amplop berisikan foto yang diminta oleh Reynold tadi.

"Tuan... Ini barang titipannya." ucap supir itu sambil maju ke arah Reynold menyerah amplop tersebut.

"Terimakasih pak. Ini untuk bapak untuk beli makanan dulu di kantin bawah." ucap Reynold sambil menyerahkan dua lembar uang berwarna merah.

"Terimakasih tuan.. Kalau begitu saya permisi tuan, nyonya..." pamit sang supir.

***

Setelah kepergian supirnya, Reynold membuka amplop itu dan melihat isi foto di dalamnya. Reynold menggenggam erat foto itu, ia bingung siapa yang memotret dirinya saat ia tak sengaja di tabrak oleh seorang wanita tak di kenalnya. Maya melihat raut wajah suaminya, rahangnya mengeras menandakan jika suaminya itu sedang marah. Melihat itu, Maya menghadap ke samping membelakangi suaminya.

"Halo Jo... Tolong datang ke rumah sakit tempat istri saya di rawat sekarang ya. Ada hal penting yang harus kamu selidiki." ucap Reynold saat menghubungi Jo.

"Baik tuan. Saya berangkat sekarang."

Setelah mematikan sambungan telepon itu. Reynold mendekati istrinya. Ia tahu siapapun yang melihat foto itu mungkin berpikiran jika Reynold tengah berpelukan dengan wanita itu. Tapi kenyataannya Reynold hanya memegang bahu wanita itu. Itupun ia lakukan atas dasar keperikemanusiaan saja melihat seorang wanita tanpa sengaja menabraknya dan hampir terjatuh.

"Sayang... Aku minta maaf ya. Tapi beneran aku gak ada hubungan apa-apa dengan wanita difoto itu. Mengenalnya saja tidak, bertemu pun juga baru sekali itu karena wanita itu tidak sengaja menabrakku dan hampir terjatuh." jelas Reynold. Tetapi Maya masih tetap tidak menghiraukannya. Sebenarnya mendengan penjelasan suaminya ia mulai sedikit percaya, hanya saja rasa cemburunya mengalahkan segalanya.

"Sayang... Pliss jangan marah lagi ya. Aku gak bisa kamu diemin kayak gini. Aku janji aku akan menyuruh Jo menyelidiki siapa yang sengaja mengambil foto itu dan mengirimkannya kepadamu dan aku akan menyuruh Jo untuk mencari keberadaan wanita itu dan membawanya kehadapan kamu untuk menjelaskan semuanya yang terjadi." Reynold sudah sangat frustasi saat ini. Ia mengacak rambutnya sendiri.

"Buat apa? Supaya kamu bisa ketemuan lagi sama wanita itu? Makanya kamu mau suruh kak Jo untuk mencari keberadaannya begitu?" tanya Maya yang langsung menoleh saat mendengar suaminya mau mencari keberadaan wanita itu. Sungguh panas dan sesak sekali rasanya dada Maya saat ini.

"Gak gitu yank... Aku cuma pengen kamu tahu kalau aku sangat cinta sama kamu. Aku gak bohong apalagi selingkuh di belakang kamu." Reynold sangat berantakan sekali saat ini. Wajahnya memelas, membuat Maya tidak tega melihatnya.

"Mau peluk..." ucap Maya tiba-tiba dengan suara manjanya dan ia sudah merentangkan kedua tangannya. Spontan senyum manis terbit dari bibir Reynold. Ia senang karena sepertinya sang istri sudah mau memaafkannya. Saat Reynold berjalan maju ingin memeluk Maya tiba-tiba pintu kamar diketuk dari luar.

"Sebentar aku buka pintunya dulu ya sayang. Nanti aku akan peluk istriku ini seharian." ucap Reynold sambil mencium kening Maya.

"Jo, tolong selidiki siapa orang yang sudah mengambil foto ini. Cari dia dan kamu tahukan apa yang harus dilakukan selanjutnya?" perintah Reynold.

"Baik tuan.. Akan saya lakukan segera. Apa ada yang perlu saya lakukan lagi tuan?" tanya Jo.

"Tidak ada Jo. Tolong cari pelaku itu secepatnya Jo. Karena dia istri saya sampai pingsan dan dilarikan ke rumah sakit." ucap Reynold sambil menoleh ke arah istrinya dengan tatapan sayu.

"Baik tuan. Akan saya laksanakan."

"Terimakasih Jo."

"Sama-sama tuan. Kalau begitu saya permisi tuan. Nyonya saya permisi. Semoga cepat sembuh." pamit Jo kepada Reynold dan Maya.

"Terimakasih kak Jo."

Jonathan pergi meninggalkan ruangan itu, kemudian Reynold berjalan menghampiri istrinya. Ia naik dan merebahkan dirinya di ranjang perawatan. Meskipun sempit, tetapi mereka sangat menikmatinya. Meluapkan rasa rindu masing-masing dan rasa cinta di antara mereka.

"Sayang, aku kangen banget sama kamu." ucap Reynold sambil memeluk erat tubuh Maya dan menghirup bau wangi tubuh Maya.

"Aku juga kangen. Tapi dada aku sakit melihat foto suami aku berpelukan dengan wanita lain di belakang aku."

"Sstttt... Kamu harus percaya sama suami kamu ini, kalau suami ganteng kamu ini sudah di takdirkan untuk selalu menjadi milik kamu sayang."

"Gombal..."

"Beneran yank... Aku senang sekali, apalagi nanti rumah kita akan ramai dengan suara tangisan bayi kita nantinya. Aku yakin kalau dia perempuan dia akan cantik dan menjadi wanita yang kuat seperti mommynya, sedangkan kalau cowok ia akan ganteng seperti daddynya."