Follow ig 👉 @sifa.syafii
Fb 👉 Sifa Syafii
Seorang gadis berusia 18 tahun bernama Intan, dipaksa Bapaknya menikah dengan Ricko, laki-laki berusia 28 tahun, anak sahabatnya.
Awalnya Intan menolak karena ia masih sekolah dan belum tahu siapa calon suaminya, tapi ia tidak bisa menolak keinginan Bapaknya yang tidak bisa dibantah.
Begitu juga dengan Ricko. Awalnya ia menolak pernikahan itu karena ia sudah memiliki kekasih, dan ia juga tidak tahu siapa calon istrinya. Namun, ia tidak bisa menolak permintaan Papanya yang sudah sakit sangat parah.
Hinggga akhirnya Ricko dan Intan pun menikah. Penasaran dengan kisah mereka? Yuk langsung simak ceritanya!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Sifa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 35
"Enggak. Aku ingin bersantai di rumah seharian. Lagian kalau aku kerja, siapa yang menemani kamu di rumah? Ayo tidur," balas Ricko lalu memejamkan matanya.
Intan tidak punya alasan lagi untuk menolak. Terpaksa ia berbaring lagi menemani Ricko tidur meskipun matanya tidak mengantuk. Ia pun memejamkan matanya.
Tidak berapa lama kemudian Intan merasakan tangan Ricko naik ke gundukan da*da-nya. Ia pun menurunkan tangan itu pelan-pelan dari da*da-nya. Beberapa detik kemudian tangan itu naik lagi ke gundukan da*da-nya. Dan lagi-lagi Intan menurunkannya. Ricko mengulanginya lagi dan Intan semakin geram dengan kelakuan Ricko.
"Mas Ricko!" teriak Intan kesal dengan geram.
"Berani kamu teriak sama suamimu?" ucap Ricko masih dengan memejamkan matanya.
"Maaf, bukannya begitu, tapi ...," lirih Intan bingung harus berkata apa.
"Aku baru akan menyentuh da*da-mu, tapi kamu sudah seperti itu. Istri macam apa kamu?" ucap Ricko lalu beranjak bangkit dan turun dari ranjang.
Setelah itu Ricko keluar dari kamar Intan lalu menaiki tangga menuju kamarnya sendiri yang berada di lantai atas. Ia sangat-sangat lelah. Kemarin ia bekerja hingga larut malam. Lalu menjemput Intan di rumah Pak Ramli. Tenaganya benar-benar terkuras habis. Ia ingin dimanjakan istrinya, tapi istrinya menolaknya.
Intan merasa tidak enak karena telah membuat Ricko marah. Tidak seharusnya ia menolak Ricko. Bagaimanapun juga sekarang Ricko adalah suaminya. Ricko berhak atas setiap inci tubuhnya.
Intan segera masuk ke dalam kamar mandi untuk membersihkan diri. Setelah mandi ia berganti pakaian, menyisir rambutnya, memakai bedak, dan lotion seperti biasa. Setelah itu ia keluar dari kamarnya lalu menaiki tangga menuju kamar Ricko.
Sesampainya di depan pintu kamar Ricko, Intan menarik napas dalam-dalam lalu mengembuskannya pelan-pelan. Dadanya terasa berdebar-debar. Setelah itu ia membuka pintu kamar Ricko dan tampaklah Ricko sedang bersandar pada ranjangnya dengan ponsel di tangannya. Meskipun sedang di rumah, Ricko juga tetap bekerja melalui ponselnya.
Intan mendekat ke arah Ricko, lalu duduk di samping Ricko. Ricko yang melihat Intan tiba-tiba duduk di sampingnya tentu saja merasa heran.
"Maafin aku, Mas ...," ucap Intan lirih seraya memeluk Ricko.
Ricko masih diam saja pura-pura memainkan ponselnya.
"Mas ...," panggil Intan.
Ricko pun menoleh dan melihat Intan seperti sedang memohon. Tentu saja Ricko tidak menyia-nyiakan kesempatan ini. Ia segera meletakkan ponselnya di atas nakas lalu memandang wajah Intan.
"Apa?" tanya Ricko.
"Maafin aku," jawab Intan lirih.
"Iya. Lalu kenapa tadi meneriaki-ku?" balas Ricko.
"A-aku masih belum terbiasa. Aku harap Mas Ricko mengerti. Aku akan mencobanya pelan-pelan, Mas. Maafin aku," balas Intan dengan gugup.
"Apa kamu mau mencobanya sekarang?" tanya Ricko lagi. Kalaupun Intan mengatakan tidak, ia tidak akan memaksanya.
Intan pun menganggukkan kepalanya pelan meskipun dengan terpaksa.
Setelah mendapatkan persetujuan dari Intan, Ricko menyentuh pipi Intan lalu mendekatkan bibirnya pada bibir Intan. Ia menempelkan bibirnya pada bibir Intan dan menciumnya pelan-pelan.
Ricko tahu ini ciuman pertama bagi Intan karena Intan begitu kaku dan tidak membalasnya. Intan pun memejamkan matanya berusaha menerima apapun yang dilakukan Ricko pada dirinya.
Tangan Ricko mulai berani meraba da*da Intan lagi. Sesuatu yang sangat ingin Ricko sentuh selama ini. Intan pun pasrah dengan apapun yang dilakukan Ricko, tapi hatinya masih belum rela. Air mata Intan pun mengalir dari pelupuk matanya. Isak tangis mulai terdengar.
Ricko menjadi tidak tega melakukannya. Ia juga tahu minggu depan Intan akan menghadapi ujian akhir. Ia tidak ingin membuat Intan trauma yang bisa mempengaruhi semangat belajarnya. Ia tahu tidak boleh egois. Istrinya masih remaja polos yang selisih umurnya 10 tahun dengannya. Ia akan menahan keinginannya dan menunggu sampai Intan selesai ujian.