Tunangannya sama Luna, menikahnya sama Zenata. Kok bisa?
Lalu bagaimana dengan Luna? Apakah Athala akan memaafkan Zenata atas kecelakaan ini? Atau hanya akan membuat Zenata menderita?
Kisah cinta yang rumit antara dendam dan penyesalan.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Desty Cynthia, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Honeymoon
Athala tak mengijinkan Zena bertemu ibunya dalam waktu dekat. Dia lebih memilih menyembuhkan luka batin istrinya daripada harus mempertemukan Zena dan ibunya. Zena sedikit kecewa dengan keputusan suaminya. Mau bagaimana lagi dia harus menuruti suaminya.
"Mas sudah urus semuanya kita akan pergi lusa untuk honeymoon. Lebih baik kita refreshing dulu. Sudah terlalu banyak masalah yang kita lewati sayang. Enggak baik juga buat kehamilan kamu." Ucap Athala.
"Iya mas aku terserah mas aja yang penting aku sama mas." Ucap Zena dengan tersenyum hangat. "Mas selesaikan pekerjaan mas dulu di kantor, ada Alana di bawah jadi kamu ada temannya. Kalau ada apa-apa kabarin mas yah!"
"Iya mas sayang!" Zena berjinjit mencium duluan suaminya. Athala malah meneruskan ciuman itu. Namun Zena mendorong pelan dada suaminya "Nanti mas telat loh."
Zena pun mengantar suaminya sampai ke depan pintu. Didepan halaman sudah ada beberapa pengawal tentunya, dan Athala memperkerjakan Romeo untuk stand by dirumah. Zena juga sudah mengenalnya kemarin.
Orang tua Alarich sudah pulang bersama Atharya dan Ariana juga. Karena kedua adik Athala masih ujian. Jadi tidak bisa lama lama menginap.
-
-
-
Mamih dan papih Al mengantar anak dan menantunya ke bandara. Alana dan Erlando juga ikut mengantarnya. Hari ini adalah keberangkatan Athala dan Zena untuk bulan madu. "Hati-hati ya sayang baik-baik disana. Kamu juga Athala jagain istri kamu jangan dimarahin, ngerti?" Ucap mamih Aleesya dengan muka galak.
"Iya mamih sayang bawel banget mamih!" Athala memeluk mamihnya dulu, lalu Alana ikut memeluk mereka. Papih Al tersenyum manis melihat anak dan istrinya. "Hati-hati disana." Ucap papih Al. "Siap pih!"
Athala juga membawa Juna kesana. Karena papih Al memberikan bonus yang sangat besar. Mereka bertiga naik pesawat pribadi milik keluarga Dewantara. Ini bukan pertama kalinya Zena naik pesawat, sebelumnya Zena pernah naik pesawat itu pun ke Bali saat ada acara kampus.
Tapi hari ini pertama kalinya Zena naik pesawat pribadi dengan fasilitas yang komplit milik keluarga suaminya. "Kamu siap sayang?" Tanya Athala.
"Siap mas Insya Allah." Ucap Zena sembari menggenggam erat tangan suaminya "Jangan takut, ada Allah yang melindungi kita." Kata Athala dengan lembut.
Perjalanan mereka memakan waktu berjam-jam. Juna benar-benar memanfaatkan waktunya untuk tidur. Sepertinya kali ini bossnya pengertian dan sedikit waras, Athala tidak mengganggu waktu Juna tidur. Athala asyk dengan istrinya.
Gagak besar itu sampai di bandara, disana sudah ada supir yang menunggu. Mereka akan langsung ke hotel dan beristirahat. Sepanjang perjalanan menuju hotel, pertama kali dalam hidup Zena bisa menginjakkan kakinya di Paris.
Mata Zena berbinar ketika melihat keindahan kota Paris. "Nanti besok kita jalan-jalan yah, hari ini kita istirahat dulu bumil cantik enggak boleh kecapean!"
"Makasih yah mas tampan."
-
-
Ketiganya telah sampai di hotel, mereka masuk ke kamar masing masing. Untungnya kamar Juna di sebelah kamar Athala, jadi Athala dengan mudah mencari Juna kalau dibutuhkan.
Athala langsung merebahkan dirinya ke kasur. Lalu Zena masih melihat sekeliling kamar dan fasilitas di dalamnya. "Mas, ini sama kayak dirumah kita lengkap banget. Aku pasti betah disini." Ucap Zena yang sumringah.
Athala langsung menggendong istrinya masuk ke kamar mandi "Mau apa mas?"
"Mau kamu...lihat kamar mandinya, kita bisa 5 ronde hahaha!" seru Athala "Satu aja aku capek mas!" sahut Zena sembari memanyunkan bibirnya.
Keduanya benar-benar memanfaatkan moment bulan madu mereka. Bahkan mereka harus mandi dua kali gara-gara Athala yang minta nambah. Mata Zena sudah 5 watt "Mas aku mau tidur, jangan bikin aku sakit. Aku aduin mamih yah!" Gerutu Zena, dia menarik selimutnya sampai ke atas.
"Hahahaha ya ampun udah berani ngadu ya ummi. Iya kita tidur nanti malam kita ke restorant." kini keduanya tidur pulas setelah pergulatan panas dadakan itu.
-
-
Besokannya mereka pergi jalan-jalan di kota nan indah itu, Juna tentu saja menjadi photograper dadakan. Dibawah menara Eiffel keduanya berpose romantis.
Athala mencubit ujung hidung istrinya dengan gemas "Lucu banget sayang, dingin yah? Kayaknya kita salah timing. Pas kesini pas musim dingin." Dia mengancingkan coat istrinya. "Iya mas dingin banget, tangan aku beku."
"Mmmmuaaaach, udah enggak beku lagi." Athala menciumi terus tangan istrinya yang sudah merah.
"Nasib oh nasib. Kapan hambamu ini punya jodoh ya Allah huft" Gerutu Juna sembari memotret majikannya. Selain jadi tukang poto dadakan dia juga membawakan banyak belanjaan majikannya.
Athala dan Zena benar benar menikmati moment bulan madu mereka. Selama 2 minggu mereka habiskan dengan jalan-jalan, belanja, makan, tak lupa Athala membawa istrinya check up selama disana. Selain jalan-jalan pastinya mereka rajin bercocok tanam namun durasinya berkurang karena Zena hamil.
Seperti sekarang keduanya masih dibawah selimut, Athala tak mengijinkan Zena mandi. "Mas, ayo bangun nanti keburu Dzuhur." Rengek Zenata. "Belum masih lama, baru jam 10 sayang, nanti jam 11 mandinya. Mas kedinginan tahu!" Athala menelusup ke dada istrinya yang kenyal.
"Hahaha modus banget mas...ahhh mas...!"
Ternyata tangan Athala sudah menjalar ke lembah nirwana istrinya. "Sekali lagi udah itu kita mandi."
-
-
-
Malamnya Athala membawa istrinya menyusuri taman sekitar hotel, keduanya jalan kaki menuju taman disana. Mereka duduk di bangku taman sambil menikmati angin malam itu "Makasih ya mas, aku bahagia."
"Mas juga sayang...kalau ada kata di atas kata bahagia, mungkin kata itu yang lebih tepat."
Namun ditengah kemesraan mereka, tiba-tiba Zena membicarakan bu Kamila "Mas, eum...apa boleh nanti aku ketemu ibu? Aku mau dengar semuanya dari ibu." Lirih Zena.
"Hmm...kamu udah siap tahu kenyataannya?" Tanya Athala dengan penasaran.
"Harus mas, aku harus tahu asal usul aku. Ibu juga pasti tersiksa memendam ini semua. Apa yang mas bilang ada benarnya, kenapa aku di simpan dipanti karena ibu ingin melindungi ku. Alhamdulillah selama di panti, aku bertemu orang-orang baik seperti mamih Aleesya dan bu Risma." Lanjut Zena sembari menelusupkan kepalanya ke dada suaminya.
Athala hanya menghela nafasnya dia bingung harus jawab apa "Mas, gimana kalau pulang dari sini kita ke Surabaya aja?" Ucap Zena dengan tatapan memelas.
"Langsung gitu ke sana?"
"Iya mas, kita kasih kejutan buat ibu. Mas jangan lupa yah, bu Kamila itu mertua mas juga. Neneknya anak kita."
Athala mengangguk dan menuruti istrinya mungkin memang saat ini Zena merindukan ibunya. Bertahun-tahun Zena hidup tanpa kasih sayang seorang ibu. Pasti berat sekali menjadi Zena.
"Apapun akan ku lakukan untukmu Zenata. Terima kasih ya Allah, telah mengirimkan wanita cantik ini menjadi istri hamba."