Pertemuan tidak sengaja antara Claire dan Sean di sebuah hotel membuat mereka memiliki hubungan rumit. Pertemuan singkatnya dengan Claire meninggalkan kesan buruk di mata Sean.
Suatu hari mereka dipertemukan kembali dalam sebuah perjodohan. Sean harus menerima perjodohan yang diatur oleh kakeknya dengan gadis desa yang miskin tanpa bisa menolaknya. Tanpa Sean dan ibunya tahu bahwa sebenarnya Claire berasal dari keluarga konglomerat.
"Suatu hari nanti kau akan menyesal karena sudah memperlakukan aku seperti ini." -Claire
"Claire, sebentar lagi, Sean akan membuangmu." -Helena
"Kau adalah istriku, jangan pernah lupa itu." -Sean
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Jiriana, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Tidak Mempercayai
"Membuat keributan untuk kedua kalinya di area kantor dan di depan karyawan lain. Kau menganggap peringatan dariku sebagai angin lalu?" Nada bicaranya datar, tapi memiliki aura penekanan yang kuat.
Claire menghirup napas pendek sebelum menjawab pertanyaan Sean, setelah itu dengan berani Claire menatap ke arahnya. "Kalau aku bilang mereka yang menyerangku, apa kau akan percaya?"
Dari awal Sean tidak pernah mempercayainya. Semenjak dia datang ke dalam keluarganya, Sean sudah menilai buruk dirinya. Semua yang dia lakukan, selalu salah di mata Sean. Dia tidak mau bersusah payah menjelaskan pada Sean kalau pada akhirnya Sean tidak akan percaya dan justru akan menyalahkan.
Sean mencibirnya tanpa segan. "Beberapa hari yang lalu, kau juga bilang seperti itu waktu kau ribut dengan Aletha. Sekarang pun begitu. Claire, aku bukanlah orang yang memiliki kesabaran lebih."
Dugaan Claire ternyata benar. Sean tidak akan percaya dengannya. "Itulah kenyataanya. Bukan aku yang memulainya. Seharusnya kau cari tahu dulu apa yang terjadi sebenarnya. Kau adalah CEO di sini. Seharusnya kau bisa lebih bijaksana lagi."
"Sekarang kau mengajariku?"
Mata hitam Sean semakin pekat. Wanita di depannya itu selalu saja berhasil memancing amarahnya dan menguji kesabarannya. "Aku mana berani. Aku hanyalah karyawan biasa, sementara CEO Sean adalah pemimpin di sini."
"Mulai besok kau tidak perlu datang lagi ke sini. Aku akan mengatakan pada Kakek kalau aku memecatmu."
"Alasan apa yang membuatmu memecatku?"
Sean menatap Claire sejenak dengan wajah datar, kemudian berdiri lalu berjalan menghampiri Claire. "Aku sudah pernah memperingatkanmu untuk tidak membuat masalah lagi di kantorku, tetapi kau mengabaikanku."
Claire menatap berani pada Sean yang sedang berdiri di hadapannya, kemudian tersenyum mengejek pada Sean. "Sean, kau buta atau bodoh?"
Claire sudah tidak bisa menahan dirinya lagi. Sean bahkan tidak mau repot-repot untuk mencari tahu kejadian yang sebenarnya. Untuk apa lagi dia berbasa-basi dengan Sean.
"Bodoh? Buta?" ulang Sean, "Claire, jangan harap kau bisa keluar dari sini dengan mudah setelah mengatakan itu."
Belum pernah ada yang berani mengatakan hal buruk padanya, selain kakeknya. Bahkan jika ada yang boleh itu hanya ibu dan kakeknya. Lainnya tidak boleh, apalagi orang luar seperti Claire.
"Seharusnya, orang yang kau pecat bukan aku, tapi mereka. Mereka menamparku lebih dulu di depan semua orang. Hal yang begitu jelas pun kamu masih ingin menyalahkan aku? Aku pikir ada yang bermasalah dengan otakmu."
Menurut Claire, Sean hanya ingin dia cepat-cepat pergi dari perusahaannya, maka dari itu ketika dia mendengar kalau dirinya membuat keributan lagi, dia langsung memecatnya tanpa mau tahu kejadian yang sesungguhnya.
Sedari tadi Sean menatapnya dengan tajam, tapi kini semakin tajam dan aura di sekitar mereka tiba-tiba menjadi dingin. "Sean, kalau kau membenciku karena aku menerima perjodohan kita, aku bisa mengerti, tapi masalah kantor dan pribadi, bukankah seharusnya kau lebih tahu batasan keduanya?"
Aura di sekitar tubuh Sean semakin gelap. Sebelum kemarahannya semakin besar. Sean menoleh pada Kenz. "Panggil semua orang yang membuat keributan di kantin tadi," perintah Sean dengan tegas.
"Baik." Kenz keluar dari ruangan Sean dengan langkah cepat.
"Kalau terbukti bersalah. Kau harus pergi. Tidak hanya dari perusahaanku, bahkan dari hidupku." Claire bisa merasakan kalau Sean sedang berusaha menekan kemarahannya.
"Bahkan tanpa kau suruh, aku akan pergi dari hidupmu jika aku bisa. Asal kau tahu, berada di dekatmu juga membuatku sesak," ucap Claire sambil menatap berani pada Sean.
Sean menunduk lalu mencengkram kedua lengan Claire dengan kuat. "Apa kau bilang?"
Membuatnya sesak? Dia yang datang ke dalam hidupku dan mengacaukan hidup tenangku, dia bilang dirinya membuatnya sesak?
Cengkraman Sean dari waktu ke waktu semakin kuat dan membuat Claire semakin mengernyit. Sean tentu saja menyadari ada hal yang janggal pada Claire, dia terlihat menahan sakit. Dia kemudian menatap lengan Claire dan di sana ada luka memar yang berwarna ungu kehitaman.
Dia kemudian menarik lalu mengangkat lengan kiri Claire. "Siapa yang sudah membuatmu seperti ini? Apa mereka yang sudah melakukannya?"
Claire tersenyum sinis. Bagaimana bisa dia berubah begitu cepat? Tadi dia menyalahkannya, sekarang tiba-tiba bersikap peduli. Apakah dirinya berhalusinasi atau benar ada masalah pada otak Sean? Tidak mungkin Sean peduli dengannya. Dia hanya ingin mengejeknya.
"CEO Sean tidak perlu tahu. Ini tidak ada hubunganya dengan kejadian hari ini." Claire kemudian menepis tangan Sean.
Saat akan berbicara lagi, pintu ruang Sean terbuka. Kenz beserta Rosi dan teman-temannya sedang masuk. Secara alamiah, Sean menjauhkan diri dari Claire dan kembali duduk di mejanya.
"Aku ingin tahu kejadian yang sebenarnya. Jangan coba-coba berbohong padaku. Jika tidak, kalian akan tahu akibatnya."
Rosi dan kedua temannya seketika pucat pasi. "Dia sudah yang memulai duluan, CEO Sean," tunjuk Rosi pada Claire.
"Benar, dia sudah merusak tas mahal kami. Padahal kami tidak memiliki salah apapun padanya," sahut Nia.
"Dia sudah memasukkan cairan busuk ke dalam tas kami. Kami hanya ingin menuntut ganti rugi padanya, tetapi dia mengelak," timpal Reya.
"Kami hanya ingin memberikan dia pelajaran karena sudah merusak tas kami," kata Rosi lagi.
Bagaimana Rosi dan teman-temanya tidak marah. Ada orang yang sudah berani merusak tas mereka dengan memasukkan cairan yang sangat busuk ke dalam tas mereka. Bahkan isi dalam tas mereka pun terkena cairan tersebut.
Tas itu adalah tas yang sangat mahal. Meskipun mereka berasal dari keluarga kaya, tetapi butuh waktu lama bagi mereka untuk bisa membeli tas tersebut.
Disudutkan oleh 3 orang tidak membuat Claire takut sama sekali. Masalah tas itu, memang dia yang melakukannya. Dia memasukkan cairan yang sangat busuk ke dalam tas mahal milik Rosi dan teman-temannya.
Mereka kemarin sudah menyiramnya dengan cairan kotor dan bau. Mereka juga sudah menguncinya di kamar mandi. Bahkan yang diperbuat Claire tidak sebanding dengan perbuatan mereka.
Dengan wajah tenang, Claire menoleh pada Rosi dan kedua temannya. "Apa kalian memiliki bukti kalau aku yang melakukannya? Kalian tidak bisa menuduhmu sembarangan tanpa adanya bukti nyata."
"Sudah jelas kau yang melakukannya. Kau pasti marah pada kami karena kemarin ..." Ucapan Reya terhenti. Dia tidak mungkin membeberkan kalau mereka sudah mengerjai Claire kemarin.
Salah satu sudut bibir Claire terangkat. "Karena apa?" Claire sengaja memancing Reya agar melanjutkan ucapannya.
Reya tak berkutik dan hanya bisa bungkam. "CEO Sean. Silahkan periksa CCTV, maka kita akan tahu kalau dia sudah mengerjai kami lebih dulu," sela Rosi cepat.
Tanpa berkata, Sean mengalihkan pandangannya pada Kenz dan dengan tanggap Kenz mengangguk lalu keluar dari ruangan Sean. Rosi dan ketiga temannya tersenyum puas. Mereka pikir Claire akan tamat hari ini, tetapi mereka lupa kalau perbuatan mereka juga terekam di CCTV.
Kenz kembali membawa rekamam CCTV. Sebelum memberikannya pada Sean, Kenz membisikkan sesuatu pada Sean. Setelah itu Kenz memutar rekaman CCTV pada ponselnya dan memberikannya pada Sean.
Rosi dan ketiga temannya nampak tersenyum senang. Selesai melihat rekaman tersebut, Sean menatap ke arah Claire dengan tatapan tak terbaca. Tiga detik kemudian dia beralih menatap Rosi dan ketiga temannya.
"CCTV di ruangan kalian rusak. Tidak bisa diputar," ungkap Sean, tapi rekaman saat di kantin bisa diputar."
Senyum misterius terbit di wajah cantik Claire. "Tidak ada bukti kalau Claire yang melakukannya, tetapi ada rekaman lain yang membuatku terkejut." Sepasang mata Sean terlihat datar dan dingin, tidak mengandung ekpresi apapun, membuat orang bergidik.
Mendadak, perasaan Rosi dan kedua temannya tidak enak. Mereka tidak berani mengatakan apapun. Sean kemudian menoleh pada asistennya.
"Perlihatkan pada mereka," perintah Sean.
Kenz mengangguk lalu memperlihatkan pada Rosi dan ketiga temannya. Setelah selesai melihat, mata mereka semua membelalak beberapa detik kemudian menjadi pucat pasi.
"CEO Sean, ini bagaimana bisa. Kami tidak ...." Rosi tidak bisa melanjutkan ucapannya karena bukti CCTV sudah merekam jelas perbuatannya.
Dalam vidio itu, terlihat kalau Rosi menampar Claire dan kedua temannya memegang tangan Claire dan di situ juga terlihat kalau Claire membalas tamparan Rosi dan terjadilah keributan diantara mereka berempat.
Selain vidio itu, ada vidio lain juga yang di putar, yaitu ketika mereka mengurung Claire di kamar mandi hingga seseorang datang menyelamatkan Claire.
"Apa kau berniat menyangkal perbuatan kalian?"
Wajah mereka memucat seperti tidak ada aliran darah di wajahnya. Mereka semua terdiam tanpa bisa menjawab perkataan Sean. "CEO Sean kami ...." Belum sempat menyelesaikan ucapannya, Sean lebih dulu memerintahkan pada asistennya untuk membawa Rosi dan temannya.
"Kenz, urus mereka. Beri hukuman yang pantas kepada mereka."
Kens mengangguk. "Baik, Tuan."
Rosi dan ketiga temannya seketika panik. "CEO Sean maafkan kami."
Kenz tidak mengubris ucapan Rosi dan temannya. Dia tetap menyuruh mereka keluar dari ruangan Sean. Sebelum mereka menghilang, Claire menoleh pada mereka dan meleparkan senyum mengejek pada mereka dan itu membuat Rosi dan ketiga temannya semakin marah.
Setelah pintu tertutup, Sean mendekati Claire lagi. "Kenapa kau tidak bilang padaku kalau mereka mengurungmu di toilet?"
Claire mengangkat kepalanya menatap Sean dengan wajah dingin. "Kalau aku mengatakan padamu, apa kau akan percaya padaku?"
Sean mengeryit. "Kau bahkan tidak percaya ketika aku bilang Aletha yang sudah mendorongku lebih dulu hingga membuat tanganku memar."
Sean bungkam, kata-kata Claire memang benar adanya. "Dari awal kau memang berharap kalau aku yang salah sehingga kau memiliki alasan untuk mengusirku."
Claire menatap Sean dengan wajah dingin. "Asal aku kau tahu, saat aku terjebak di toilet, aku menghubungimu, tapi tidak kau angkat. Aku bahkan mengirimkan pesan padamu, tapi kau mengabaikan aku, jadi mulai sekarang jangan berlagak peduli padaku."
Bersambung...
suka semua watak2 dalm novel ini... perannya
clair biar d tindas tp tidak lemah.happy ending.
semoga terus succes berkarya thor