Buku kedua dari Moonlight After Sunset, bercerita tentang Senja, seorang gadis yang terlilit takdir membingungkan. Untuk mengetahui rahasia takdir yang mengikatnya, Senja harus membuang identitas lamanya sebagai Bulan dan mulai menjalani petualangan baru di hidupnya sebagai putri utama Duke Ari. Dalam series ini, Senja aka Bulan akan berpetualang melawan sihir hitam sembari mencari tahu identitas aslinya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Riana Syarif, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Pelatih Baru II
"Takdir memang tidak bisa ditebak, kadang yang dibenci malah semakin mendekat dan yang dekat malah semakin jauh."
****
"Kau terlihat begitu berantakan," lanjut pria itu yang kini jaraknya hanya satu jengkal saja dari wajah Senja.
Senja hanya berdiri di tempatnya dengan gugup dan wajah pucat. Ia bahkan tidak tahu jika pria yang paling ingin ia hindari sekarang malah berada di hadapannya, sungguh takdir yang tidak bisa ditebak.
Pria itu lalu mendekatkan wajahnya pada Senja sambil berbisik pelan di telinganya, "biarpun begitu, aku tetap mencintaimu."
****
Senja tampak kacau, ia bahkan tidak bisa menghentikan detak jantungnya yang berdenyut dengan kencang. Wajahnya yang memerah seperti tomat masak kini perlahan mulai tenang, meski begitu perasaan kacau yang sedang ia alami belum juga menghilang.
"Sial, kenapa harus dia!"
batin Senja kesal sambil memelototi Lucas yang saat ini sedang membersihkan lapangan latihan.
"Kenapa harus pria brengsek seperti dia!"
teriak Senja kembali dengan kaki yang di hentakkan ke tanah.
Lucas yang melihat tingkah lucu Senja hanya bisa tertawa geli dalam hatinya. Ia bahkan tidak tahan dengan raut wajah Senja yang tampak kesal. Ia tahu jika Senja akan sangat terkejut dengan kedatangannya namun itulah hal menariknya.
"Jika aku tahu kalau kau yang akan menggantikan Prof Edward, mungkin aku tidak akan pernah berada disini sekarang."
Itu adalah kata pertama yang dikeluarkan Senja saat mengetahui fakta bahwa guru barunya saat ini adalah Lucas. Namun Lucas hanya menjawab teriakan Senja dengan senyum polosnya.
Ia tersenyum seakan semua omongan Senja hanyalah lantunan puisi yang bahkan tidak ada artinya sama sekali. Dan karena hal itulah Senja semakin kesal dengannya.
"Aku sungguh membenci mu," seru Senja sebelum memilih untuk duduk di salah satu batang pohon yang ada di lapangan tersebut.
Lucas tidak mau ambil pusing dengan cepat ia membersihkan seluruh area lapangan sehingga mereka siap melaksanakan sesi latihan untuk pertama kalinya.
"Lucas!!!" teriak Senja saat batang pohon yang ia duduki kini melayang ke udara karena sihir tanah yang digunakan oleh Lucas.
Sihir tanah yang digunakan Lucas saat ini sudah mencapai level 10, dimana ia bisa dengan mudah merubah sifat tanah menjadi debu. Oleh karena itu mudah baginya mendorong batang pohon hanya dengan menggerakkan ribuan debu, tidak lebih tepatnya ratusan debu untuk mengangkat batang pohon tersebut dengan ringannya.
"Lucas...!! Huh."
Senja menghela napas panjang saat ia dengan marah merenggut bagian bawah roknya yang terbang.
"Turunlah jika kau merasa tidak nyaman."
Lucas tersenyum nakal saat batang pohon terus terbang ke atas.
"Kau, kau..."
Senja hanya bisa memelototi Lucas dengan kata-kata yang tertahan. Ia ingin marah namun ia tahu jika semua itu tidak akan membuat Lucas menurunkan dirinya dari sana.
Dengan kesal Senja mencoba untuk mengontrol kekuatan anginnya agar menyeimbangi tubuh mungilnya itu. Ketika ia merasa bahwa kekuatannya sudah stabil, Senja pun memutuskan untuk berdiri dari duduknya.
"Ini sangat mudah," lirih Senja saat tubuhnya mulai melayang di udara.
Lucas yang melihat Senja hanya bisa tersenyum puas. Namun sayangnya senyum itu tidak bisa bertahan lama karena beberapa detik kemudian tubuh Senja mulai oleng dan jatuh.
"Sial, apa-apaan ini?" bentak Senja saat pegangan kakinya mulai goyah. Ia merasakan angin mengguncang tubuhnya dengan kencang dan membuat sebagian besar bajunya berterbangan ke atas.
"Shit...!" teriak Senja sambil membenarkan pakaiannya yang berterbangan, dan karena hal itu pula ia kehilangan keseimbangannya dengan mudah.
"Senja!"
Lucas dengan sigap mendorong tubuh Senja menggunakan debu miliknya. Ia kemudian membuka kedua tangannya dan meraih pinggul Senja sebelum membawanya dengan lembut ke dalam pelukan.
Napas tajam Senja dapat di dengar jelas oleh Lucas. Bahkan harum tubuhnya pun menusuk tajam ke dalam indranya. Lucas saat ini berada dalam kekacauan yang dalam, ia ingin sekali menggigit leher putih itu, namun ia harus cepat-cepat sadar karena hal ini sudah melewati batasnya.
Senja yang masih bergidik takut karena kejadian tadi bahkan tidak melepaskan pelukannya dari tubuh Lucas. Ia memeluk Lucas dengan sangat erat, seerat matanya tertutup. Ia bahkan tidak bisa mendengar tarikan berat nafas Lucas yang saat ini masih bergema di lehernya.
"Sudah aman, sekarang kau sudah aman," bisik Lucas tepat di telinga Senja.
"Aku berjanji tidak akan pernah membiarkan diri mu berada dalam situasi seperti itu lagi," lanjutnya menenangkan Senja yang masih memeluknya dengan erat.
Senja yang mendengar omong kosong Lucas menjadi kesal. Ia mendorong Lucas dengan kencang sehingga membuat jarak di antara keduanya.
"Omong kosong yang lucu," bentak Senja kesal. Jika bukan karena keisengan Lucas, ia bahkan tidak perlu mempermalukan dirinya sendiri seperti tadi.
"Menjaga ku! Huh, sepertinya itu mustahil kau lakukan," lanjut Senja sambil memelototi Lucas dengan tajam. Ia juga sesekali membetulkan pakaiannya yang terlihat berantakan.
"Aku mengatakan yang sejujurnya, aku bahkan tidak tahu jika kau begitu nekat dalam melakukan hal itu."
Lucas mencoba untuk menjelaskan situasinya. Awalnya ia mencoba untuk menggoda Senja, ia juga tidak percaya bahwa Senja akan melakukan hal nekat seperti itu, meski awalnya ia merasa senang juga.
"Aku pikir kau akan meminta bantuan ku tadi," lanjutnya dengan raut wajah sedih.
"Cih, katakan saja jika kau ingin aku memohon pada mu untuk diturunkan."
Lucas tersentak dengan apa yang baru saja dikatakan Senja. Jujur saja pemikiran itu sempat ia pikirkan, namun rasanya itu menjadi bumerang bagi diri nya sendiri.
"Sudah aku duga."
"Tidak, bukal seperti itu, aku hanya ingin menguji kekuatan mu saja."
"Bohong!"
"Tidak, tidak. Aku jujur kali ini."
Senja mencoba mencari kesalahan dari apa yang baru saja Lucas katakan namun ia tidak menemukan satu pun. Tapi untuk mempercayai seluruh perkataannya Lucas merupakan suatu kebodohan bagi Senja.
"Ya meski awalnya seperti itu, namun aku berkata jujur jika aku tidak ingin melihat mu terluka."
Senja masih memperhatikan Lucas dengan minat yang berkurang, dan sayangnya itu terlihat sangat jelas sehingga membuat Lucas menjadi takut.
"Lihatlah ini, seperti ini."
Lucas membuat debu-debu yang ada di sekitarnya berterbangan menuju kakinya. Debu itu kemudian mengangkat tubuh Lucas ke atas secara perlahan. Meski ukurannya kecil namun karena jumlahnya yang banyak, ia berhasil mengangkat Lucas terbang.
"Kau hanya perlu fokus membentuk energi disekitar mu sebelum membuatnya menjadi nyata. Bayangkan juga benda yang akan kau buat dari energi itu, karena tidak semua energi akan terbentuk menjadi satu seperti ini."
Senja yang awalnya mengabaikan Lucas, kini mulai tertarik dengan pengajarannya. Ia memperhatikan seluruh gerak-gerik Lucas sebelum akhirnya membentuk senyum puas dengan apa yang ia dapat.
"Hehehe, akhirnya ia percaya juga."
Batin Lucas puas sebelum turun kembali ke tanah.
"Butuh waktu lama untuk bisa menguasai ini semua, tapi kau tenang saja karena ada aku disini yang bisa mengajari mu segalanya."
"Terserah kau saja."
"Aku berkata jujur."
"Terserah."
"Ayolah, aku minta maaf karena itu."
"Terserah."
Senja tampak lelah karena omong kosong Lucas yang tidak ada habisnya. Ia ingin beristirahat sejenak sebelum memulai kembali latihannya, dan tentu saja ia harus mengganti pakaiannya terlebih dahulu.
"Aku bisa mengajari mu segala hal yang bahkan tidak diketahui oleh siapa pun di dunia ini."
"Omong kosong."
"Aku berkata jujur, Senja."
"..."
"Senja!"
Lucas mengejar Senja sampai ke dalam rumah dan membuat Senja merasa tidak nyaman dengan kehadirannya.
"Lucas," panggil Senja sehingga membuat Lucas terdiam di tempatnya.
"Bersihkan saja lapangan latihan itu, bukankah hari ini adalah hari pertama kita memulainya?"
Setelah mengatakan hal itu, Senja pun bergegas pergi dari hadapan Lucas. Sedangkan Lucas hanya terdiam di tempatnya dengan wajah memerah dan juga senyum kemenangannya.
"Akhirnya..., akhirnya hari ini datang juga."
Batin Lucas sambil bergegas menuju lapangan untuk membersihkan sisa batang pohon yang masih berantakan.