"Papa sudah menjodohkanmu dengan Arion, putra dari sahabat Papa!"
Jedar, bak tersambar petir disiang bolong saat mendengar ucapan dari sang Papa. Seketika tubuh Zeva langsung menegang dengan mulut terbuka.
"tidak, ini tidak boleh terjadi!"
Niat hati ingin meminta restu untuk hubungannya dengan sang kekasih, malah berakhir dengan perjodohan yang dilakukan oleh kedua orangtuanya.
Bak buah simalakama, itulah ungkapan yang tepat untuk apa yang Zeva rasakan saat ini. Dia tidak bisa berpisah dengan laki-laki yang sangat dia cintai, tapi tidak juga bisa melawan kehendak kedua orangtuanya.
Apakah yang akan terjadi pada Zeva selanjutnya?
Bisakah dia membina rumah tangga sesuai dengan keinginan kedua orangtuanya?
Yuk, ikuti kisah mereka yang penuh dengan kegaduhan dan kejutan!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ayu Andila, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab. 12. Strategi Untuk Menjinakkan Zeva.
Zeva benar-benar terkejut dengan apa yang Arion ucapkan, sementara laki-laki itu sudah berlalu pergi ke dapur.
"Apa? Disofa katanya?" Dia mengepalkan tangannya dengan erat, kemudian berjalan cepat ke arah kamar tersebut.
Brak!
Zeva langsung bisa mencium wangi parfum Arion yang menguar dari kamar itu, wangi maskulin yang sangat menenangkan. Dia lalu mengunci pintun kamar itu agar Arion tidak bisa masuk.
Seorang wanita paruh baya tampak sedang berbicara dengan Arion, dialah Bik Sum yang selama ini membersihkan apartemen ini.
"jadi, Nyonya sedang ada dikamar, Tuan?" tanyanya yang sangat penasaran dengan istri dari majikannya.
Arion menganggukkan kepalanya. "Ya, biarkan dia istirahat!"
Wanita itu mengangguk paham lalu kembali melanjutkan pekerjannya, sementara Arion berjalan ke ruang kerja yang berada tepat di samping kamarnya.
Zeva yang sudah mengunci pintu kamar itu merasa aman, terserah mau marah atau bagaimana, yang jelas dia tidak mau tidur di atas sofa.
Tepat pukul 1 siang, Arion keluar dari ruang kerjanya. Hari ini dia memang tidak masuk kantor, karna ingin menenangkan diri sejenak dengan semua kerumitan hidupnya.
Terutama masalah istrinya, wanita itu selalu saja mengeluarkan taring saat bicara. Dia bisa melihat kemarahan dan kebencian melalui sorot mata wanita itu, dan si*alnya sekarang malah membuatnya bingung.
Sebelumnya, dia pernah membaca jenis-jenis wanita yang ada di dunia ini dalam sebuah buku. Maksudnya jenis-jenis sikap mereka, baik yang manja, cerewet dan suka menangis.
Namun, dia tidak pernah membaca jenis wanita seperti istrinya itu yang membenci seseorang tanpa sebab. Dia harus mencari tau bagaimana mengatasinya, terpaksa Arion mengambil ponselnya dan masuk ke kolom pencarian gogling.
Arion membaca semuanya dengan khusyuk, sangking khusyuknya dia bahkan sampai tidak mengedipkan kedua matanya.
"Jadi, aku harus melawannya?" Dia kembali melanjutkan artikel yang sedang dibaca. "Aku harus menjadi laki-laki yang menyebalkan, juga keras kepala agar wanita itu tunduk dan tidak marah-marah lagi!" Dia diam sejenak untuk memikirkan apa yang dia ucapkan.
"Baiklah, aku akan menjadi seperti itu agar Zeva bisa berlaku baik. Aku harus melawannya!"
Itulah misi Arion saat ini, dia bukannya ingin membuat Zeva mencintainya. Namun, dia cuma ingin agar wanita itu nyaman saat bersamanya, dan tidak selalu marah-marah.
Tanpa terasa hari sudah semakin siang, pantas saja perutnya keroncongan dan minta segera di beri makan.
Arion keluar dari ruang kerjanya dan hendak masuk ke dalam kamar, tapi ternyata kamarnya sedang dikunci oleh Zeva.
Tok, tok. "Zeva, buka pintunya!"
Hening, tidak ada balasan dari wanita itu. Dengan cepat Arion mencari kunci cadangan, lalu membuka pintu itu.
"Ck!" Arion berdecak kesal saat melihat Zeva tidur, dia lalu mendekati ranjang sambil memperhatikan wajah wanita itu.
Hidung mancung, bulu mata lentik dan alis yang lumayan tebal membuat wajah Zeva sangat mempesona. Apalagi saat sedang tidur seperti ini, wajahnya tampak bersinar dalam tenang.
Tanpa sadar, senyum indah terbit dibibir Arion. Tidak mau terbawa perasaan, dia segera keluar dari kamar dan berlalu untuk makan siang.
Zeva mulai mengerjapkan kedua matanya saat rasa lapar melanda, dia segera turun dari ranjang dengan memegangi perut.
"Apa laki-laki itu ingin membuatku mati?" Dia segera keluar dari sana dengan kesal, pantas saja cacing-cacingnya sudah demo, ternyata sekarang sudah pukul 4 sore.
Zeva melangkahkan kakinya ke dapur, dia melewati Arion yang saat itu sedang sibuk dengan laptopnya di ruang tengah.
"Cih, dia membiarkan aku mati kelaparan!" Dia melirik ke arah Arion lalu secepat kilat kembali memalingkan wajahnya, dia tidak mau kalau laki-laki itu mengetahuinya.
Zeva segera membuka kulkas untuk mencari makanan, tetapi matanya melihat ada sebuah mangkuk yang tertutup di atas meja.
Dia mengambil mangkuk itu dan membukanya, ternyata ada sup ayam yang masih hangat. Dengan semangat 45 dia memgambil piring dan mengisinya dengan nasi, lalu menyantap sup ayam itu dengan sangat lahap.
Dari kejauhan, ternyata Arion memperhatikan Zeva. Senyumnya kembali terbit, tetapi sayang sekali karna wanita itu tidak melihatnya.
"Eegh!" Zeva langsung bersendawa saat sudah menghabiskan makanan itu, saat ini perutnya terasa sangat kenyang.
"Sudah kenyang?"
Zeva hampir saja tersedak karna mendengar suara Arion, dia lalu melihat laki-laki itu dengan tajam. "Memangnya kenapa?"
"Ikut aku!" Arion segera berbalik dan kembali berjalan ke ruang tengah.
"Ck, mau apa sih dia?"
Zeva mengikuti langkah Arion dengan malas, sampai tidak terasa kakinya sudah tiba di dekat laki-laki itu.
"Ini!"
Zeva mengernyitkan keningnya. "Apa ini?"
"Buka saja!"
Walaupun bingung dan malas, Zeva tetap membuka paper bag yang Arion beri. Matanya membulat sempurna saat melihat sebuah kalung berlian yang sangat mewah ada di tangannya.
"anggap sebagai hadiah pernikahan!"
"Apa? Aku, aku tidak ingin apapun darimu!" Zeva kembali memasukkan kalung itu ke dalam paper bag.
"Terserah, yang jelas kau harus memakainya!"
Zeva tercengang mendengar ucapan laki-laki yang ada di hadapannya ini. "Kalau aku tidak mau, kau mau apa?" Tantangnya.
Arion tersenyum sinis, dia lalu melangkahkan kakinya untuk mendekati Zeva dengan langkah lebar.
Zeva yang melihat Arion maju sontak memundurkan tubuhnya, mereka terus seperti itu sampai punggungnya menyentuh dinding. "Ma-mau apa kau?"
Arion langsung mengulurkan tangannya membuat Zeva menutup kedua matanya dengan tangan melindungi kepala. "Kalau kau tidak mau, aku akan memaksanya sampai kalung itu tidak bisa lepas lagi dari lehermu!"
Glek. Zeva menelan salivenya dengan kasar, dia tidak berani bergerak karna tangan Arion mencengkram lehernya.
"Apa kau mengerti?"
Zeva langsung menganggukkan kepalanya. "A-aku mengerti!"
"Bagus!" Arion lalu sedikit mundur, dia mengambil kalung itu dan langsung memakaikannya dileher Zeva. "Cantik!"
Zeva menegang saat mendengar ucapan Arion, sementara laki-laki itu sudah berbalik dan pergi dari tempat itu.
"Hah, dasar gila!" Zeva langsung memaki laki-laki itu dengan dada berdebar-debar. "Apa tadi dia akan mencekikku kalau aku tidak mau memakai kalung si*alan ini?" Dia menghentak-hentakkan kakinya dengan kesal.
Arion yang sudah berada di dalam kamar tersenyum puas dengan apa yang baru saja dia lakukan. "Menarik, sangat menarik. Ternyata dia sangat penakut, dan aku akan terus melakukan hal seperti ini!"
•
•
•
Tbc.
Sayang belum banyak peminat (diliht dr jumlah likers nya lo yaaa..)
Walau tokoh perempuannya di awal bikin Mak gereget, jengkel, dan kesel dg tingkahnya
Terimakasih atas karyamu yg menghibur ya Thor
Semoga makin bamyak yg minat utk baca karya2mu thor
Dan sukses selalu ya
Disatu sisi kasian, di sisi lain kamu bebal Ze..