NovelToon NovelToon
Ragaku Milik Suamiku Tapi Hatiku Milik Dia

Ragaku Milik Suamiku Tapi Hatiku Milik Dia

Status: sedang berlangsung
Genre:cintapertama / Duda / Pernikahan Kilat / Cinta Paksa / Dijodohkan Orang Tua
Popularitas:5.9k
Nilai: 5
Nama Author: Heni Rita

Cinta Devan atau biasa di panggil Dev. begitu membekas di hati Lintang Ayu, seorang gadis yang sangat Dev benci sekaligus cinta.

hingga cinta itu masih terpatri di hari Lintang meski dirinya sudah di nikahi seorang duda kaya.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Heni Rita, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Kesucian Ayu Terenggut

Hujan semakin deras, karena cemas, Herman kembali memutar kendaraanya.

Tapi Ayu sudah tidak berada di sana.

"Sial! Kemana Gadis itu!"

Herman tidak menemukan Ayu.

*****

"Ngapain kamu kabur dari rumah?"

"Aku jelasin, gak ada bedanya! Memangnya kamu siapa aku." Ayu tampak tenang mengatakannya.

“Kamu memang keras kepala Yu!"

Devan mendesah lelah.

Berkali- kali membujuk Ayu, tapi gadis keras kepala ini tidak mau pulang. Membuat Devan gusar dan cemas.

Diam- diam Devan mengikuti Ayu saat berada di mobil pria itu. Tapi tak lama kemudian, Ayu turun dari mobil dan pertengkaran keduanya terjadi di depan Devan, saat itu Devan bersembunyi di balik pohon besar.

Naas, Ayu di tinggal pergi oleh pria itu.

Tak lama, hujan semakin intens mengguyur bumi di sertai petir yang saling bersahutan. Dan saat itulah, Devan menghampiri Ayu membawa paksa gadis itu untuk berteduh di rumah kosong.

"Gila kamu Yu!" Devan sangat jengkel dengan sikap Ayu, hujan di luar begitu derasnya. Tapi gadis angkuh ini semakin menjadi, berusaha lari dari Devan. Meski tubuh Ayu sudah menggigil dan wajahnya pucat.

"Kenapa sih kamu itu sangat menyebalkan Dev!" Bentak Ayu tiba-tiba.

"Sudahlah, Aku mau pulang aja. Percuma aku nyusul kamu ke sini!" Devan yang sudah hendak pulang, kemudian kembali berbalik badan.

“Kamu mau tetap di sini? Enggak mau pulang ke rumah?”

“Tidak mau!"

“Terserah lah.”

Devan mengembus nafas kasar, didiemin gadis ini malah ngelunjak.

"Sialan banget! Kenapa sejauh ini, aku masih tetap cinta sama dia?" gerutu Devan yang terucap di dalam hatinya.

Walau sikap gadis arogan ini sering melukai hatinya, namun Devan masih tetap mengejarnya. Meski dia tahu, Ayu terlalu sulit untuk di pahami.

"Ibumu pasti cemas Yu."

"Bodo amat, ibuku pembohong!"

Dahi Devan mengernyit.

"Pembohong?"

Tubuh Ayu tiba-tiba luruh dengan air mata yang berlinang di kedua pipinya.

Devan hanya bisa menundukkan kepalanya. Sejujurnya diapun tidak ingin semua ini terjadi, tapi dia tidak bisa menolak keinginan kedua orang tua Ayu. Niatnya hanya satu, Devan ingin memperistri Gadis yang kini sedang menangis lirih di hadapannya.

Devan terus memandang Ayu yang tiada henti menangis.

Devan mendekat, lalu meraih tubuh Ayu ke dalam pelukannya sambil mencium puncak kepalanya.

"Maafkan... maafkan aku Yu...." Ucap Devan Sambil terus menciumi puncak kepala gadis itu. Yang sebentar lagi akan di pinang oleh pria kaya raya.

Ayu menggelengkan kepalanya.

"Dev, aku tidak mau menikah dengan pria itu!" tutur Ayu dengan suara lirih.

"Kalau begitu menikahlah denganku."

Tangisan Ayu semakin keras dan memilukan. Tangannya terkepal lalu memukul- mukul dada kekar milik Devan.

"Tidak! Semua lelaki pendusta!"

Devan terdiam, enggan menanggapi ucapan Ayu.

"Yu. Aku benar benar mencintai kamu Yu, menikahlah denganku ..."

"Tidak! Aku tidak sudi menikah sama bajingan seperti kamu!" Ayu tiba- tiba mendorong tubuh Devan dengan kasar.

Sekuat apapun Devan bertahan, tapi kesabarannya pada akhirnya runtuh.

Devan menatap nyalang mata Ayu, matanya memperlihatkan percik api kemarahan.

Ayu terkesiap.

"J- jangan mendekat? Kamu mau apa Dev?" Tubuh Ayu bergetar saat Devan terus menatapnya dingin.

Devan tak bergeming, dia terus memandangi wajahnya.

“Dev! Kamu sudah gila ya?" pertanyaan bodoh keluar begitu saja dari mulut mungilnya.

“Yu....”

Ayu mengernyitkan dahinya saat Devan menyebut namanya dengan begitu lembut.

Devan mulai menelusuri setiap inci lekuk tubuh sang gadis yang membangkitkan gairahnya sebagai seorang lelaki normal.

Di luar hujan begitu derasnya, hingga hawa dingin mulai menelusup masuk di rumah kosong tempatnya berteduh, hasratnya tiba- tiba tidak dapat di kendalikan.

"Dev!'

Ayu hendak melangkah jauh, tapi tangan kekar dan kokoh milik Devan malah menahan tubuh kecilnya. Ayu langsung membulatkan matanya dengan sempurna, tatkala tengkuknya ditarik hingga bibirnya...

“Emhh!” Ayu memberontak dan berusaha melepaskan diri dari serangan Devan yang sangat tiba-tiba dan kasar.

Namun, kini Devan membalikkan posisinya, hingga Ayu sudah ada di bawah kungkungannya. Gadis itu terus memberontak dengan lelehan bening yang sudah menggenang di pelupuk matanya. Ayu menatap wajah sayu dengan mata berkabut gairah milik Devan yang sedang mengukung tubuhnya, seraya mengunci kedua tangannya.

“Dev! Lepaskan aku!” bentak Ayu berusaha melepaskan diri.

“Akhh!” teriak Ayu saat Devan kembali menghempaskan tubuh mungilnya di atas meja kayu yang ada di rumah kosong itu.

“Dev, apa yang kamu lakukan?” tanya Ayu gugup dan meringsut ke pojok saat melihat Devan tengah membuka kancing kemejanya dan membuang ke sembarang arah.

“Kenapa? Kamu sudah keterlaluan Yu! Kamu selalu menghinaku! Nyatanya kamu gadis yang paling munafik yang pernah aku kenal, aku tahu. Kamu sebenarnya suka padaku!" Kata Devan sarkas.

“Apa maksudmu Dev, aku tid-,” ucap Ayu dengan suara serak menahan tangis, tapi segera disela oleh Devan.

“Jangan mengelak lagi, aku sudah banyak mengenal wanita! Sekarang katakan padaku, apa aku begitu rendah di matamu, hah! Hingga aku seperti pengemis cinta yang terus memohon!" bentak Devan penuh amarah, hingga suaranya menggema di rumah kosong itu.

“Dev, tolong lepaskan aku. Aku tidak bermaksud melukaimu." Ayu berusaha menjelaskan.

“Sekarang kau mengelak. Yu, apa kurangnya aku hingga kamu tega menghinaku setiap kali kita bertemu, hm. Apa karena kamu mendambakan sentuhan dariku?” tanya Devan dengan lirih, dan tatapan yang tak dapat diartikan.

Devan mencengkram kedua pipi Ayu, hingga gadis cantik itu meringis kesakitan.

“Aku tidak akan pernah melepaskan mu. Bukankah ini yang kau inginkan, Yu” desis Devan tepat di depan wajah Ayu. Membuat gadis itu memejamkan matanya, saat hembusan napas kasar Devan menerpa wajahnya.

“Tidak Dev! Ini salah. Tolong jangan lakukan ini, aku mohon,” pinta Ayu dengan lirih, dan air mata yang sudah membasahi pipinya.

“Menangis lah sepuas hatimu, karena aku tidak akan pernah melepaskan mu,” tukas Devan sambil menampilkan senyum dinginnya, Ayu semakin takut dan semakin memberontak saat Devan mulai menahan tubuhnya. Ia tidak akan pernah membiarkan hal buruk terjadi pada dirinya.

“Lepas! Dev! Lepas! Ini benar-benar gila! Kamu adalah lelaki paling gila yang pernah aku temui. Aku sangat membencimu!" Ayu berteriak.

Ayu yang merasa Devan sangat kasar melakukan itu, mulai memberontak dalam jeratan sosok lelaki gila tersebut.

“Dev! Kurang ajar! Cepat lepaskan aku!” bentak Ayu yang bergetar ketakutan.

“Kenapa? Kau takut Yu!" tanya Devan tanpa melepaskan tatapannya pada Ayu. Sebuah tatapan putus asa dan tersirat sebuah luka yang begitu dalam, tapi Ayu juga tidak ingin dilecehkan seperti ini oleh lelaki yang sangat ia benci sekaligus ia cintai.

“Dev, ini salah. Cepat turun dari atas tubuhku sekarang juga, aku mohon,” pinta Ayu memohon dan merasa frustasi.

Tanpa aba-aba, Devan lalu membuka paksa pakaian atas Ayu dengan sangat kuat.

“Dev! Apa yang kau lakukan, bajingan!” bentak Ayu sambil menatap tajam ke arah Devan yang tengah tersenyum nakal padanya.

“Kau begitu cantik Yu. Kamu sudah membuatku gila," ucap Devan dengan penuh Gairah, hingga membuat Ayu semakin takut mendengarnya. Bahkan, kini hatinya sangat sakit, dan harga dirinya juga ikut hancur disebabkan oleh lelaki gila yang ada di hadapannya.

“Aku menyesal karena sudah mengenalmu Yu!" Gairah Devan semakin memanas.

Tak ingin membuang banyak waktu.

“Lep-pas!" Racau Ayu sambil terus berusaha mendorong tubuh Devan, tapi tenaganya tak cukup kuat untuk menyingkirkan tenaga kuat Devan yang begitu kokoh dan kekar.

Mendengar suara desahan Ayu yang baru saja keluar dari mulutnya, membuat Devan semakin bergejolak untuk melakukan lebih.

“Aku akan memberimu pelajaran Yu ..." bisik Devan di telinga Ayu.

“Aku mohon Dev, jangan lakukan ini,” pinta Ayu agar lelaki yang semakin liar ini melepaskan dirinya.

“Diam ...,” ucap Devan sambil tersenyum sinis, membuat Ayu semakin terisak sambil memukuli punggung Devan.

Jika sudah begini, siapa yang akan ia salahkan, sekarang ia hanya membenci dirinya sendiri, menyesal pun sudah tidak ada gunanya. Kehormatan yang ia jaga kini sudah sirna dan sudah bertabur noda sebagai jejak bahwa ia tak lagi suci.

Sudah dua jam berlalu setelah Ayu tertidur di samping Devan yang sudah menodainya. Ayu terbangun dan melirik sekilas ke arah Devan dengan perasaan yang perih. Devan seolah tak merasa bersalah sedikit pun setelah apa yang dia lakukan.

Ayu mulai bangkit hingga terduduk di atas meja tersebut, seraya menatap pakaiannya yang teronggok di lantai sana. Air matanya tak kunjung surut saat ia kembali mengingat perlakuan Devan yang begitu keji. Sungguh! Ia tidak akan pernah melupakan kejadian pahit ini untuk seumur hidupnya.

Dengan langkah pelan dan tertatih, Ayu turun dari atas sana dan memunguti pakaiannya yang berserakan bersama pakaian Devan. Ayu memakai kembali pakaiannya meskipun ada beberapa bagian yang sobek, karena malam ini ia harus segera pulang dan meninggalkan tempat terkutuk itu.

Setelah berpakaian lengkap, akhirnya Ayu berlari keluar dari rumah kosong itu. Tak peduli derasnya hujan di tengah malam, Ayu terus berlari menembus sepi dan sunyi nya jalanan.

“Tidak! Aku sudah tidak layak untuk bertahan hidup. Siapa yang akan menerima gadis kotor sepertiku!" Ayu berteriak sekeras mungkin di bawah derasnya air hujan.

Mata sembab dan merah sudah semakin jelas tersirat di wajahnya. Bahkan kini kepalanya terasa berdenyut nyeri, seakan mampu memecahkan semua isi kepala. Tiba-tiba saja pandangannya mulai buram dan kabur, hingga ia terhuyung ke sebuah tiang di pinggir jalan.

Samar-samar ia melihat cahaya dari ujung jalan, dan sepertinya itu sebuah mobil. Apakah ia akan tertabrak mobil itu dan akan segera mati. Jika iya, maka Ayu akan sangat senang. Namun, ketika pandangannya sudah kabur dan kesadarannya sudah menipis, terlihat sebuah kaki yang melangkah mendekati dirinya.

‘Apa aku akan mati sekarang,’ batin Ayu sebelum akhirnya semua menjadi gelap.

1
Abel_alone
tetap semangat 🌹🌹🌹🌹
Luna Sani: Terima kasih kak ..🙏😁
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!