Novan dan Diana menjalin hubungan sekitar empat tahun lama nya sejak mereka sekolah SMA, sudah banyak yang Novan berikan pada gadis cantik berdarah minang itu.
namun suatu hari Novan melihat Diana malah bersama pria lain yang menggunakan mobil mewah, sejak saat itu juga hubungan mereka renggang, tak lama Diana sakit dan selalu menjerit jerit karena gigi yah semula bagus itu mengeluarkan banyak nanah
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon novita jungkook, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 21. Novan datang
Riuh warga kampung dengan penyakit Diana yang sangat parah itu, sudah kerumah sakit dan sama sekali tidak ada hasil nya, dia hanya akan tenang selama lima menit saja lalu kemudian kambuh lagi. berat sekali hati orang tua untuk menerima sakit Diana yang bisa di bilang mendadak, tapi kalau sakit gigi yang memang mendadak saja datang nya.
Apa lagi Diana kan saat itu habis makan dari luar, bis ajadi pengaruh makanan yang masuk kedalam mulut, sampai saat ini belum ada yang menebak bahwa Diana kena santet, sebab di desa ini jarang yang nama nya dukun sehingga mereka akan berpikir nya tentang penyakit medis saja.
Padahal ini masih desa dan mereka juga tidak banyak pikiran dukun, setelah kematian nya si kembang desa memang mereka mulai lupa akan yang nama nya dukun, sudah tiga tahunan kejadian itu pasti nya sehingga mereka kembali berpikir secara orang kota saja dan orang yang menjabat sebagai dukun sudah tidak ada lagi.
Memang bisa di bilang susah karena Novan saja harus mendatangi Teluk Seketi yang sangat jauh itu, mana juga tempat nya seram, namun hanya orang tertentu saja yang tahu bahwa di sana ada dukun sakti yang sudah tua. bila orang awam tidak akan tahu, sebab dukun tua tidak banyak promosi selama ini, dia berdiam diri di sana untuk memperdalam ilmu.
"Mungkin memang sudah busuk semua ya gigi nya, Pak?" tanya Pak RT muda.
"Seperti nya begitu, kami juga tahu nya barusan saat mendadak gigi Diana lepas." jawab Pak Bujang.
"Wah kalau satu mulut sakit semua pasti luar biasa sekali rasa nya, kita yang sakit gigi satu sudah mau tobat." ucap Pak RT sampai merinding.
"Itu lah yang kami cemas kan, Pak RT! dokter bilang gigi Diana bagus, padahal lihat sendiri gigi nya busuk." keluh Pak Bujang.
"Lah iya, kok bisa sih dokter nya enggak teliti." heran Pak RT.
"Apa mungkin karena kami pakai kartu miskin, jadi agak kurang di perhatikan! mau mengangani saja lama sekali." Pak Bujang memang tidak umum saat berobat.
Pak RT mengangguk paham karena biasa nya dokter memang menyepelekan orang yang berobat pakai kartu miskin, bahkan sampai orang nya mau mati pun tidak juga di tangani oleh mereka.
Tapi yang mau bagai mana lagi karena mau protes juga tidak bisa, sebab mereka tidak pakai uang, mungkin kalau pakai uang akan di urus dengan serius dan di obati dengan benar. memang begini lah nasib nya orang miskin, selalu di sepelekan keadaan nya oleh yang lebih tinggi kehidupan nya.
"Saya akan meminta izin dulu pada Pak Lurah tentang bagai mana bila mengumpul kan dana untuk berobat nya Diana, siapa tau saja ada warga yang ingin memberikan sumbangan." ujar Pak RT.
"Sebaik nya tidak usah dulu, Pak RT! bukan nya kami menolak bantuan Bapak, tapi kami malu juga pada warga sini." Deni membuka suara.
"Biar lah untuk sekarang ini menggunakan tabungan kami, Pak." Ria juga ikut bicara.
"Alhamdulilah bila kalian masih mampu, bila sudah tidak ada lagi maka saya akan meminta tolong pada warga." ujar Pak RT tulus.
"Terima kasih sudah peduli pada keluarga kami ya, Pak RT." Pak Bujang senang masih di perhatikan.
"Sudah menjadi tugas saya, semoga Diana cepat sembuh dan tidak perlu sampai meminta bantuan pada warga." harap Pak RT.
"Amiiin."
Mereka serentak mengaminkan ucapan nya Pak RT yang tulus, semoga saja memang Diana bisa sembuh setelah nanti di obati lagi secara serius, setidak nya itu lah harapan Pak Bujang dan Bu Hasnah karena mereka kasihan pula pada Diana yang kesakitan.
"Assalamualaikum."
"Walaikum sallam, mari masuk Mas Novan dan Mas Erik." Pak RT di depan pintu menggeser duduk nya.
"Bagai mana keadaan Diana, Pak?" Eri duduk di sebelah Pak Bujang.
"Kalau habis minum obat dia masih bisa istirahat dari sakit nya, tapi nanti akan kumat lagi." jawab Pak Bujang dengan wajah sedih.
"Ya allah kok bisa sampai begitu ya sakit gigi saja." Erik ngeri melihat Diana yang tertidur.
"Ini pipi nya mulai bengkak ya, Da!" Ria melihat keadaan si adik.
"Iya ini, bengkak pipi Diana." Deni juga melihat nya, bagian rahang Diana yang bengkak kemerahan.
Novan tetap datar saja seolah sama sekali tidak kaget atau tidak cemas, pokok nya sama sekali tidak ada ekspresi, membuat Pak Bujang yang belum tahu hubungan mereka pun jadi bingung. karena biasa nya Novan adalah orang yang sangat perhatian, tidak peduli walau ada orang tua Diana juga.
"Nak Novan mau pindah duduk dekat Diana?" tawar Pak Bujang.
"Tidak usah, Pak! saya di sini saja." tolak Novan langsung.
Kembali Pak Bujang bingung karena memang Novan tidak ingin mendekat, bahkan dari tadi dia juga tidak bersuara, Deni dan Ria sudah tau bahawa Novan dan adik mereka putus.
"Eeeghhhh, sakiiiitt." Diana kembali bersuara tanpa membuka mata.
"Kasih minum dulu, Bu! dari tadi minum obat terus, ini obat nya saja tujuh jam sekali baru di minum." ucap Ria.
"Diana sudah minum tiga kali dalam waktu satu jam ini, bahaya untuk ginjal nya." seru Deni yang kaget.
"Maka nya harus banyak minum, kan bahaya kalau minum nya juga kurang." timpal Ria.
Deni mengambilkan adik nya air minum namun di tolak oleh Diana, dia tidak mau apa pun karena sakit gigi ini sangat mengeyut di dalam daging. mata serasa mau di tarik keluar akibat efek sakit gigi ini, andai saja bisa maka akan langsung ia tarik saja semua gigi ini.
"Sakiiitt.....huhuhuuuu sakit sekali." Diana mulai menangis.
"Ibu pijit saja ya." Bu Hasnah tidak kuat dan akhir nya juga menangis.
"Sakiiittt, aaaaakhhh kepala ku juga sakit!" Diana sudah berteriak.
"Gimana ini, Pak?!" Bu Hasnah panik sekali di buat nya.
Novan baru ini melihat Diana yang kesakitan dna dia agak kaget juga karena reaksi Diana yang melanting kesana kemari akibat bingung harus bagai mana menahan rasa sakit nya, apa lagi ini semua gigi yang sakit dan sudah pasti rasa nya mau mati saja. namun sama sekali tidak ada rasa penyesalan di hati Novan, akibat sakit hati dari cinta yang terlalu dalam, pada akhir nya menjadi sangat parah begini.
"Hah!"
"Kenapa kau?!" Erik menoleh karena Novan seakan kaget.
"Tidak kok." Novan menggeleng dan melihat arah luar.
Tidak mungkin dia cerita bahwa barusan melihat kepala pocong yang keluar dari kamar nya Diana, itu adalah pocong makam keramat, Novan saja tidak sanggup melihat wajah pocong yang rusak parah itu terlihat mengerikan sekali.
😅😅😅 ra muk ndeso tok