Amira harus menelan pil pahit, ketika seorang kekasih yang selama ini dia sayangi harus bersanding dengan sahabatnya sendiri, dengan alasan cintanya sudah habis dengannya, bahkan selama satu tahun ini sang kekasih bertahan karena berpura-pura dan tanpa terpikir panjang lelaki yang bernama Arya itu mengakhiri begitu saja hubungannya dengan Amira di saat yang bersamaan Amira ingin memberi kejutan kalau dia tengah mengandung benih kekasihnya itu. Akankah Amira sanggup membawa pergi benih dari mantannya itu? nantikan kisah selanjutnya hanya di Manga Toon.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ayumarhumah, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Draft
Polisi langsung saja menggeledah rumah Nadine sedang wanita itu tidak terima rumahnya di geledah polisi seperti itu.
"Tidak Pak polisi, anda pasti salah sasaran, anak saya tidak mungkin berbuat senekat itu, dia anak yang baik!" teriak Nadine yang berharap kalau anaknya segera bersembunyi.
Sedangkan di dalam kamar sana Aluna mendengar suara kegaduhan, apalagi mengintip dari jendela kamarnya yang di lantai dua, dia langsung syok, dan berusaha untuk mencari tempat untuk persembunyian.
"Ah, sial kenapa harus ketahuan seperti ini sih, dasar si cupu kurang ajar, awas kamu ya!" geram Aluna sambil bersembunyi di ruang rahasia, yang sudah di desain seperti almari buku.
Polisi mulai menggeledah ruangan satu persatu, hingga pada akhirnya sampai di kamar Aluna, yang ternyata sudah kosong, tetapi polisi menemukan tas sekolah diatas ranjang dan juga sepatu yang masih tergeletak di lantai.
"Sepertinya ini anak baru saja pulang sekolah mana mungkin kabur secepatnya," gumam polisi tersebut.
satu polisi sedang mengintai di kamar mandi yang terlihat kosong, tetapi satunya lagi tertuju pada lemari buku, yang sepertinya menyimpan sejuta cerita di dalamnya.
Dengan sangat hati-hati polisi tersebut mencoba untuk mendorong rak buku yang sudah tertata rapih itu. Dan ketika dia mulai mendorong rak yang ada di barisan empat, alangkah terkejutnya polisi tersebut melihat rak tersebut di desain seperti pintu.
Polisi tersebut dengan di bantu satu temannya mulai memasuki ruangan tersembunyi yang terhubung langsung ke lantai bawa, dan saat ini keduanya bisa memastikan kalau tersangka sudah keluar melalui pintu belakang.
"Sepertinya tersangka sudah meninggalkan tempat," ucap polisi tersebut ketika mengetahui pintu belakang terbuka.
Kedua polisi itu terus berlari menuruni anak tangga, yang membawanya di halaman belakang, dari sini keduanya bisa memastikan kembali kalau tersangka masih berada di dalam sini karena terhalang tembok pembatas yang begitu tinggi.
"Kita berpencar ya," ucap polisi tersebut pada temannya.
"Baiklah."
Setelah mencari ke sana kemari, tiba-tiba saja polisi tersebut melihat penampakan kepala yang bersembunyi di balik tanaman bunga yang bertumbuh cukup rimbun.
Sedangkan saat ini Aluna begitu panik, pasalnya di taman belakang ini tidak ada tempat yang pas untuk bersembunyi sehingga membuatnya terpaksa untuk bersembunyi di balik bunga-bunga cantik ini.
"Ya Allah jangan sampai polisi tersebut menangkap ku," pinta Aluna.
Sayang seribu sayang, untuk saat ini doa Aluna tidak di dengarkan, ternyata sebuah tangan menyentuh pucuk kepalanya.
"Jangan lari anak muda, kami sudah mengepung mu," ucap polisi tersebut dengan lugas.
Aluna begitu terkejut sekujur tubuhnya di hujani oleh keringat dingin, bahkan saat ini gadis remaja itu hanya bisa pasrah ketika tangan polisi itu mulai menarik tangannya dan membawanya sampai ke depan.
"Lapor komandan kami sudah menemukan pelaku," ucap polisi tersebut.
"Anakku, Pak tolong jangan bawa anak saya dia tidak salah apa-apa," mohon Nadine sambil menghalangi tangan polisi yang hendak membawa anaknya.
"Ibu tolong kerja samanya biarkan anak Ibu memberikan keterangan di kantor sana," jelas polisi tersebut.
"Tapi Pak, anak saya tidak salah apa-apa dia hanyalah anak di bawa umur yang mendapatkan tuduhan keji seperti ini, aku tidak terima kalau sampai anakku anda bawa seperti ini!" teriak Nadine sambil memeluk putri satu-satunya itu.
"Sayang, jangan takut ya, Mama sama Papa pasti menolong kamu Nak," ucap Nadine menenangkan hati anaknya.
"Ma, aku tidak mau di penjarah, tolong bebaskan Aluna," pinta anaknya tersebut.
"Sudah Bu, jangan halangi pemeriksaan kami biarkan anak Ibu kami mintai keterangan dulu," ucap polisi tersebut sambil memisahkan pelukan antara ibu dan anak itu dengan paksa.
Polisi segera memasukkan Aluna ke mobil polisi sedangkan Nadine meratapi kepergian anaknya dengan pilu, bahkan di saat seperti ini tak ada satu orang pun yang berada di rumah ataupun membatu dia dalam menghadapi para polisi tersebut.
"Aaaah sialan! kenapa di saat seperti ini tidak ada orang di rumah, Mas Arya kenapa nomor mu harus di non aktifkan!" gerutu Nadine.
Nadine pun mulai mencari informasi melalui salah satu teman Aluna, dan akhirnya dia bisa menghubungi teman Aluna yang bernama Rere, dan akhirnya Rere pun memberikan keterangan melalui panggilan telepon dengan seadil-adilnya.
"Re, kamu tahu gak, kasus yang sedang menimpa Aluna?" tanya Nadine.
"Kasus apa Tante," sahut Rere.
"Polisi barusan mendatangi rumah Tante dan membawa Aluna," cerita Nadine sambil menangis di dalam panggilannya.
"Tan setahuku Aluna merencanakan sesuatu terhadap seseorang yang bernama Afifah," ucap Rere yang membuat hati Nadine serasa di remas.
"Astaga! Nak, kenapa kau melakukan itu semua kalau kamu ingin berbuat seperti itu kenapa tidak meminta bantuan Mama," gumam Nadine setelah mematikan teleponnya.
Saat ini suasana hati Nadine begitu kacau hingga pada akhirnya dia mendatangi rumah mertuanya dan menceritakan semua yang terjadi pada mertuanya.
"Mam, ini gimana Mam aku tidak tahu lagi harus berbuat apa," adu Nadine.
"Tenang saja Nak, ini bukan kasus yang besar biar Papa mu yang bertindak," ucap Sarita seolah menyepelekan kasus cucunya itu.
*****
Sedangkan saat ini di rumah sakit Amira merasa lega karena pelaku sudah di ringkus polisi.
"Sayang, makan yang banyak ya, biar cepat sembuh," ucap Amira sambil menyuapi anaknya.
"Bu bagaimana perkembangan kasusnya?" tanya Afifah.
"Alhamdulillah pelaku sudah di ringkus Sayang," sahut Amira.
"Semoga saja mereka mendapatkan hukuman seadil-adilnya," ucap Afifah penuh harap.
"Iya Sayang," sahut Amira.
Amira pun mulai berpikir, sepertinya dia harus meminta bantuan pengacara untuk membantu kasusnya ini pasalnya dia tahu yang dia lawan bukan orang sembarangan.
"Ya Allah bantu aku untuk melawan keluarga itu," ungkap Amira.
Bersambung .....
regan tambah keren aja bisa menghalau keluarga arya yg sok kaya itu... paling gak buat aluna dipenjara thor. biar jatuh nama baik n harga diri keluarga arya n nadine
kayaknya pa regan jodohnya Amira 🤲
nama baik kok dipertahanin dengan cara jahat....kakek sableng