Zara Salsabila, seorang gadis cantik dan juga pekerja keras. Diusianya yang menginjak dua puluh lima tahun dirinya sudah menjabat sebagai sekretaris CEO. Dia begitu dikagumi oleh banyak pria dan juga wanita yang menjadikan dia sebagai sosok idola. Prestasi yang begitu membanggakan tetapi tidak dengan perjalanan cintanya.
Justru dirinya dikhianati oleh sahabat baiknya dan juga kekasihnya sendiri.
Lalu bagaimana kelanjutan kisahnya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Niken Ayu, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Episode 10
"Perkenalkan tuan Albert, ini adalah tuan Aven dari perusahaan MH."
"Selamat datang dan semoga kita bisa bekerjasama untuk masa depan," ucap pria paruh baya yang menjabat tangan Aven Maheswara.
"Semoga dukungan tuan Albert bisa semakin mensukseskan rencana kerja ini," jawab Aven.
Keduanya kemudian saling memperkenalkan orang-orang yang mereka bawa. Lalu di sebuah ruangan tertutup itulah meeting pun dimulai.
Aven meminta Zara membantu menjelaskan poin-poin yang tidak diketahui oleh Tuan Albert bersama tim nya. Kemudian disambung oleh Dion menjelaskan secara rinci persyaratan dan apa-apa saja yang tidak boleh dilanggar selama kerja sama itu dilakukan.
Setelah kedua belah pihak memutuskan untuk melakukan kerjasama. Maka kedua petinggi perusahaan itu pun melakukan tanda tangan untuk melakukan kesepakatan kerjasama.
"Senang bisa bekerja sama dengan perusahaan MH," ucap tuan Albert sambil menjabat tangan Aven erat.
"Saya juga tuan," sahut Aven dengan senyuman tipisnya.
"Saya tidak menyangka jika Tomo memiliki putra yang begitu berbakat. Di tanganmu nanti aku melihat angin segar dan juga masa depan yang cerah untuk MH," puji tuan Albert karena dia adalah teman baik pak Tomo selama ini. Jadi dia begitu terharu melihat putra teman baiknya mampu menggantikan ayahnya memimpin perusahaan dengan sangat baik.
"Tuan terlalu memuji," sahut Aven.
"Tidak, itu memang pas buat kamu. Andai saja putraku juga sepandai dirimu. Sayangnya dia lebih suka dengan musiknya daripada perusahaan," keluh tuan Albert dan Aven tidak berani berkomentar.
Dia hanya memilih mendengarkan curhatan dari teman baik ayahnya tersebut.
Prang!
"Hei!"
"Ah, maaf Bu," ucap waitress itu dengan raut wajah paniknya dan juga ketakutan.
"Tidak apa-apa kok," sahut Zara yang juga merasa kepanasan karena tumpahan air teh hijau itu mengenai roknya dan itu terasa tembus ke kulit kakinya.
"Maaf Bu, maafkan saya, saya tidak sengaja," ucap pelayan restoran dengan bersujud di depan Zara.
Dia orang baru di sana dan dia merasa sangat ketakutan kalau dipecat dari restoran tersebut di hari pertamanya bekerja.
"Zara kamu tidak apa?" tanya Aven langsung sigap ingin melihat luka di kulit Zara.
Tetapi langsung saja di tahan oleh Zara karena kini mereka ada di hadapan banyak orang. Dan juga ini tempat umum.
Sikap reflek Aven itu tentunya menjadi pandangan tersendiri bagi tuan Albert. Sepertinya ada hubungan khusus antara CEO dengan sekretarisnya.
"Tidak apa-apa pak, saya akan ke kamar mandi dulu ya. Saya permisi," ucap Zara berpamitan keluar dari ruangan meeting tersebut.
Pelayan yang tadi menumpahkan teh hijaunya itupun segera membersihkan kerusuhan yang harus saja dia lakukan. Aven menatap Zara yang menghilang dari balik pintu. Dia ingin ikut tetapi meninggalkan klien penting begitu saja itu tampak tidak sopan. Akhirnya dia membiarkan Zara pergi sendiri.
"Aduh, panas juga tumpahan teh nya," keluh Zara membersihkan roknya dari bekas teh yang masih tersisa.
Kemudian dia merapikan kembali tampilannya di kaca yang ada di toilet. Setelah dia anggap sudah pas maka dia kembali ke ruangan meeting. Karena sudah cukup lama dia pergi barusan.
"Sayang, kamu mau pesan apa?"
Suara itu terdengar familiar di telinga Zara. Bukankah itu suara Widia. Lalu siapa orang yang dia panggil sayang tersebut.
"Sayang, aku mau menu favoritku seperti biasanya ya," ucap Widia sambil bergelayut manja di lengan Azka.
"Baik sayang," ucap Azka kemudian mengajak Widia untuk menuju ke ruangan khusus yang selalu mereka pesan setiap kali ke restoran tersebut.
Mata Zara terbelalak tidak percaya melihat apa yang barusan terlintas di depannya.
Azka dan Widia berjalan berdua?
Ada apa ini?
Kenapa mereka tega?
Apa yang selama ini mereka lakukan di belakang ku?
Zara tampak syok melihat apa yang terjadi. Sampai-sampai dia lupa bahwa dia harus segera kembali ke ruangan meetingnya bersama klien.
❤️❤️❤️
TBC