Senja Dan Derita
"Senja! Sini kamu, buruan!" Manda berteriak memanggil sang anak.
Anak yang baru berusia sepuluh tahun itu datang dengan tergopoh-gopoh. Wajahnya nampak pucat dan keringat besar-besar membasahi dahinya.
"Bisa nyuci, nggak? Baju masih kotor begini, cuci ulang sampai bersih! Jangan istirahat kalau kerjaan belum kelar. Ngebesarin kamu nggak gratis, ya!" sentak Manda kasar.
"Ini sudah sore, Bu. Biarkan aku mencucinya besok, aku janji akan mencucinya sampai bersih." Senja berkata dengan melas dan memohon.
Manda tak suka mendengar penolakan dari anaknya, itu. Tanpa pikir panjang lagi, Manda menggeret Senja dengan kasar. Ia tak menghiraukan rengekan dari bocah malang yang ia lahirkan sepuluh tahun yang lalu.
"Malam ini kamu tidur di sini." Manda mengambil kunci yang tergantung di pintu kamar mandi. Dengan tanpa perasaan ia mengunci Senja dari luar lalu meninggalkannya begitu saja.
Sudah menjadi hal biasa bagi Senja mendapatkan perlakuan seperti ini dari Ibu kandungnya sendiri. Di pukul, dikunci di kamar mandi atau gudang, di siram, di tendang dan perlakuan kasar lainnya adalah makanan pokok bagi Senja.
Sudah biasa bukan berarti Senja kuat, ia selalu menangis di heningnya malam. Pertanyaan yang timbul dalam kepalanya tak pernah mendapatkan jawaban.
"Nek, kenapa Ibu selalu menyiksaku dengan pukulan dan tendangan? Kenapa Ibu nggak pernah sayang aku, Nek? Kenapa Ibu selalu bilang kalau gara-gara aku masa depan Ibu rusak dan hancur? Memang aku melakukan apa? Ayah ke mana, Nek? Aku selalu dikatai anak haram sama teman sekolah dan tetangga kita. Apa aku anak haram, Nek?" Entah sudah ke berapa Senja mengajukan pertanyaan itu pada Neneknya.
"Senja bukan anak haram, Senja punya Ayah. Nanti kelak jika kamu dewasa, Nenek akan cerita semuanya. Untuk sekarang kamu tidak akan mengerti, Nak. Maafkan, Ibumu. Dia sebenarnya baik, hanya saja dia memang sering marah-marah. Yang penting ada Nenek dan Pakde yang sayang sama kamu. Senja nggak boleh mikir yang nggak-nggak, ya. Fokus saja sama sekolah, biar Senja jadi orang sukses nantinya."
Ambigu. Selalu jawaban ambigu yang Bu Patmi lontarkan. Selalu saja mengalihkan pembicaraan saat Senja menanyakan perihal Ibunya. Begitupun dengan Aldi, anak sulung bu Patmi. Seakan kompak dengan Ibunya, ia pun selalu mengalihkan topik jika Senja bertanya tentang Ibunya.
"Ibu, Nenek, Pakde di sini dingin, aku mohon jangan kunci aku di sini. Nenek, Pakde tolong buka pintunya aku kedinginan," ujar Senja lemas.
Bagaimana tidak? Saat ini anak kecil itu sedang demam, sejak sepulang sekolah sudah disuruh untuk melakukan pekerjaan rumah oleh ibunya sendiri, Manda.
Ya, wanita berusia tiga puluh tahun itu sangat membenci anaknya. Tak ada rasa kasihan atau kasih sayang yang ia tuangkan pada sang anak. Yang ada hanyalah rasa benci dan amarah tiap kali Manda bersitatap dengan anak kecil itu.
Sepuluh tahun yang lalu. Kejadian naas menimpa Manda. Di mana ia harus mengalami peristiwa yang membuatnya sempat trauma dan dihujat oleh warga sekitar.
Manda yang pulang malam karena harus mengerjakan tugas kuliahnya harus kehilangan mahkotanya di usia muda. Ia di perkosa oleh orang yang yang tak ia kenal.
"Tolong jangan! Jangan ku mohon lepaskan aku!" pinta Manda dengan memelas serta isakan.
Manda tak bisa berbuat apa-apa, kaki dan tangannya diikat oleh pemuda itu. Jangankan untuk melawan atau memberikan pukulan, untuk menggerakkan tubuhnya saja ia kesulitan.
"Maafkan aku Manda, aku harus melakukannya. Aku tidak punya pilihan lain," ucap pemuda itu.
"Aku tidak mengenalmu, ku mohon lepaskan aku. Kenapa kamu mau melakukan ini? Kenapa harus aku? Lepaskan aku!" Manda masih meronta-ronta ingin di lepaskan.
"Aku adalah laki-laki yang mengagumimu dalam diam. Aku tidak ingin kamu dimiliki siapapun, jadi aku harus melakukan ini untuk megikatmu. Tenanglah, aku akan tanggung jawab jika kamu terjadi apa-apa."
Entah siapa pemuda yang mengaku bahwa ia mengagumi Manda itu. Manda tak mengenalnya, namun begitu tega membuat masa depan Manda berantakan.
Entah berapa kali Manda di setubuhi oleh pemuda yang sebenarnya memiliki paras tampan itu. Tanpa ampun ia terus membuat Manda merintih menahan sakit dan hingga akhirnya ia tak sadarkan diri.
Pemuda itu bergegas pergi begitu Manda tak sadar. Ia memberikan kecupan di seluruh wajah gadis itu, lalu bergegas meninggalkannya. Ia meninggalkan Manda bersama dengan sebuah buku novel yang bersampul biru langit. Ketika senja menyapa, itulah yang tertulis di sampul buku tersebut.
"Aku mohon simpanlah buku ini dengan baik. Ini adalah buku yang aku tulis untukmu, hanya ada satu di muka bumi ini. Jadikan bekal untuk mencariku nanti. Aku harus pergi dalam waktu yang lama. Aku akan kembali begitu kita sudah dewasa, aku berjanji akan kembali untukmu Manda. Aku berjanji aku akan menikahimu nantinya." Sekali lagi pemuda itu mendaratkan kecupan di kening Manda lalu benar-benar pergi dari sana.
Sejak saat itulah kehidupan dan masa depan Manda hancur. Ia nyaris bunuh diri begitu tahu ia hamil anak dari pemuda yang bahkan tak ia kenal.
Untunglah Manda punya Ibu dan Kakak yang selalu ada di belakangnya untuk mensupport dirinya. Disaat semua orang menghujat, menghina, mengucilkan Manda, Ibu dan Kakaknya selalu ada dan merangkul Manda dengan erat.
"Siapa yang melakukan ini, Manda? Katakan siapa orangnya?" desak Aldi selaku Kakak kandung Manda. Kakak satu-satunya yang ia punya.
"Aku nggak kenal, Kak. Aku nggak tahu dia siapa. Dia hanya meninggalkan ini." Manda menyodorkan sebuah novel yang ia temukan di samping kepalanya.
Berbekal alamat rumah yang ada di buku novel itu, mereka bertiga mendatangi alamat rumah si pemilik buku. Mereka menerjang hujan badai yang sedang deras-derasnya. Hujan deras yang dengan jahatnya menyerang tubuh mereka tanpa ampun.
Namun, nampaknya semesta lagi-lagi tak berpihak pada mereka. Si pemilik rumah menjual rumahnya pada orang lain dan mereka pindah ke luar negeri. Hancur dan pupus sudah harapan mereka untuk meminta tanggung jawab dari pemuda itu.
Hidup Manda tak lagi ada gairah, hari-harinya ia hiasi dengan amarah dan kemurkaan pada pemuda itu. Ia lampiaskan semuanya ke anak yang ada dalam kandungannya. Berbagai cara ia lakukan agar anak yang dalam kandungannya luruh, namun apapun yang ia lakukan hanya membuatnya lelah saja tanpa ada hasilnya. Janin yang di kandungannya terlalu kuat untuk dilenyapkan.
Hingga akhirnya lahirlah Senja Kumala. Nama indah itu tentu saja bukan Manda yang memberikan, namun sang Ibu, Bu Patmi. Beliau mengambil nama Senja dari judul buku novel yang pemuda itu tinggalkan, sedangkan Kumala nama salah satu tokoh yang ada di buku tersebut.
Namun, kehidupan Senja tak seindah namanya. Manda sama sekali tak ingin menyentuh bayinya, jangankan menyentuh, melihat saja ia tak mau. Berkali-kali Manda berusaha membuang dan melenyapkan anaknya itu, namun usahanya selalu gagal. Semesta menginginkan Senja Kumala hidup di dunia.
"Tolong, Ibu tolong keluarkan aku. Aku sangat kedinginan, aku mohon Ibu." teriak Senja yang semakin melemah. Ia terduduk di balik pintu yang terkunci. Menekuk kedua lututnya dan memeluknya dengan erat. Sungguh ia kedinginan di dalam kamar mandi dengan keadaan demam.
Tak berselang lama, terdengar teriakan dari bu Patmi. Wanita tua itu mencari keberadaan Senja namun tak ada sahutan.
"Nek, aku di kamar mandi, Nek. Tolong aku di kunci dari luar." Senja menggedor-gedor pintu kamar mandi dengan tenaga yang tersisa.
"Astaghfirullah, Senja. Bagaimana bisa kamu di dalam sana, Nak? Kuncinya mana?" Bu Patmi berusaha membuka pintu namun tak kunjung terbuka.
"Kuncinya dibawa Ibu, Nek."
"Tapi Ibumu sedang tidak ada di rumah, Nak. Sebentar Ibu panggil Pakde dulu, ya."
Bu Patmi segera berlari ke rumah anak sulungnya yang hanya terpisah oleh jalan saja. Dengan tergesa-gesa wanita tua itu menyuruh anaknya untuk mendobrak pintu kamar mandi.
"Senja, jauh-jauh dari pintu!" titah Aldi bersiap akan mendobrak pintu.
Dengan sekuat tenaga yang ada, hanya perlu dua kali tendangan pintu itu terbuka.
"Senjaaaa!" teriak bu Patmi histeris.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 106 Episodes
Comments
eve
setelah "pamit" sekarang "senja"....awal yang sangat menyesakan....
2022-10-26
0
GeGe Fani@🦩⃝ᶠ͢ᵌ™
kejam
2022-10-08
0
elvie
Baru baca ja dh deg deg serrr gini....
Manda boleh benci ma bapak'a tp Senja g salah apa2 dan ga tau apa2 jgn keterlaluan bgtu. Mau gimana juga dia tetap darah daging Manda.
Jgn sampai menyesal dan bersyukur masih ada ibu serta kakak yang menemani di saat sulit.
mau kmu bunuh Senja juga g akan merubah keadaan, lebih baik berdamai dgn masa lalu. sudah 10thn masih blm bisa terima kenyataan mau sampai kapan?
Kalau sudah tidak mau bertemu ma Senja kamu sendiri j yg pergi yang jauh biar g liat Senja. Lakukan apa yang kamu mau,jgn siksa senja. Kesian tau....yang harus'a jd bahan pelampiasan kamu itu bapak'a Senja yg perkosa kamu bukan Senja. Salah Alamat 😤
2022-10-01
0