siapkan tisu sebelum membacanya ya geees.. cerita mengandung bawang 😅
" kamu harus menikah dengan Rayhan. Shena" ucap ibu lirih
"Kenapa harus Shena Bu? bagaimana dengan mas Arhan yang sedang berjuang untuk Shena?" aku menyentuh lembut jemari ibuku yang mulai keriput karena usia yang tidak muda lagi.
"menikahlah Shena. setidaknya demi kita semua, karena mereka banyak jasa untuk kita. kamu bisa menjadi suster juga karena jasa mereka, tidakkah ada sedikit rasa terima kasih untuk mereka Shena?"
ibuku terlihat memohon
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Anggun, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
CEMBURU KAH DIA
Apa kabar Mas Rayhan?” ucap Mas Arhan sambil mengulurkan tangannya. Dia mencoba tersenyum dengan ramah, walaupun Mas Rayhan menatapnya dengan tatapan datar dan tidak menerima uluran tangannya
“Ayo!” Mas Rayhan meraih tanganku dan itu membuatku terkejut. Seketika sikapnya aneh, apa dia cemburu dengan Mas Arhan?
Aku melangkah mengikutinya. Dia menarikku, walaupun tidak terlalu kasar tapi ,e,buatku sedikir berlari. Aku sekilas memperhatikan Mas Arhan yang masih tersenyum. Entah terbuat dari apa hati mas Arhan dia bisa sesabar itu. Padahal sikap Mas Rayhan tidak bersahabat
“Mas” aku mencoba melepaskan genggamannya dari pergelangan tanganku. Dan seketika itu dia berhenti melangkah, dan menatapku dengan seram. Seketika nyaliku ciut lagi, aku menundukkan kepala.
“Jangan coba – coba dekat dengan Arhan. Kamu tahu statusmu sekarang kan, Shena?” ucapnya
“Saya tidak pernah dekat dengan siapapun selama menikah denganmu Mas, saya masih ingat dosa” Aku membalas tatapan Mas Rayhan
“Aku tahu dia menyukaimu. Tapi aku akan pegang ucapanmu, karena kamu lebih paham agama di banding aku” ucapnya dengan tegas.
“Iya mas, kamu bisa pegang kata – kataku” sahutku dengan suara lirih
Entah kenapa aku kembali merasa sesak di dada. Apa dia sudah lupa kalau dia juga masih menyimpan perasaannya untuk Naila padahal kami sudah menikah selama tiga bulan lamanya. Tapi kenapa dia mengingatkanku untuk tidak dekat dengan Mas Arhan walaupun aku memang tidak ada niat untuk dekat dengan Mas Arhan. Apakah ini adil untukku? Kenapa dia semakin kelihatan egois.
“Mungkin perlahan aku akan membencimu Mas” ucapku lirih dan kembali melangkah di belakangnya
Setelah merasa lelah berjalan akhirnya kami memilih untuk duduk. Tentu saja aku mengambil jarak. Aku nggak mau duduk terlalu dekat dengannya.
Aku melihat hasil fotoku di ponselku, cukup indah dan aku sedikit terhibur hari ini.
Sampai pandanganku kembali terlihat sosok Mas Arhan bersama beberapa orang lainnya. Aku sempat melihat siapa yang bersamanya beberapa orang pria dengan pakaian rapi khas orang kantoran dan ada yang mengenakan setelan jas.
“Ayo, sudah sore”
Aku menoleh ke Mas Rayhan yang sudah melangkah duluan, aku mengikutinya di belakang, tidak ada kesan hubungan suami istri di antara kami. Wajar kalau anak kecil pun menganggapku sendirian di sini
Sampai di parkiran aku melihat beberapa kendaraan juga sudah mulai meninggalkan tempat ini.
Kami masuk ke mobil dan Mas Rayhan melajukan mobilnya keliling kota. Entah mau kemana aku nggak tahu.
“Masya Allah”
Aku melihat beberapa pedangang makanan di pinggir jalan yang kami lewati. Ada banyak jenis kue yang mereka jual untuk takjil. Baru kali ini aku bisa melihat suasana kota saat bulan ramadhan. Ternyata memang seru dan ramai. Rasanya aku ingin membeli semua makanan itu, seketika hasrat ngemilku menggelora
Aku ingin meminta pada Mas Rayhan, tapi aku sudah cukup banyak menghabiskan uangnya hari ini.
“Kamu ingin takjil apa?” tanya Mas Rayhan tiba – tiba walaupun dia tidak melihat wajahku.
“Aku.... sepertinya nggak ada mas” ucapku sedikit ragu
Aku tidak mau di cap banyak maunya
Mas Rayhan menghentikan mobilnya dia turun dari mobil dan memesan makanan dari salah satu pedagang. Aku melihatnya memilih begitu banyak kue – kue. Aku menelan ludah dengan susah payah. Aku harus tahan jangan sampai puasaku batal hari ini
Setelah itu mas Rayhan ke tempat penjual minuman, anehnya dia tidak hanya memsan satu jenis tapi banyak yang dia pesan.
“Mas”
Mas Rayhan langsung menoleh ke arahku. “Maaf nggak jadi” ucapku
Cukup lama kami menunggu sampai Mas Rayhan selesai membayar pesanannya. Apakah makanan segitu banyak yang dia beli akan habis? Selesai membeli banyak takjil kami memilih untuk pulang
Sepuluh menit berlalu akhirnya kami sampai di rumah, aku langsung menyiapkan untuk berbuka
“lain kali katakan apa yang kamu mau” ucapnya dengan tatapan tajam
Aku menganggukkan kepala. “Iya Mas”
Setelah mengatakan itu, ia kembali ke kamarnya sedangkan aku membereskan makanan yang ada di atas meja, setelah selesai semua aku pergi mandi dan menunggu waktu berbuka yang tidak lama lagi
Setelah itu aku menuju kamar Mas Rayhan untuk mengajaknya berbuka puasa. Aku meraih gagang pintu kamar Mas Rayhan dan membukanya dengan perlahan.
“Mas” panggilku sambil melihat ke dalam kamar itu. “Astaghfirullah!” aku kembali menutup pintu kamar Mas Rayhan karena Mas Rayhan belum mengenakan pakaiannya
Aku memilih pergi ke dapur. Apakah dia akan marah lagi? aku benar – benar tidak sengaja melihanya tadi.
Aku duduk di meja makan sambil menatap beberapa jenis makanan dan minuman yang tadi Mas Rayhan beli. Aku tersenyum rasanya aku nggak sabar untuk memakannya.
Setelah beberapa lama mas Rayhan keluar dari kamar dan menuju ke dapur. Dia duduk di depanku, aku tidak berani menatapnya. Kami saling diam sampai terdengar kumandang suara adzan dari mushola dekat rumah kami.
“Alhamdulillah” ucapku. Aku membaca doa berbuka puasa dan meneguk air putih yang sudah ku siapkan juga. Setelahnya aku berdiri dan berniat untuk sholat maghrib dahulu.
“Shena”
“Iya Mas”
“Setidaknya kamu makan dulu walaupun hanya sebiji kue ini” ucapnya
“Aku-“
“Bukan untukmu, tapi untuk anak di kandunganmu” ucapnya lagi
Aku kembali duduk dan memakan sebiji kue yang ada di atas meja dan minum es teler yang memang aku ingin. Setelahnya aku pergi ke kamarku dan melaksanakan sholat maghrib dahulu. Aku kira dia peduli denganku ternyata hanya karena anaknya yang ada di kandunganku
...****************...
Pukul sepuluh malam, selesai tadarus di mushola dekat rumah. Aku dan yang lainnya pulang.
“Ayo mbak Shena, atau mau menunggu Mas Rayhan?” tanya mbak Reny
“Iya mbak, ayo nanti mas Rayhan palingan juga bareng bapak – bapak yang lain”
Kami pulang bersama ibu – ibu yang lain. Meninggalkan mas Rayhan dan bapak – bapak lainnya. Aku semaki akrab dengan tetanggaku. Aku cukup nyaman di lingkungan baruku ini
Di perjalanan aku merasa perutku keram tapi aku mencoba menahannya, sampai akhirnya aku merasa perutku semakin sakit aku memegang perutku yang mulai membuncit.
“Mbak Shena kenapa?” tanya Mbak Reny
“Sepertinya peruk mbak Shena kram. Itu biasa terjadi untuk orang yang lagi hamil muda” ucap Mbak Dwi.
“Iya mbak, perutku Cuma kram saja” jawabku
“Beneran Mbak Shena nggak apa – apa?” Tanya mbak Reny lagi.
Aku mengangguk dan kembali melangkah bersama mereka. Terlihat yang lainya sudah pulang duluan meninggalkan aku, mbak Reny dan mbak Dwi.
Sepertinya aku nggak tahan lagi, perutku semakin sakit, aku meringis sambil memegang perutku
“berhenti dulu deh mbak, saya khawatir ini jadinya” ucap Mbak Reny menyuruhku duduk di kursi pinggir jalan, sedangkan mereka berdiri menungguku dengan khawatir
“Maaf Mbak, saya memang sering begini karena kandungan saya lemah.
“Ya sudah kita tunggu Mas Rayhan saja kalau begitu” ucap Mbak Reny
“Mbak duluan saja nggak apa – apa, biar saya tunggu Mas Rayhan di sini, lagian rumah kami kan sudah dekat” ucapku merasa nggak enak dengan dua tetanggaku itu
Setelah beberapa lama terlihat mas Rayhan sedang berjalan bersama bapak – bapak lainnya
“Mas Rayhan, Mbak Shena perutnya kram nih” ucap Mbak Dwi
paling yaah jealous 2 dikit laaah
manusiawi kok...
biar si Rayhan 'lupa' pd naila..
kini dia hrs menjaga shena, masa depan nya
apa aj itu isinya????
wkwkwk
stlh shena sembuh,
gugat cerai ajalah si Rayhan...
Kdrt pun...
hahhh.
walaupun cerai itu boleh tp ttp dibenci.Alloh....
dan shena masa depanmu..
Ray...
bisakah kamu membedakannya?
bukan berarti kamu hrs melupakan Naila...
pria bermuka dua