NovelToon NovelToon
Must Get Married

Must Get Married

Status: sedang berlangsung
Genre:CEO / Pengantin Pengganti Konglomerat
Popularitas:9.7k
Nilai: 5
Nama Author: Ani.hendra

Johanna Kate seorang gadis cerdas yang kehilangan ibunya pada usia muda. Yohanna sama sekali tidak mengetahui keberadaan ayahnya dan mengharuskannya tinggal bersama bibinya dan Nara. Selama tinggal bersama bibinya, Yohanna kerap mendapatkan perlakuan tidak baik.
Setelah lulus SMA, Yohanna diusir. Lima tahun kemudian, Bibi Yohanna berulah lagi. Demi membayar utangnya Hanna di paksa harus menikah dengan lelaki yang sama sekali tidak dikenalnya.
Bagaimana kisah selanjutnya. Apakah Johanna harus menikahi lelaki yang sama sekali tidak dikenalnya.
ikutin terus yuk....
Novel ke sebelas ☺️

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ani.hendra, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

NARA SANGAT KESAL

💌 MUST GET MARRIED 💌

🍀 HAPPY READING 🍀

.

.

Mobil yang mengantar Renata dan Nara berhenti di depan gedung rumah sakit terbesar di kota A. Renata menarik napas dalam-dalam. Ia melakukan ritual yang biasa Ia lakukan dengan cara menarik napasnya dalam-dalam lalu mengembuskan nya bersamaan. Renata pura-pura menunjukkan wajah khawatir di hadapan lelaki yang menjemput mereka tadi. Sementara Nara mengatur singkat rambutnya. Ia mengambil kaca kecil yang biasa di simpannya di tas selempangnya. Nara menatap dirinya di sana. Setelah dirasanya pas, ia kemudian menyimpan kaca itu kembali.

Yordan keluar terlebih dulu dari mobil untuk membuka pintu bagian dari Renata. "Silakan nyonya!" Ucapan dengan senyum ramah. Ia ingat pesan tuan Levi. Bibi Hanna harus di perlakukan dengan baik. Kalimat itu seakan dicatatnya di dalam otaknya. Sementara Nara keluar dari sisi pintu darinya.

"Mari, silahkan ikut saya." Kata Yordan mempersilakan.

"Baik, terima kasih." Kata Renata dengan wajah memelas sedih.

Renata dan Nara berjalan di koridor rumah sakit mengikuti langkah lelaki yang menjemput mereka dari rumah.

"Ini kan rumah sakit terbesar di kota ini, bu. Apa benar Hanna di rawat di sini?" Bisik Nara kepada ibunya.

"Ibu juga tidak tahu sayang. Bagaimana Wanita sialan itu bisa dibawa ke sini."

"Aku yakin Levi yang membawanya ke sini. Soalnya sebelumnya dia mencari Hanna."

Kening Renata mengernyit. "Maksudmu Levi yang menolak cintamu itu?"

Nara panik dan langsung membuat gestur diam kepada ibunya. "Astaga bu, kecilkan suaramu." Ia menatap punggung lelaki yang berjalan di depan mereka.

"Kenapa kau takut? Apa lelaki itu akan melapor kepada tuannya."

"Bukan masalah itu bu. Tapi ini rumah sakit." Wajah Nara menatap tak suka. Ibunya selalu tidak bisa menempatkan diri.

"Enak sekali dia dia tidur di rumah sakit. Dia pikir dia siapa?" Renata menggeram kesal. Jika memang benar Hanna di rawat. Ia akan memberikan perhitungan kepada Hanna. Kenapa dia bisa sampai sakit dan harus dirawat di rumah sakit ini.

Tap...!

Tap...!

Tap...!

Renata dan Nara memelankan langkah kakinya tepat di depan ruangan kamar VIP. Nara langsung menyikut lengan ibunya seakan memberi kode bahwa Hanna memang dibuat spesial oleh Levi. Sampai kamarnya saja di tempat Vip.

CEKLEK!

Pintu terbuka. Daun pintu langsung di dorong Yordan agar terbuka lebih lebar. Ia menahannya dan segera mempersilakan Renata dan Nara masuk. Saat itu juga wajah Renata langsung berubah sedih.

Melihat kedatangan bibi dan sepupu Hanna, Levi langsung bangun dari duduknya. Pandangannya langsung bertemu dengan Nara. Sementara posisi Hanna sedang duduk di sana.

"Astaga Hanna sayang," panggil Renata dengan suara parau dan gemetar. Ia duduk di sisi ranjang rumah sakit langsung memeluk tubuh Hanna. Sementara Hanna diam tidak membalas pelukan bibinya. Hanna hanya menghela napasnya tanpa memberi respon apapun.

"Selamat siang aunty, perkenalkan nama saya Levi George. Saya adalah teman satu kelas Hanna."

Renata melepaskan pelukannya dari Hanna. Ia menatap Levi sambil meraih tangan Levi. "Terima kasih nak Levi, kau sudah bersedia membantu Hanna dan membawanya ke sini. Aku tidak tahu jika Hanna sedang sakit." Mata Renata berkaca-kaca menahan haru.

"Aunty tidak perlu khawatir, sekarang Hanna sudah jauh lebih baik. Dia sudah ditangani dokter ahli di sini."

"Apa kata dokter nak, kenapa Hanna bisa pingsan di sekolah?" tanya Renata dengan penuh harap sambil mengunci tangannya di depan dada.

"Aunty tidak perlu khawatir. Kata dokter, Hanna hanya demam biasa dan hanya kelelahan saja."

"Benarkah? Apa tidak ada penyakit serius?"

"Tidak ada aunty," ucap Levi tersenyum.

"Ah, syukurlah," ucap Renata tersenyum lega sambil mengusap dadanya. Mengucap syukur dalam hati dan tersenyum bahagia. Sementara Nara tersenyum samar, menikmati sandiwara ibunya.

Levi terus memperhatikan wajah Hanna yang benar-benar tidak suka dengan kehadiran bibinya. "Apakah yang membuat Hanna seperti itu?" Batinnya.

"Hanna memang terlalu keras belajar. Ia terkadang susah dibilangin. Bukankah begitu Hanna? Tapi syukurlah dia tidak memiliki penyakit serius." Ucap Renata tersenyum haru.

Levi tidak menjawab, ia hanya tersenyum di sana.

"Tidurlah sayang, sore kita baru bisa pulang." Ucap Renata dengan lembut.

Levi melirik sekilas ke arah Hanna. Hanna dapat merasakannya saat menangkap tatapan Levi.

"Kamu harus istirahat banyak." Ucap Renata mendekat ke arah Hanna.

Hanna tidak menjawab. Ia membaringkan tubuhnya, membelakangi Levi dan bibinya. Renata langsung merapikan selimut Hanna sampai ke atas. Sementara Nara, sudah keluar dari ruangan rawat. Dadanya sesak saat ia membayangkan Hanna dan Levi ternyata berduaan di kamar yang sama. Jika Levi tidak ada perasaan, ia tidak mungkin melakukan itu.

Melihat situasi ini, Levi menjadi tidak nyaman. Ia langsung pamit undur diri. "Karena keluarga Hanna sudah di sini. Aku harus pulang aunty."

"Ohhhh.... kenapa buru-buru nak Levi? Kamu tidak menunggu sampai Hanna keluar dari rumah sakit?"

"Maaf aunty, sore ini aku ada kegiatan."

"Ohhh.... Benarkah? sangat disayangkan."

"Ia aunty." jawab Levi dengan suara terendahnya.

"Tidak apa-apa. Sesekali lagi terima kasih nak Levi. Aku tidak tahu harus membalasnya dengan apa." Renata mengambil tangan Levi dan mengusap punggung tangan Levi dengan lembut.

"Aunty tidak perlu terbebani. Biaya rumah sakit juga sudah saya lunasi. Ini bentuk perhatian saya kepada Hanna sebagai teman."

"Kamu baik sekali sayang, jika ini terjadi kepada Nara, kau juga akan melakukan hal yang sama kan?"

"Ahhh....Tentu saja aunty." Ucap Levi dengan senyum terpaksa.

"Aku pikir kau hanya melakukannya kepada Hanna. Hatimu sungguh mulia nak. Semoga Tuhan membalas semua kebaikanmu." Kata Renata dengan hati yang tulus.

"Terima kasih aunty, kalau begitu saya permisi dulu." Levi mendekat ingin minta izin kepada Hanna. Namun yang dilihatnya Hanna sedang tertidur. Levi urung melakukannya, dia langsung melangkah meninggalkan kamar.

CEKLEK!

Pintu tertutup dan Levi sudah keluar. Namun, belum juga langkahnya jauh meninggalkan kamar Hanna. Tiba-tiba seseorang memanggilnya. Suara itu ia kenali. Siapa lagi jika bukan Nara. Levi terkejut saat melihat Nara sedang mengisap rokoknya. Posisinya sedang berdiri memiringkan tubuh lalu bersandar di dinding dengan posisi melipat tangan di depan dada di lorong rumah sakit. Tampaknya daerah ini memang kawasan bebas merokok.

"Kau menyukai Hanna?" Ucap Nara tersenyum sinis menatap Levi. Asap rokoknya kembali mengepul di udara. Nara terlihat santai menikmati rokoknya.

"Apa yang kau lakukan Nara?"

"Kau belum menjawab pertanyaanku Levi. Apa kau menyukai Hanna?"

"Kau tidak perlu tahu apakah aku suka atau tidak kepada Hanna."

Nara melangkah mendekat ke arah Levi. Matanya mendelik tajam seakan tidak suka dengan jawaban Levi. "Tentu saja aku harus tahu, karena Hanna adalah keluargaku."

"Apa kau benar-benar menganggap Hanna adalah keluargamu?"

Lagi-lagi Nara tersenyum sinis, tatapannya mengunci ke arah Levi. "Apa kerjaanmu sekarang mengurusi keluarga orang lain Levi? Kalau pun hubungan kami tidak baik, kau tidak berhak ikut campur."

"Jadi buat apa kau tahu perasaanku kepada Hanna, kalau pun aku menyukai Hanna, kau juga tidak berhak ikut campur. Ini perasaanku kepada Hanna." Levi tersenyum tipis saat mendapati wajah Nara berubah.

"Kau tidak tahu seperti apa Hanna? Kau akan menyesal menyukainya."

Levi menarik salah satu sudut bibirnya dengan tatapan sarkastik. "Aku tidak perlu tahu seperti apa Hanna, yang jelas semua tentang Hanna aku suka."

"Kau tidak perlu tahu?" Nara tertawa mengejek. "Apakah ini yang dinamakan cinta buta?" Matanya bahkan mendelik tajam. "Suatu saat kau akan tahu seperti apa Hanna." Ucap Nara tersenyum kecut. Ia membuang sisa rokoknya ke sembarang tempat. Lalu berjalan meninggalkan Levi. Setiap ia berbicara dengan Levi, Nara selalu kehabisan kata-kata. Tentu saja membuat Nara sangat kesal.

.

.

BERSAMBUNG

^_^

Tolong dukung ya my readers tersayang. Ini novel ke sebelas aku 😍

Salam sehat selalu, dari author yang cantik buat my readers yang paling cantik.

^_^

1
🌠Yona Yona🌠
semangat
🌠Yona Yona🌠
jadi ingat masa masa di sekolah dulu
dulunya hanya coretan baju doang...eh pulang pulang ke rumah kena marah enyak gue.... pokoknya paling suka jaman jaman sekolah dulu 😍
🌠Yona Yona🌠
semangat
🌠Yona Yona🌠
aku suka aku suka
Cheryl Emery
penasaran
Cheryl Emery
ngapain Levi ngajak ketemuan ya 😃
Mona Seila ☑️
🥰🥰🥰🥰🥰
Mona Seila ☑️
Wah mantap levi, langsung tembak aja gak usah tunggu lagi
Cheryl Emery
tetap semangat Levi, tunjukan bahwa kamu bisa mengambil hati Hanna 😀😃
✨Margareth💫
lanjut dong Tamba seru
✨Margareth💫
semangat thor
Hosanna Feodora
up dong
Hosanna Feodora
🤭🤭🤭🤭🤭🤭🤭
Angela Catrine 💢
ayooooo semangat
Angela Catrine 💢
baca berulang-ulang gak bosan Thor
Briana Annette
semangat
Briana Annette
mantap thor
Magdalena💨
lanjut
Magdalena💨
Baru baca Uda update lagi author
suatu keberuntungan buat aku dah 😆
🎄Claudya🎄
kesal Dia
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!