Raisa, seorang gadis berparas cantik, adalah primadona desa yang hidup dalam kesederhanaan bersama ayahnya. Kehidupannya yang bahagia berubah drastis ketika suaminya meninggal dalam kecelakaan mobil pada awal pernikahan mereka. Raisa terpaksa harus menjanda dan menghadapi tantangan hidup yang lebih besar.
Di desa kecil mereka, di mana kabar berita menyebar dengan cepat, gosip dan fitnahan dari masyarakat selalu menghampiri Raisa. Kehadirannya yang sebagai pengantin baru dan langsung ditinggalkan oleh suaminya yang meninggal membuatnya menjadi sasaran ejekan dan celaan. Dia merasa terisolasi dan terpinggirkan.
Namun, Raisa adalah seorang wanita yang kuat dan tegar. Dia tidak menyerah pada keadaan dan bertekad untuk membuktikan bahwa dia bisa bangkit dari penderitaan yang menimpanya.
Bagaimana kisah Raisa dalam menjalani kehidupannya? Ikuti ceritanya di novel yang berjudul "Janda Tapi Perawan Tulen"
Jangan lupa kasih like, subcribe, vote rate 5...
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Aurora.playgame, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Part 12 - Kediaman Aryana
\*\*\*
Dengan merasakan lapar di perutnya, Raisa duduk gelisah di kasur yang nyaman dengan pikirannya yang terus bergelut. Apakah dia harus pergi dari sana? atau, tentang siapa orang yang membawanya kesana? dan pantaskah jika ia pergi tanpa berpamitan dan bilang terima kasih pada orang yang sudah menolongnya?.
Pikiran-pikiran itu membuat Raisa semakin merasa lapar, lalu ia memutuskan untuk keluar kamar dan berharap bertemu dengan seseorang yang akan memberinya makanan.
Ceklek!
Raisa membuka pintu secara perlahan karena khawatir mengganggu pemilik rumah yang sedang beristirahat. Saat pintu terbuka, ia melihat sekitar rumah nampak gelap karena semua lampu sudah di matikan dan yang tersisa menyala hanyalah beberapa lampu kecil.
"Kenapa gelap sekali?," ucap Raisa pelan.
Raisa berjalan mengendap-endap di kegelapan entah menuju kemana, karena sejauh mata memandang ia hanya melihat beberapa cahaya remang-remang.
Jedug!
"Aw!," pekik Raisa saat kakinya terbentur meja yang tidak ia lihat, ia pun segera menutup mulutnya agar tidak berisik.
Dan nampak tidak terlihat jauh, ia melihat sebuah meja makan yang besar dan panjang, lalu ia segera menuju kesana dan berharap mendapatkan sedikit makanan.
"Meja makannya besar sekali... Tapi tidak ada makanan sedikitpun disini," bisik Raisa.
Korokokokok!
"Aduh! perutku ini, sama sekali tidak bisa di ajak kompromi, aku kan lagi cari makanan...."
Kemudian Raisa memperhatikan sekitar lagi dan melihat kulkas yang berukuran besar di samping meja makan. Tanpa pikir panjang, Raisa pun segera mendekati kulkas tersebut dan membukanya. "Waaw! Makanannya banyak sekali... Am nyam nyam nyam...."
Raisa langsung memakan satu buah apel dan bolu yang terdapat di dalam kulkas. Namun, saat Raisa mengambil air minum dan hendak meneguknya, tiba-tiba tangan Raisa di tarik seseorang. "Hei! Siapa kau?."
Saking kaget dengan kedatangan seseorang, Raisa pun tidak sengaja menumpahkan air minumnya ke bawah dan pada saat tangan Raisa di tarik ia langsung terpeleset karena menginjak air yang tumpah.
"Aarggh!."
Raisa hampir terjatuh tapi orang yang di sebelahnya itu dengan sigap menangkapnya. Namun, karena tumpahan air itu meleber, mereka berdua pun terpeleset bersama dan akhirnya terjatuh ke bawah dengan bertumpu.
Bleg!
"Aw!," pekik Raisa sambil memejamkan mata menahan sakit. Lalu Raisa merasakan berat badan seseorang menindih dirinya, dan pada saat membuka mata, ia melihat seorang pria yang nampak tidak jelas karena gelapnya ruangan itu.
Pria itu nampak menatap Raisa lekat dalam hitungan detik dan tersadarkan saat Raisa berkata, "Kamu berat sekali,". Lalu pria tersebut segera berdiri dan merapikan bajunya.
Raisa mencoba berdiri dan langsung terkejut seketika pria di depannya itu bertanya dengan suara yang menggelegar. "Siapa kau? Apa kamu seorang pencuri?," tanyanya.
"Bukan, aku bukan pencuri! Aku hanya... Aku...."
"Heh! Sudah ku duga, mana mungkin pencuri ngaku!."
Tring!
Tiba-tiba Raisa di silaukan oleh cahaya lampu rumah yang menyala serentak. Ia mengucek matanya karena merasa perih, lalu mencoba melihat sekitar namun ia tidak mendapati pria yang bersamanya barusan.
" Kemana pria tadi?," gumam Raisa.
"Kamu sudah bangun?," tanya Romi yang turun dari tangga dan hendak menghampirinya.
"Kakek?."
"Kamu masih mengenalku rupanya...," ucap Romi sambil tersenyum. "Jadi Kakek yang sudah menolongku?," tanya Raisa dan Romi pin mengangguk.
"Mari kita duduk."
Romi mengajak Raisa duduk di kursi yang tidak jauh dari tempatnya berdiri. Dan Raisa pun segera mengikutinya.
Nampak dari balik dinding ada seseorang yang melihat sekilas kebersamaan Raisa dan Romi, yakni pria yang berada di dapur bersama Raisa tadi, dan dia itu adalah Bian, cucu lelaki satu-satunya dari Kakek Romi.
Dan nyatanya, selain Bian yang tinggal bersama kakeknya itu, ada juga kakak perempuan Bian dan suaminya, juga tante Rosi (adik ayah Bian) dan suaminya yang juga tinggal disana.
"Siapa nama kamu?," tanya Romi tanpa basa-basi."
"Namaku Raisa Kakek...."
"Raisa... Nama yang bagus."
"Kakek... Maaf, aku jadi merepotkan Kakek," ucap Raisa merasa tidak nyaman.
Namun, Romi mengatakan tidak masalah dan merasa sudah tepat membawa Raisa ke rumahnya. Karena jika tidak, entah apa yang akan dilakukan para warga disana padanya tadi.
Mereka berbincang selama beberapa menit dan Romi meminta Raisa untuk beristirahat kembali karena hari masih malam dan tidak memungkinkan Raisa untuk pulang.
"Kakek, apa aku bisa mendapat pekerjaan di rumah ini?," tanya Raisa ragu.
"Bekerja?," tanya Romi dan Raisa pun mengangguk.
"Aku tidak bisa pulang ke rumah saat ini karena mereka pasti tidak akan membiarkan aku, jika Kakek tidak keberatan, aku akan melakukan pekerjaan apa saja di rumah ini," pinta Raisa.
Romi merasa iba pada gadis yang ada di hadapannya itu. Lalu ia mengijinkan Raisa untuk tinggal disana tapi bukan untuk bekerja melainkan sebagai tamunya, mengingat Romi sangat berkesan pada keramahan Raisa padanya waktu di rumah sakit beberapa minggu yang lalu.
Dan akhirnya mulai hari itu Raisa tinggal di rumah besar Romi.
Raisa memulai hari di kediaman Aryana dengan bangun lebih pagi, selain sudah terbiasa ia juga tidak ingin tinggal secara percuma di rumah orang yang sudah menolongnya itu.
Setelah menyadari bahwa masih sepi dan semua orang masih tertidur, ia memutuskan untuk memanfaatkan waktu sebaik mungkin. Dengan langkah ringan, ia meninggalkan kamarnya dan mulai membersihkan setiap ruangan di rumah tersebut dengan telaten.
Sementara Raisa sibuk membersihkan, beberapa ART lain dari rumah Aryana mulai bangun. Mereka terkejut melihat Raisa sibuk bekerja dengan tekun dan bertanya-tanya siapa sebenarnya Raisa dan sejak kapan dia ada di rumah itu.
Beberapa di antara mereka belum pernah melihat Raisa sebelumnya atau bahkan tidak tahu bahwa Aryana memiliki seorang pembantu baru.
"Hei... Kamu ART baru disini?," tanya seorang gadis yang sebaya dengannya dan juga ART disana.
Raisa mengangguk dan tersenyum. "Namaku Raisa, aku baru disini... Mohon bimbingannya ya...."
"Aku Rani, aku baru melihat kamu, aku pikir... Kamu bukan ART, soalnya lebih tepatnya kamu nampak seperti nyonya rumah," ucap Rani sambil tersenyum dan Raisa pun ikut tersenyum.
Kemudian ia melihat seragam yang di pakai Rani lalu melihat baju yang ia kenakan, memang tidak terlihat pakaian untuk seorang ART karena bajunya bermerek.
Beberapa saat kemudian, Rani memanggil Raisa untuk ikut upacara pagi bagi seluruh ART sebelum para majikan mereka bangun. Raisa pun segera mengikuti Rani dan di sambut dengan tatapan heran orang-orang yang melihat kehadirannya.
"Siapa dia? Orang baru?."
"Mungkin...."
Raisa ikut berbaris di jajaran orang-orang yang memakai seragam yang sama. Dan ia celingukan karena hanya ia yang memakai baju yang berbeda.
"Raisa, kamu maju kesini." Panggil ketua pelayan yang nampak sudah paruh baya dan Raisa pun mengangguk lalu segera menghampirinya dan menghadap orang-orang yang berbaris rapi di depannya.
"Perkenalkan, namanya Raisa, dia orang baru di rumah ini, tapi dia tidak punya pekerjaan khusus disini, jadi apapun yang ingin dia kerjakan tidak ada yang boleh mengganggunya, mengerti?."
"Ya, Nyonya...."
Dan upacara pagi pun selesai, semua orang segera pergi menuju tempat tugasnya masing-masing. Sedangkan Raisa merasa bingung dan masih berdiri di tempatnya tadi.
Lalu ia melihat ketua pelayan dan hendak menghampirinya, tapi ketua pelayan yang lebih akrab di panggil nyonya Meri itu segera pergi menghindari Raisa.
🌸🌸🌸🌸🌸🌸🌸🌸🌸🌸🌸🌸🌸🌸🌸
Bagaimana kehidupan Raisa selanjutnya di kediaman Aryana? Lanjut next episode 👉👉👉😊
karakter raisa terlalu lemah,
smoga raisa jd wanita yg smart
semoga hari2 kalian bahagia 🤲💪 semangat y untuk authornya 😘😘😍