"Mimpi Anak Desa"
Anggara Al-fikri, pemuda berbakat dari desa kecil di Malang, mendapat kesempatan emas untuk mewujudkan mimpinya menjadi pemain profesional. setelah mencuri perhatian pelatih selama seleksi di Borussia Dormound II, Angga berkembang pesat dengan bantuan sistem misterius yang meningkatkan kemampuan fisik dan teknik yang diatas rata-rata. di tengah persaingan ketat dan berbagai tantangan, Angga memimpin timnya juara liga remaja jerman dan mencatak prestasi luar biasa, namun perjalanan Angga masih baru dimulai, karena ia kini harus membuktikan kemampuanya dipanggung yang lebih besar_liga profesioanal.
"mimpi anak desa" adalah kisah perjuangan seorang remaja Indonesia dalam meraih kejayaan didunia sepak bola internasional.
novel ini tidak menganut jadwal dan regulasi liga eropa secara menyeluruh, demi perkembangan jalan cerita, jadi mohon dimengerti bila ada jadwal melenceng jauh, seperti liga champion, piala AFF, dan kualifikasi piala dunia 😂🙏
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Pria_Misterius, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 4. Kesempatan Yang Tidak Terduga
......................
Pagi itu, Angga beranjak dari tempat tidurnya di penginapan sederhana. Dengan sedikit uang yang tersisa dikantongnya, ia tahu harus bijak dalam mengatur pengeluaran. Penginapan tempatnya tinggal, mematok harga sekitar €25 per malam, dan ia hanya memiliki sekitar €800 tersisa setelah menukarkan sebagian uang dari amplop yang diberikan oleh bapaknya.
Sambil menghela napas, Angga merogoh saku celananya untuk memastikan ponselnya masih ditempat. Dengan matahari yang baru muncul dari ufuk timur, ia memutuskan untuk memulai harinya dengan mencari tahu lebih lanjut tentang Borussia Dortmund II. Ia mengingat informasi yang diberikan oleh pemilik penginapan, yang menyebutkan bahwa lokasi club tidak terlalu jauh, hanya sekitar 45 menitan untuk berjalan kaki.
"Sepertinya aku harus menghemat dan berjalan kaki saja." gumam Angga sambil mengenakan sepatu nya, "lumayan, sekalian sambil olahraga pagi."
Setelah berpamitan kepada pemilik penginapan, Angga mulai berjalan. Sepanjang perjalanan, ia terpesona dengan suasana pagi di Dortmund. Bangunan-bangunan modern yang berdiri tegak di sekitarnya memberikan kesan megah dan teratur. Sesekali, ia berhenti untuk mengambil napas dan menikmati udara sekitar.
Setelah berjalan cukup lama, akhirnya ia tiba di komplek Borussia Dortmund II. Dari kejauhan, ia bisa melihat para pemain muda yang sedang melakukan pelatihan. Dia mendekati salah satu penjaga pintu gerbang dan mencoba memulai percakapan.
"Hallo, selamat pagi, pak." sapa Angga dalam bahasa Inggris dengan fasih. "Saya ingin tahu apakah ada seorang agen bernama Steven yang bekerja di sini?"
Penjaga itu mengerutkan dahi sejenak, tambak binggung dengan pertanyaan Angga.
"Steven?" pria itu bertanya. "Tidak ada yang bernama Steven di sini sebagai agen."
Merasa sedikit kecewa, Angga mulai menceritakan pengalamannya, tentang bagaimana Steven menipunya. Pria penjaga itu mendengarkan penuh dengan perhatian.
"Maaf mendengar itu, anak muda," kata penjaga itu dengan penuh simpati. "Tapi, jangan khawatir, kamu masih muda, dan ada kesempatan kamu di sini jika kamu benar benar berbakat."
"Terima kasih, pak" Angga membalas senyum tipis, meskipun hatinya sedikit kecewa.
Setelah berbicara beberapa saat, penjaga itu memperbolehkan Angga melihat pelatihan para pemain pemain muda Borussia Dortmund II dari jarak jauh. Angga terpesona, gerakan mereka cepat dan terkoordinasi dengan baik, sangat berbeda dari apa yang biasa dia lihat saat bermain di desa nya. Kecepatan, teknik dan strategi yang di gunakan sungguh luar biasa.
"Suatu hari nanti," bisik Angga pada diri sendiri. "Aku pasti akan bisa berlatih bersama mereka."
"Setelah puas melihat mereka latihan, Angga memutuskan kembali ke penginapan. Di tengah perjalanan, dia melewati taman tempat Steven meninggalkannya beberapa hari yang lalu. Tak jauh dari sana, ia melihat sebuah lapangan sepak bola kecil, dimana sekelompok anak muda tampak sedang bersiap untuk bermain.
Angga memutuskan untuk singgah sejenak dan berlari lari sekitar lapangan, sekadar untuk menjaga kebugaran tubuhnya dan kemudian pulang ke penginapan, berharap bisa berolahrag lebih intens. Ketika dia tiba, ternyata ada sekelompok anak muda yang sedang untuk bersiap melakukan pertandingan sepak bola.
Mata Angga berbinar, melihat mereka, sebagian besar dari mereka tampak berbakat, bahkan ada beberapa yang tampak seperti dari team binaan pemain dari Borussia Dortmund II. Dengan penuh harapan, Angga menghampiri mereka.
"Excuse me," ucapnya dalam bahasa Inggris, "bolehkah aku ikut bergabung?"
Beberapa pemain hanya mengabaikannya, mungkin karena mereka belum pernah melihat Angga sebelumnya di lingkungan tersebut. Namun, satu satu pemain yang tinggi dan nampak ramah menghampirinya.
"Hey...kamu bis bermain bola" tanya pria itu dengan aksen jerman yang kental, Memperkenalkan diri nya sebagi Sven Kruger, salah satu striker di team binaan.
Angga mengangguk, "ya, aku dari Indonesia. Aku biasa bermaian sebagai gelandang serang."
Sven memandang sejenak, lalu tersenyum. "Baiklah, kamu bisa bergabung di team ku."
Angga menghela napas lega, "terima kasih" jawab Angga penuh rasa syukur.
Ketika permainan di mulai, Angga merasa kesulitan menyesuaikan diri. Gaya permainan di sini lebih keras dan cepat di bandingkan di desanya, setiap sentuhan bola, setiap gerakan harus di lakukan dengan penuh keseriusan. Namun, dengan cepat ia menyesuaikan diri, ritme pertandingan mulai ia kuasai, dan lambat laut ia berhasil menunjukkan kemampuannya.
di menit ke-30, Angga berhasil memberikan umpan matang kepada Sven yang berhasil menyarangkan gol ke gawang lawan. Kemudian, di akhir menit-menit pertandingan, Angga berhasil mencetak gol setelah melakukan dribble cepat melewati dua bek lawan. Timnya menang, dan sorakan kecil terdengar di pinggir lapangan.
Setelah pertandingan berakhir, beberapa pemian mengakui skill Angga dan memuji adaptasinya yang cepat.
"Kamu cepat belajar, ya..." puji Sven. "Bisa langsung menyesuaikan gaya permainan kami, bagus sekali."
Angga tersenyum. "Terima kasih, ini pengalaman yang luar biasa bagi saya."
......................
......................
Beberapa hari berikutnya, rutinitas Angga hampir sama, pagi-pagi ia berolahraga dan mencari informasi tentang Borussia Dortmund II. Setiap sore, ia bermain sepak bola bersama teman-teman baru nya di lapangan yang sama. Merena kini sudah mulai mengenalnya dan mengakui kemampuannya.
Di pagi itu, Angga berusaha mengubungi keluarga nya sekedar memberi kabar bahwa ia suda mulai berlatih dengan pemain muda binaan di club besar Borussia Dortmund II, dia tidak berani menceritakan kemalangan yang menimpanya di sini. Dia takut akan membuat sedih dan kecewa ke dua orang tua nya, dia hanya bisa memaksakan tawa yang terasa getir ketika mendengar rasa syukur dari ibu nya.
Namun, suatu sore, ketika mereka bermain seperti biasa, sebuah mobil hitam berhenti di pinggir lapangan. Dari dalam mobil, seorang pria keluar dan mengamati pertandingan dari kejauhan. Tanpa di sadari oleh Angga, pria itu adalah Jacob, asisten pelatih tim binaan Borussia Dortmund II.
Jacob yang awalnya hanya ingin melihat sebentar, namun semakin lama semakin tertarik dengan permainan Angga. Gerakannya yang lincah, kecepatan dalam mencari peluang, serta keahliannya dalam membantu pertahanan dan menyerang membuat Jacob tidak pernah berhenti memperhatikan.
Setelah pertandingan berakhir, Jacob mendekati Sven dan bertanya tentang Angga.
"Siap anak itu." tanya Jacob
"Oh...dia? bernama Angga, dari Indonesia," jawab Sven. "Dia baru beberapa hari di sini, dan cukup berbakat."
Jacob mengangguk. "bisa panggil dia ke sini?"
Sven memanggil, Angga yang sedikit terkejut ketika mengetahui bahwa ia akan berbicara dengan seseorang dari club Borussia Dortmund.
"Hallo...Angga," sapa Jacob. "Saya Jacob, pelatih asisten club di Borussia Dortmund II. Saya perhatikan permainanmu tadi, dan saya terkesan. Kamu punya potensi."
Angga tidak bisa menyembunyikan kebahagiaannya. "Terima kasih, pak Jacob."
Jacob melanjutkan, "aku dengar kamu mengalami beberapa masalah sejak tiba di sini. Tapi, bagaimana aku mengundangmu untuk tes rekruitmen dari club?" Jacob menambahkan, "tapi kamu harus mengikuti seleksi dari pelatih Roger terlebih dahulu."
Angga hampir tidak bisa mempercayai pendengaran nya. "serius, pak? Ini seperti mimipi bagi saya!"
Jacob tersenyum, "tentu saja, datanglah besok pagi di komplek kami. Aku akan atur kamu agar bisa ikut dalam tes pemain muda."
Dengan perasaan yang meluap-luap, angga mengucapkan terima kasih berulang kali. Jacob kemudian berpamitan dan meninggalkan lapangan, sementara Angga masih tidak percaya dengan apa baru saja terjadi.
Sven, merangkul bahu Angga, dan berkata. "kawan, besok tunjukkan pada kami apa yang kamu bisa, jangan takut, aku akan menyambut mu dengan tangan terbuka."
Dalam perjalanan pulang ke penginapan, Angga tak henti-hentinya tersenyum. Akhirnya, setelah segala rintangan dan kesulitan, sebuah peluang emas terbuka untuknya.
......................
sampai ketemu di bab selanjutnya para warga
Akan author usahakan UP setiap hari...
^^^jangan lupa like nya^^^