Cerita ini kelanjutan dari( Cinta tuan Dokter yang posesif).
Reihan Darendra Atmaja, dokter muda yang terkenal begitu sangat ramah pada pasien namun tidak pada para bawahannya. Bawahannya mengenal ia sebagai Dokter yang arogan kecuali pada dua wanita yang begitu ia cintai yaitu Mimi dan Kakak perempuannya.
Hingga suatu hari ia dipertemukan dengan gadis barbar. Sifatnya yang arogan seakan tidak pernah ditakuti.
Yuk simak seperti apa kisah mereka!. Untuk kalian yang nunggu kelanjutannya kisah ini yuk merapat!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Novi Zoviza, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
18. Kebakaran
"Sedang apa kamu disini?," tanya Reihan masih dengan tatapan tajamnya pada Jessi yang terlihat gugup.
"A-aku-- baru saja berziarah ke ma-kam Kakakku?," jawab Jessi menekan rada gugupnya.
"Kakakmu?," tanya Reihan mengerutkan keningnya.
"Iya," jawab Jessi. Ia mengalihkan pandangannya kearah lain. Hujan semakin deras bagaimana caranya ia akan pulang sementara hari semakin gelap. Ia takut disini sendiri karena ditempat ini pernah terjadi pemerkosaan pada seorang gadis. Dan ia takut itu juga menimpa dirinya.
Reihan tidak percaya begitu saja pada jawaban Jessi karena yang ia tahu Jessi anak tunggal. Itu yang gadis itu cantumkan dalam curriculum vitae nya saat melamar pekerjaan sebagai asisten pribadinya. Bagaimana bisa Jessi memiliki seorang Kakak?.
"Bukankah kamu anak tunggal?," tanya Reihan dengan tatapan makin menusuk.
"Itu bukan urusan anda Dokter," jawab Jessi dengan ketus. Ia sangat benci ada orang yang kepo dengan urusan pribadinya.
"Baiklah," angguk Reihan. Gadis ini benar, jika itu bukanlah urusannya. Entah kenapa sekarang ia begitu ingin tahu tentang gadis ini.
Reihan berdiri disebelah Jessi menatap langit yang masih saja menangis. Bahkan hujan turun semakin deras, jarak ia berdiri sekarang dengan mobilnya cukup jauh. Jika ia berlari menerobos hujan sudah dipastikan tubuhnya akan basah kuyup.
"Apakah kamu tidak membawa payung?," tanya Reihan menatap lurus ke depan.
"Jika saya ada payung, tidak mungkin saya berteduh disini," jawab Jessi dengan asal.
Reihan menggeleng pelan mendengar jawaban Jessi, ternyata asistennya ini cukup bar bar tapi sayangnya ia tidak bisa memecatnya karena selama bekerja Jessi cukup profesional. Ini adalah pertama kalinya ia memiliki asisten seperti ini.
Langit semakin gelap dan hujan mulai mereda. Reihan memutuskan untuk menerobos hujan menuju mobilnya. Tapi sebelum itu pria itu melirik pada Jessi yang tampak cemas dan entah apa yang gadis itu pikirkan.
"Ayo!," ujar Reihan. Ia tidak mungkin meninggalkan Jessi disini sendirian. Hari sudah mulai gelap dan juga pencahayaan yang sedikit temaram.
Jessi sedikit terkejut dengan ajakan atasannya itu. Benarkah Reihan mengajaknya?.
"Jessi, apakah kamu akan bermalam disini?," tanya Reihan.
Jessi menggeleng cepat." Tidak," geleng Jessi. Siapa juga yang mau bermalam disini?, tempat ini sangat menakutkan dan juga mengerikan karena terletak di area pemakaman.
"Kalau begitu ayo!," ujar Reihan menarik pergelangan tangan Jessi lalu melindungi kepala gadis itu dengan almamater putihnya dan mengajak gadis itu berlari kecil menuju mobilnya.
Bagaikan di cucuk hidungnya, Jessi mengikuti langkah Reihan. Ia untuk kedua kalinya ia berdekatan dengan Reihan dengan jarak seperti ini. Aroma tubuh pria itu menusuk hidungnya dan membuatnya sedikit nyaman.
"Masuklah!," ujar Reihan membukakan pintu mobil untuk Jessi.
"Terimakasih Dokter," jawab Jessi tersenyum tipis. Ia benar-benar beruntung bisa bertemu dengan atasannya disini. Jika tidak sudah dipastikan ia masih berteduh di rumah tua itu menunggu hujan reda.
Reihan mengangguk pelan lalu berlari kecil mengitari mobilnya. Ia langsung duduk dibalik kemudi setelah masuk kedalam mobilnya. Almamater miliknya basah karena air hujan yang masih menyisakan gerimis. Ia membuka Almamaternya lalu melemparnya ke jok belakang menyisakan baju kemeja putih yang ia kenakan.
Ting
Reska
📩: Jessi kamu dimana?, rumah kamu kebakaran.
Deg
Jantung Jessi berdetak kencang membaca pesan dari sahabatnya. Rumahnya kebakaran, bagaimana bisa?. Apa yang terjadi, sementara hujan turun dengan derasnya. Dan dengan tangan bergetar Jessi menghubungi sahabatnya. Huniannya satu-satunya terbakar lalu dimana ia dan sang ibu selanjutnya akan tinggal. Rumah itu adalah satu-satunya harta peninggalan mendiang Neneknya.
"Hallo Res, bagaimana bisa rumahku kebakaran?," tanya Jessi membuat Reihan yang baru menyalakan mobilnya menoleh pada Jessi.
"Aku juga tidak tahu Jessi. Aku juga baru pulang dari rumah sakit dan tiba-tiba saja saat aku keluar dari mobil para warga sudah berkumpul di depan rumah kamu berusaha memadamkan api," jawab Reska.
"Dokter, Tolong antarkan saya pulang!. Rumah saya kebakaran," ucap Jessi dengan suara bergetar. Hatinya benar-benar kalau memikirkan setelah ini ia dan sang ibu akan tinggal di mana. Di dunia ini ia tidak memiliki keluarga lagi selain Ibunya.
Reihan mengangguk pelan lalu melajukan mobilnya dengan kecepatan tinggi menuju kediaman Jessi. Sesekali ia melirik Jessi yang duduk disebelahnya tampak gelisah.
Setelah beberapa menit perjalanan akhirnya mobil Reihan sampai didepan gang rumah Jessi. Mobilnya tidak bisa masuk kedalam gang karena para warga yang sudah berkerumun dan ditambah lagi mobil pemadam kebakaran yang tampak baru saja datang.
Jessi segera berhamburan turun dari mobil Rehan dan berlari memecah kerumunan warga. Jessi tampak menggeleng pelan melihat kediamannya yang kini di dalam oleh si jago merah.
"Jessi...," Reska segara memeluk sahabatnya dan membawanya kedalam pelukannya.
"Res... sekarang aku dan Ibu tidak lagi punya tempat tinggal," isak Jessi. Untuk pertama kalinya ia menangis setelah puluhan tahun walaupun sesakit apapun keadaannya setelah Papanya pergi meninggalkannya bersama sang ibu.
Reska menoleh ke samping saat merasakan ada seseorang yang berdiri di sebelahnya dan itu adalah dokter Reihan adik sepupu dari kekasihnya. Gadis itu mengerutkan keningnya, bagaimana bisa dokter Reihan sekarang ini ada disini?.
***
Jessi termangu mendengar penjelasan dari pihak kepolisian tentang penyebab dari kebakaran rumahnya. Kepolisian mengatakan jika penyebab dari kebakaran rumahnya adalah suatu kesengajaan. Polisi menemukan jerigen berisi bensin tidak jauh dari rumah Jessi dan juga sebuah korek api. Dan pihak kepolisian berjanji akan mengusut tuntas dalang dari kebakaran rumah Jessi.
Selama ini saya tidak memiliki musuh yang bisa ia curigai. Di lingkungannya Ia terkena gadis yang ramah meski sedikit barbar. Hanya ibunya Rio yang sering menghinanya di sini tapi ia rasa ibunya Rio tidak mungkin melakukan hal serendah ini untuk menjatuhkannya.
"Pak, tolong usut penyebab dari kebakaran ini dan saya butuh informasinya dalam waktu 2X 24 jam," ucap Reihan membuka suara.
"Baiklah tim kami akan bekerja dengan semaksimal mungkin untuk mengusut tuntas kasus ini," jawab dari komandan kepolisian yang datang untuk menyelidiki kebakaran. di Surabaya itu segera memerintahkan bawahannya untuk segera menyelidiki kasus ini dengan cepat.
"Jessi malam ini kamu menginap di rumahku ya," ucap Reska.
Jessi menggeleng cepat, tidak mungkin yang menginap di rumah Reska malam ini karena ia tahu Nenek Reska tidak suka ia menginap di rumah mereka nenek ska tidak begitu menyukainya.
"lalu kamu mau tinggal di mana malam ini, hum?," tanya Reska.
"Aku tidak tahu Res, tapi yang jelas aku tidak akan merepotkan keluarga kamu terutama nenek kamu," jawab Jessi.
"Saya memiliki apartemen kosong dan kamu bisa untuk sementara waktu tinggal di sana," ucap Reihan tiba-tiba membuka suara.
"Ha?"
...****************...