Dua orang asing yang terpaksa menikah kontrak hanya demi tujuan yang sama, pergi ke London!!!
Noah yang seorang CEO kaya, membutuhkan seorang istri agar sang kakek memberikan izin untuk pergi ke London? Why..? Sementara Hari membutuhkan uang untuk bisa pergi ke makam sang ibunda yang berada di London. Namun sifat keduanya benar-benar seperti Tom and Jerry yang selalu bertengkar dan saling mengejek.
Di saat hubungan keduanya semakin dekat. Kedatangan kekasih Noah di masa lalu membuat pernikahan mereka semakin renggang.
°~°~°~°~°~°~°~°~°~°~°~°~°~°~°
Mohon dukungannya ✧◝(⁰▿⁰)◜✧
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Four, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
PMM! : BAB 11
TENTANG KISAH CINTA NOAH & SAKURA
Menyadari bahwa pria menyebalkan di sampingnya saat ini tengah melamun, Hari menyikut lengan pria tersebut.
“Akkhh! Haisshh! Kau kenapa?” geram Noah mengelus lengannya. Hari masih tertawa kecil.
“Jangan suka melamun, nanti santet seseorang nyasar!” ejek wanita itu.
Noah tak memperdulikan omong kosong itu dan balik menatap lurus hingga anak-anak di sana mulai berlarian menghampiri mereka berdua.
“Paman! Mau bermain bola bersama?” ajak Nagato yang berdiri paling depan. Noah tersenyum kecil, menggaruk lehernya yang tak gatal dan menatap sungkan.
“Aku ingin! Tapi aku harus pergi, lain kali saja. Oke!” penuh perhatian. Anak-anak tadi mengangguk setuju.
Tiba-tiba, Hidan melambaikan tangannya menyuruh Noah agar lebih rendah mendengar bisikannya. Dengan senang hati pria itu menurut, sementara Hari bingung akan bisikan tersebut.
“Hati-hati dengannya, kakak Hari sering mendengkur keras saat tidur sampai air liurnya banjir kemana-mana!” bisikan keras Hidan membuat Hari terpaku malu dan Noah tersenyum nakal di tambah tawa lain dari anak-anak di sana.
“Hey, anak kecil— Tolong berhenti ya!!!" Hari tersenyum lebar dengan paksa penuh penekanan di akhir kalimat. Anak-anak tadi hanya tertawa, begitupun Noah yang kini menatap Hari dengan senyuman mengejek.
“Kalau begitu aku harus pergi. Akan ku hubungi jika fotonya sudah selesai.” Pria itu berdiri berjalan bersama Hari menuju ke arah gerbang. Setelah berpamitan dengan sangat hormat dan sopan kepada keluarga Hari, mereka semua mengantar sampai ke mobil.
“Paman melupakan satu hal!" panggil suara dari anak-anak jahil yang juga ikut mengantarkan. Para orang dewasa mulai merasa tak enak dengan senyuman kecil mereka. Noah dan Hari saling memandang heran hingga wanita cantik berponi itu menggeleng memperingati si Noah agar tak terlalu percaya dengan anak-anak di sana.
“Katakan!” sahut Noah terbuka lebar.
“Beri ciuman pipi kepada kekasihmu sebelum pergi!” ujar Sasori di setujui oleh anak-anak yang lainnya. Seketika pipi Hari merona dan Noah mulai malu.
“Sstt! Tidak boleh berkata seperti itu.” Titah Salleh.
“Maaf ya, Noah! Terkadang mulut mereka ingin di sumpal dengan bakso!” sungkan Salleh tersenyum remang.
“Tidak apa! Mereka sangat menggemaskan!” tak lama Noah kemudian pamitan pergi, melaju bersama mobilnya dengan kecepatan normal.
Dalam perjalanan, akhirnya pria itu sedikit menghela nafas lega. Baru pertama kali dia mendatangi rumah besan.
...***...
Sampai di kantornya, Noah melangkah masuk ke ruangannya, melempar jasnya ke arah sofa lalu mendaratkan pantatnya di kursi kebanggaannya sambil bersandar menutup kedua matanya.
Rasanya begitu melelahkan, gara-gara kakeknya dia harus melewati pernikahan dulu untuk pergi ke London. Bukannya tidak bisa pergi ke sana, cuman Noah begitu menghormati sang kakek juga sangat menyayanginya. “Haahh— ” helaan nafas panjang keluar dari mulut Noah.
Jam masih berjalan seiring berputarnya bumi. Kini sudah memasuki makan malam, sudah waktunya dia pulang namun Noah masih ingin berada di sana. Cklek!
“Noah! Kau benar-benar keterlaluan.” Seorang pria bersurai hitam berkulit putih berjalan mendekatinya dan ikut duduk di kursi depan yang menghadap ke arah meja kerja si bos.
“Oi! Sejak kapan hah?" tanya Leo melipat satu tangannya di atas meja.
“Aku akan menikah, tolong siapkan semuanya.”
“APA!!” tentu terkejut. Noah masih tak berkutik, asik dengan kelelahannya sendiri.
“Ba-- kau yakin? Lihat!” sebuah majalah mendarat di atas meja Noah, namun pria itu masih enggan membuka matanya.
“Coba lihat sebentar.” Paksa Leo membuat Noah berdecak kesal dan mulai membuka matanya dengan alis berkerutnya hilang saat meraih majalah tersebut. Saat menatapnya lekat, ekspresi nya berubah total menjadi lebih tenang.
Sebuah majalah yang menunjukkan potret seorang wanita cantik berdarah Jepang-Indonesia dengan pakaian bergaya bidadari serta terpampang jelas nama wanita itu di sana <
“Dia sudah berhasil mencapai mimpinya menjadi seorang model, kini namanya sudah terkenal di seluruh Eropa.” Jelas Leo.
Noah tersenyum tipis masih menatap majalah tersebut, rambut Sakura kini sudah tidak panjang seperti dulu. Noah kembali bersandar menutup matanya.
“Apa kau yakin akan tetap menikah? Bagaimana kalau Sakura tahu?”
“Aku akan tetap menikah, itu sudah keputusan ku.” Ucap Noah. Hatinya kini berkecamuk saat harus mengingat kekasihnya yang sudah rela meninggalkan dirinya di saat ia ingin ke jenjang serius.
Flashback On
5 Tahun lalu. Seorang pria sedikit berjongkok dengan satu lutut menyentuh tanah, sementara si wanita dengan rambut panjang dan cantik duduk di kursi panjang warna putih. Mereka berada di taman kampus. Dua sejoli itu adalah sepasang kekasih yang tengah kasmaran.
Panggil saja si pria itu adalah Noah.
Noah memperlihatkan kotak kecil berwarna merah berisi dua cincin pernikahan khusus yang sudah Noah rancak sendiri. Manik cokelat milik si wanita itu membulat, bersinar bahagia, seakan sedang bermimpi saat kekasihnya memberikan sebuah cincin yang banyak wanita di luar sana juga impikan.
“Sakura! Menikahlah denganku! Sudah banyak sekali kenangan indah dalam hubungan kita, dan aku ingin membawanya ke jenjang yang lebih serius.” Noah mengatakannya dengan penuh perasaan. Sementara Sakura menangis bahagia sampai kebahagiaan itu sirna tiba-tiba.
Sebuah cincin hendak masuk ke jari manisnya, namun ia langsung menarik kembali tangannya.
“Ada apa?” tanya Noah bingung, padahal selama ini mereka selalu bermimpi tentang pernikahan ini, mengingat mereka sebentar lagi akan segera lulus kuliah.
“Maafkan aku Noah. Aku mau, tapi— " Seolah tercekat di tenggorokan, dengan sebisa mungkin Sakura menatap lekat manik mata Noah.
“Setelah lulus kuliah, aku sudah memutuskan pergi ke Eropa, melanjutkan mimpiku menjadi seorang model.” Ucapnya penuh penyesalan.
Noah seketika terpaku, terselip rasa kecewa yang begitu besar menghantam hatinya.
“Tapi kau tidak pernah mengatakannya jika ingin pergi ke Eropa?” suara bariton itu terdengar parau.
“Aku tahu. Aku minta maaf.” Tidak ada komentar lagi. Sakura mulai meraih tangan kanan Noah, mendekapnya ke dalam dua telapak tangannya.
”Noah! Aku berjanji, setelah aku berhasil menjadi seorang model, aku akan kembali dan kita akan menikah! Untuk itu— apa kau bisa berjanji padaku? Menunggu ku sampai aku pulang kepadamu?” Pinta Sakura.
Noah menatap lekat Sakura. Hatinya begitu tergila-gila dengan wanita di depannya saat ini. Seorang sahabat masa kecilnya, seorang yang begitu mengerti dirinya di saat ibunya <
Sakura lahir dan besar di panti asuhan, tempat Noah di buang oleh ibu kandungnya sendiri sampai sang kakek menjemputnya kembali. Noah mengerti akan keadaan Sakura, wanita itu sangat bermimpi menjadi seorang model agar hidupnya bisa berubah.
Tidak mendapatkan jawaban dari sang kekasih, Sakura mulai mendekat dan memberinya ciuman bibir, tentu Noah tak bisa menolak hal itu. Si Harrison itu mulai membalas ciuman singkat itu, atau ciuman terakhir mereka.
“Kau mau menungguku'kan? Aku tidak akan dekat dengan siapapun, percayalah!” Sakura masih berusaha meyakinkan sahabatnya. Meski hatinya hancur karena Sakura lebih memilih mimpinya daripada cintanya, Noah masih bisa tersenyum tipis.
“Hm. Aku berjanji akan menunggumu!” keduanya tersenyum tipis hingga berakhir dengan pelukan erat satu sama lain. Noah meremas kotak yang masih ia bawa di tangan kirinya.
Flashback off
...🛫📍🛬...