Yoanda menikah dengan Bagas karena perjodohan kakek nya, tapi Yolanda sangat menyukai dan mencintai Bagas karena selain tampan tubuh Bagas ideal sehingga membuat Yolanda jatuh hati kepada Bagas, tapi Bagas sedikit pun tidak menyukai Yolanda karena postur tubuh yang subur dan tidak ideal.
Selama menikah dengan Yolanda Bagas tidak pernah menyentuh nya sama sekali, Bagas malah membenci Yolanda, hingga suatu saat Yolanda melihat Bagas dengan wanita cantik dan sangat mesra.
Setiap hari Bagas selalu menyakiti hati nya dan bahkan memfitnah dan mengusir nya dari rumah hingga hidup Yolanda terlunta-lunta karena aset yang pernah di berikan keluarga Bagas diambil nya.
Hingga suatu saat Yolanda berpikir akan merubah hidup nya dan akan melakukan balas dendam kepada Bagas.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon 💫✰✭𝕸𝖔𝖒𝖞𓅓 𝕹𝕷✰✭🌹, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Nyaman
"Mas, kamu masih mau mempertahankan istri kamu yang gendut itu?" tanya Selena kepada Bagas.
"Ngga lah sayang, tapi mau bagaimana lagi, kita belum bisa membuat dia pergi dan meninggalkan keluarga kita, padahal berbagai cara sudah aku lakukan."
"Susah banget sih untuk membuat dia kapok dan pergi, memang nya mas ngga bisa gitu langsung ngusir atau menceraikan nya?"
"Dengarkan aku sayang, dia itu kesayangan nya kekek, kalau mas langsung membuat dia pergi dan langsung menceraikan tanpa ada nya kesalahan dari dia, maka kakek akan mencabut semua pasilitas dan hak waris mas."
Elena terdiam, dia mencerna semua ucapan dari Bagas, "Berarti mulai sekarang kita harus mencari-cari kesalahan dia dan meyakinkan kakek kalau dia itu wanita yang ngga bener untuk menjadi istri kamu mas."
Bagas hanya mengangguk tanda mengerti, "Benar juga kata kamu sayang, tapi bagaimana cara nya kita meyakin kan kakek?"
"Begini saja mas, bagaimana kalau sekarang kita pergi ke pantai untuk memikirkan semua ini, barangkali saja sewaktu kita menatap pantai kita mendapatkan ide yang cemerlang." Ucap Elena dengan senyuman menggoda nya.
"Baiklah kalau begitu, sudah lama juga mas tidak pergi ke pantai." Bagas memeluk Elena dari samping dan meninggalkan cafe.
******
Aku dan Ricard kini sudah berada di pantai yang biasa kita datangi, aku menatap ombak yang sedang berlomba untuk segera sampai ke tepi pantai.
"Kamu itu ngga kerja? Kok kerjaan nya keluyuran ke pantai melulu?" Aku memulai perbincangan diantara kita.
"Aku kebagian ship malam, jadi aku bisa kesini dan mungkin setiap aku kebagian ship malam ketemu kamu terus, jadi kamu berpikir kalau aku ini ngga kerja, apa kamu malu punya teman pengangguran?"
"Ngga lah, aku tidak pernah memandang orang dari harta atau pangkat nya, tapi kebanyakan mereka lah yang malu dan jijik dekat dengan aku karena postur tubuh dan wajah ku yang pas-pasan seperti ini, aku tidak seperti wanita lain yang punya body bagus dan wajah yang kinclong, hingga aku sering di hina dan di remehkan semua orang termasuk suami dan ibu nya." Entah kenapa aku merasa nyaman bercerita dengan Ricard, tanpa ragu aku mengatakan semua nya.
"Aku tida malu kok dekat dengan kamu, sebenar nya kamu itu cantik asal kamu mau merubah nya." Ucap Ricard sambil menatapku dari samping membuat jantungku berdegup lebih kencang.
Entah kenapa jantungku bisa berdetak seperti itu disaat dia menatapku, padahal aku tidak merasakan nya sama sekali disaat aku bersama mas Bagas.
"Terima kasih kamu sudah mau menjadi teman ku, hanya kamu pria yang mau dekat dengan aku." Ku lihat dia sedikit tersenyum begitu mendengar jawaban dariku.
"Kalau kamu menganggap aku sebagai teman kamu, apa kamu bisa menceritakan semua nya? Termasuk kejadian kamu sampai pergi ke dokter?"
Aku melirik sebentar ke arah Ricard dan kembali menatap ombak di depan ku lalu ku hembuskan nafas ku dengan kasar.
"Cerita saja biar semua nya lega, berbagi lah dengan teman mu ini, aku siap mendengar semua cerita kamu, jangan kamu tanggung sendiri masalah kamu."
Ricard terdiam dan menunggu aku siap untuk bercerita, mungkin semua yang di ucapkan Ricard benar, dengan aku bercerita kepada nya sesak di dadaku akan terasa ringan.
"Sebelum kakek meninggal, beliau sudah menjodohkan aku dengan seorang pria, dan setelah kakek meninggal aku dinikahi nya atas permitaan kakek nya juga, yang memang kakekku itu sahabat kakek nya, aku jatuh hati pada pandangan pertama karena memang aku belum pernah punya pacar, jadi begitu melihat calon suami ku, aku langsung jatuh hati dan aku merasa beruntung di nikahi pria seperti dia." Aku kembali menghembuskan nafas dengan kasar, seakan-akan aku lagi menyiapkan kekuatan.
Ricard masih anteng dengan diam nya, dia masih setia menunggu kelanjutan ceritaku.
Aku kembali melanjutkan cerita hidupku, "Setelah kita berdua menikah dan tinggal jauh dari rumah kakek nya, sifat asli dia terlihat, dia sangat memandang rendah aku, dia mearasa jijik dekat dengan aku, dan aku selalu diam dan menerima hinaan dari suamiku itu." Aku mulai menitikan air mata, bayangan semua hinaan mas Bagas kini melintas kembali di pikiran ku.
"Hingga suatu hari aku melihat suamiku bersama seorang wanita yang body nya bagus dan punya wajah yang cantik, tidak seperti ku yang gendut dan jelek ini, walaupun aku sakit hati tapi aku masih bisa menahan dan menerima nya, tapi setelah wanita itu di bawa ke rumah dan mereka tidur bersama, di situlah aku mulai merasakan sakit yang seperti nya tisak akan bisa di sembuhkan." Aku menangis, aku sungguh sakit hati dengan kelakuan mereka, mengingat aku saja yang istri nya belum pernah di sentuh oleh suamiku, tapi wanita itu yang bukan istri nya, dia sudah berani menyentuh dan melakukan hal yang sangat memalukan.
Ricard meraih kepalaku dan menyandarkan nya di bahu dia, seakan-akan dia menyuruh aku meluapkan semua nya dan dia akan selalu menjaga nya.
Entah kenapa aku juga menutut saja dengan Ricard hingga aku nyaman dengan bahu nya itu.
"Aku selalu di hina, di remehkan dan di bandingkan dengan wanita itu, ibu nya malah mendukung dengan kelakuan suami ku itu, mereka bertiga selalu menghina dan merendahkan ku, aku sudah ngga kuat." Ucapku sambil terus menangis.
"Kenapa kamu tidak pergi dari rumah itu? kenapa kamu masih bertahan? sudah tahu kelakuan mereka menyakitkan." Ucapan Ricard terdengar seperti ikut kesal dengan kelakuan mereka.
"Kakek suamiku, aku bertahan karena beliau, hanya beliau lah yang menyayangi aku, hanya demi beliau aku bertahan walau hidup ku di rumah itu bagaikan di neraka."
"Apa suami kamu juga yang menyiram air panas ke wajah mu itu?" tanya Ricard sambil membelai kepalaaku.
"Wanita selingkuhan nya yang sudah menyiram nya, dan kamu tahu? Dia melakukan nya di depan suamiku, tapi suamiku hanya diam dan seperti nya dia bahagia aku di perlakukan seperti itu oleh selingkuhan nya."
Wajah Ricard merah menahan amarah, dia tahu Yola bukan siapa-siapa dia, dan dia juga berteman dengan Yola baru beberapa hari saja, tapi hati nya merasa nyaman dan ingin sekali menolong Yola.
"Menangis lah, jika semua itu akan membuat sesak di dada kamu menjadi ringan."
Aku menangis di pundak Ricard, tangan Ricard yang tidak henti membelai kepalaku membuat aku lebih nyaman dan aku merasa sekarang aku mempunyai seseorang yang akan selalu melindungi aku.
Semilir nya angin laut dan suara ombak yang seperti sebuah irama serta belaian lembut dari seorang pria yang baru aku rasakan membuat aku ngantuk dan akhir nya aku tertidur di atas bahu nya.