Senja Kumala, anak kecil malang yang lahir dari seorang wanita yang tak menginginkannya. Ia lahir karena hasil pemerkosaan.
Ibunya sangat benci dirinya, ia kerap mendapatkan siksa lahir batin. Bahkan hingga ia dewasa dan menikah, penderitaan Senja belum berakhir.
Wanita malang itu hanya dijadikan istri kedua dan mesin pembuat anak untuk sang suami. Hingga akhirnya, ia bertemu dengan sosok pria yang masuk ke dalam lembah hitam. Sosok pria yang tidak percaya dengan adanya cinta dan kasih sayang.
Pria itu adalah Karang, anak yang memiliki masa lalu tak mengenakkan dan hampir merusak masa depannya. Dan masa lalu itu ternyata ada kaitannya dengan Senja dan ibunya.
Ada hubungan apakah mereka? Dan mampukah Karang menata kembali masa depannya dengan benar?
Dan siapa cinta sejati di masa depan Senja?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Wiji, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
12. Melamar
Jam makan siang telah tiba. Seperti yang sudah-sudah, restoran di mana Senja bekerja selalu ramai hiruk pikuk para pekerja yang sedang mengisi perutnya. Begitu pula dengan para perkerja yang di restoran itu, ada yang berlalu lalang mengantarkan makanan dan berbagai pesanan lainnya.
Senja, begitu orang memanggilnya. Gadis itu pun sejak tadi harus mondar-mandir ke belakang dan ke berbagai meja, naik ke lantai dua dan kembali turun dengan senyum yang tak luntur dari bibirnya. Meskipun sejak tadi kakinya tak berhenti berjalan, tak ada guratan lelah yang ia tunjukkan.
Di lain sudut, ada dua orang pria yang sejak tadi memperhatikan setiap gerak gerik yang Senja ciptakan. Pandangan mata mengagumi dan ingin memiliki tergambar jelas di mata salah satu pria.
"Cari tahu waiters yang punya rambut di kuncir kuda itu. Dari tadi dia memamerkan senyum yang membuat hatiku luluh lantak. Cari tahu dari akar-akarnya, aku tidak mau ada sesuatu yang tidak aku tahu dari gadis itu," ucap salah satu pria lalu berdiri membenarkan letak jasnya dan berlalu dari sana.
Seringai dingin menghiasi wajah pria itu, terlihat sangat menakutkan dan kejam. Asisten pribadinya yang melangkah di belakangnya pun nampak sama. Nampak kaku dan dingin, membuat orang yang berpapasan dengan mereka pun berpikir dua kali jika harus menatap mata mereka.
"Hah, akhirnya sedikit lengang," ujar Senja merentangkan ke dua tangannya seraya mengendurkan otot-ototnya yang sedikit kaku.
Daren datang dengan segelas jus di tangannya. Duduk di lantai bersama Senja dan menyodorkan gelas yang ia bawa.
"Terima kasih." Seulas senyum Senja suguhkan pada pria yang menghiasi hari dan hatinya.
"Kembali kasih. Kapan aku bisa main ke rumah kamu? Aku mau juga kenal sama Ibu kamu. Biar Ibu kamu tahu kalau anaknya aku jaga dengan baik di sini." Daren menatap dalam mata Senja, banyak cinta yang pria itu berikan untuk gadis mungil di sampingnya.
Senja terdiam, ia tak tahu harus mengucapkan kata apa. Bukan ia tak mau membawa Daren ke rumah, Senja sangat menginginkan hal itu. Namun, hubungannya dengan sang Ibu lah yang membuat Senja harus berpikir ratusan kali saat ingin membawa Daren ke rumah.
"Aku cari waktu dulu, ya Kak. Nanti kalau udah tepat pasti akan aku ajak ke sana, kok."
"Kenapa kamu selalu merubah mimik wajah kamu ketika bahas Ibu? Apa ada masalah?"
"Nggak ada, Kak. Kamu terlalu berlebihan. Aku ke kamar mandi sebentar, ya." Senja kembali menyerahkan gelas yang sejak tadi di tangannya. Isi gelas itu sudah tinggal separuh.
***
Keesokan harinya.
"Senja kumala, lahir dari seorang wanita yang bernama Manda. Anak hasil pemerkosaan, tinggal bersama Ibu dan Neneknya yang sudah sakit-sakitan. Lulusan SMA, berusia dua puluh tahun. Hadirnya dia tidak pernah diinginkan Ibunya, selalu mendapatkan kekerasan sejak kecil hingga sekarang." Seorang asisten pribadi membacakan laporan yang ia terima di depan atasannya.
"Rumahnya?" tanya Leo menyandarkan punggungnya di kursi yang membesarkan namanya. Salah satu kakinya ia angkat dan ia letakkan di kaki lainnya. Tangannya terlilat di depan dada.
"Sudah di dapat, Tuan," balas Fais.
"Batalkan semua meeting setelah makan siang dan antar aku ke sana!" Leo angkat kaki dari ruangannya. Entah hendak pergi ke mana. Namun, hal itu tentu saja langsung diikuti oleh Fais.
Leo Hardana pewaris tunggal pengusaha terkaya nomor satu di negaranya. Angkuh, kejam, dingin adalah sifat yang melekat dalam dirinya. Tak ada sisi baik pria itu yang di ketahui oleh orang lain.
Pria itu berjalan menuju lift. Di saat pintu lift terbuka, ponsel yang dalam sakunya berdering. Ia mengambil ponsel tersebut setelah tubuhnya masuk ke dalam lift.
"Pastikan klien kita sudah berada di tempat, aku tidak mau menunggu barang sedetikpun."
"Baik, Tuan." Seakan mengerti apa yang harus ia lakukan, Fais merogoh ponselnya dan menelepon kliennya memastikan apakah orang itu ada sudah ada di tempat atau belum.
Tangan Fais berpindah ke tablet miliknya. Mencari jadwal meeting makan siang dan membatalkannya. Apapun perintah dari Leo adalah sebuah kewajiban yang harus dilaksanakan dan terlaksana. Leo tak suka ada sesuatu yang berjalan tak sesuai dengan apa yang ia mau. Bahkan ia percaya bahwa dunia tidak akan baik-baik saja jika dirinya tak ada.
"Iya Sayang, aku sudah mendapatkannya. Aku akan ke sana nanti setelah makan siang. Kamu tenanglah di rumah. Semua akan berjalan sesuai dengan apa yang kamu mau." Leo menerima panggilan telepon yang sempat ia tunda beberapa saat.
Hanya itu yang Leo ucapkan. Sebuah ungkapan i love you ia ucapkan sebelum panggilan berakhir. Seulas senyum jahat ia tunjukkan.
***
"Manda, masih kurang, kah kamu menyiksa hidup Senja dari dia di dalam perutmu?" Bu Patmi bertanya ketika Manda sedang mencarikan suami untuk Senja. Wanita itu mencari pasangan untuk Senja di aplikasi pencarian jodoh.
"Justru aku ingin dia segera menikah dan pergi dari sini agar dia tak lagi menjadi bahan siksaan aku. Seharusnya Ibu bersyukur karena aku mengurangi penderitaan dia. Aku sudah sangat muak melihat dia di sini. Dia sudah dewasa dan sudah pantas untuk menikah. Ibu jangan urus-urus apa yang aku inginkan, lah Bu. Aku begini buat Senja juga. Emang Ibu mau lihat Senja berangkat pagi pulang malam terus? Sampai kapan?" jawab Manda panjang lebar seraya menatap ponsel di tangannya.
"Tapi tidak dengan menikahkan dia juga, Manda," sanggah bu Patmi.
Manda hendak menjawab, namun mobil yang berhenti di halaman rumahnya menjadikan perhatiannya teralihkan. Manda duduk tenang di dalam rumah dengan tatapan yang ia buat menyipit demi mengetahui siapa yang datang dengan mobil yang begitu mewah.
Dua orang pria tampan turun dari sana. Melangkahkan kaki dengan penuh kewibawaan dan langkah tegap. Manda pun refleks berdiri dari duduknya dan berjalan ke arah pintu utama. Bersitatap dengan kedua pria muda itu dan
"Selamat siang, Bu. Apa benar ini rumah Ibu Patmi?" tanya Fais dengan merubah raut wajahnya menjadi begitu ramah. Sementara Loe masih masih menunjukkan wajah angkuhnya seraya menatap langit-langit runah Senja yang begitu sederhana.
"Iya, benar. Itu nama Ibu saya. Ada apa, ya cari Ibu saya?" Manda bertanya bingung. Ada masalah apa gerangan yang membuat seorang pria yang terlihat begitu kaya raya mencari rumah Ibunya.
"Persilakan masuk dulu, Manda," sela bu Patmi yang masih berdiri di ruang tamu.
Fais dan Loe kemudian masuk ke dalam rumah setelah Manda persilakan masuk. Manda hendak ke belakang untuk membuatkan minuman, namun seolah tahu apa yang akan Manda lakukan, dengan sigap dan cepat Fais melarangnya membuat minuman.
"Maksud kedatangan saya ke sini untuk melamar Senja menjadi istri saya." Leo berucap tanpa basa-basi.
"Apa?" pekik Bu Patmi dan Manda tertahan.
next up