NovelToon NovelToon
Sugar Daddy Dokter Impoten

Sugar Daddy Dokter Impoten

Status: sedang berlangsung
Genre:Beda Usia / Romansa / Sugar daddy
Popularitas:3.7M
Nilai: 4.9
Nama Author: Clarissa icha

"Cuma karna I-Phone, kamu sampai rela jual diri.?" Kalimat julid itu keluar dari mulut Xander dengan tatapan mengejek.

Serra memutar malas bola matanya. "Dengar ya Dok, teman Serra banyak yang menyerahkan keperawanannya secara cuma-cuma ke pacar mereka, tanpa imbalan. Masih mending Serra, di tukar sampa I-Phone mahal.!" Serunya membela diri.

Tawa Xander tidak bisa di tahan. Dia benar-benar di buat tertawa oleh remaja berusia 17 tahun setelah bertahun-tahun mengubur tawanya untuk orang lain, kecuali orang terdekatnya.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Clarissa icha, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 15

Laki-laki tampan bernama Aron itu tersenyum menatap punggung gadis cantik yang keluar dari kafe. Sungguh, baru kali ini Aron bertemu dengan gadis yang bersikap apa adanya dan terang-terangan menunjukkan rasa tidak suka padanya. Padahal di luar sana banyak gadis berpura-pura baik, dan lugu untuk bisa mendekatinya. Banyak pula yang menawarkan tubuhnya asal bisa dijadikan kekasih. Aron sudah muak bertemu dengan gadis-gadis seperti itu. Usainya semakin bertambah, Aron merasa sudah saatnya dia berubah, meninggalkan kebiasaan buruk dan mulai mencari wanita baik-baik untuk di jadikan istri suatu saat nanti. Dan Aron merasa semua kriteria yang dia inginkan ada dalam diri Serra. Ya, wanita yang tidak sengaja dia kenal akibat menabrak mobilnya.

"Kita lihat saja gadis cantik, kamu akan jadi milikku." Ucap Aron yakin. Aron tidak akan menyerah, untuk mendapatkan Serra apapun caranya. Terlahir dari keluarga kaya dan memiliki fisik yang sempurna dan otak yang cerdas, Aron selalu mendapatkan apa yang dia inginkan. Apalagi jika di abaikan oleh seorang wanita, jiwanya merasa tertantang.

Aron menghubungi seseorang melalui ponsel di tangannya.

"Ya Bos.?" Suara di seberang sana terdengar sopan menyapa Aron.

"Ikuti gadis itu, jangan sampai dia curiga.!" Titahnya kemudian memutuskan sambungan telfon sepihak.

Aron kembali beranjak dari duduknya dan meninggalkan kafe. Serra sudah terlihat di luar, entah gadis itu pergi menggunakan apa.

...*****...

Serra turun dari angkutan umum di depan gang kecil yang hanya muat di lewati 1 mobil. Dia berjalan memasuki gang sambil memainkan ponsel di tangannya karna harus membalas pesan dari Xander. Malam ini Xander ada urusan mendadak, jadi memberitahu Serra supaya nanti malam tidak perlu datang ke apartemennya.

"Ck,, padahal aku kangen meraba-raba tubuh kekarnya. Astaga, kenapa ada pria sesempurna itu. Otakku sampai kehilangan kewarasan setiap kali melihat tubuhnya." Gumam Serra pelan. Hanya dengan membayangkan tubuh Xander, Serra merasakan darahnya berdesir. Suhu tubuhnya langsung meningkat dan pipinya merona.

"Sadar Serra, sadar,,!! Kenapa kamu jadi mesum begini.?!" Serra memukuli kepalanya sendiri, mencoba mengusir pikiran kotor yang berkeliaran di kepalanya.

Setelah membalas pesan dari Xander, Serra menyimpan ponselnya dan setengah berlari menuju rumah sang Tante.

"Kamu kenapa lari-lari.? Ada yang ngejar kamu.?Wajah kamu sampai merah begitu." Tanya Sila yang saat itu sedang duduk di teras rumah sambil mencabuti benang dari kain bordiran. Itu adalah pekerjaan sampingan Sila meski tidak setiap hari ada pekerjaan.

Serra menggeleng. "Nggak ada Tan, Serra kepanasan di jalan jadi lari biar cepet sampai. Serra mandi dulu ya tan, nanti Serra bantuin cabut benangnya." Ujarnya sembari melepaskan sepatu.

"Kamu istirahat saja dulu, pasti cape habis sekolah dan panas-panasan. Di dapur ada bolu pisang, tadi siang Tante bikin. Bawa aja ke kamar kamu." Kata Sila.

Serra mendadak melow, dia benar-benar diperlakukan sangat baik oleh Tante dan Omnya. Mereka tidak pernah membeda-bedakan dia dengan kedua anak mereka. Apa yang dimakan oleh anak-anak mereka, Serra juga boleh memakannya.

"Makasih ya Tante." Serra mendekat untuk memeluk Sila dari samping.

"Loh, kok tiba-tiba sedih begini.?" Sila bingung sendiri melihat mata Serra berkaca-kaca. Suaranya juga bergetar menahan tangis.

"Serra nggak tau bagaimana nasib kalau nggak ada Tante sama Om. Mungkin Serra akan hidup di jalanan setelah Nenek meninggal." Serra menangis, dia menyembunyikan wajahnya di bahu sang Tante. Sampai kapanpun, Serra tidak akan pernah melupakan kebaikan dan jasa mereka. Dia bisa bertahan hidup sampai sekarang karna Nenek, Tante dan Omnya.

"Serra janji akan jadi orang sukses supaya Tante dan Om nggak perlu bekerja keras lagi. Do'akan Serra agar Serra bisa kuliah dan mendapat pekerjaan yang bagus setelah lulus kuliah." Ujarnya.

"Tentu saja, Tante dan Om selalu mendoakan kamu. Tante yakin kamu akan sukses, seperti harapan Mama kamu ketika kamu masih ada dalam kandungan." Ucap Sila dengan suara bergetar. Dia teringat mendiang Kakaknya yang meninggal setelah melahirkan. Saudara satu-satunya yang dia miliki pergi untuk selama-lamanya. Tanpa sadar, Sila mengepalkan kedua tangannya. Ada dendam yang belum terbalas, dendam itu telah dia simpan rapi sejak 17 tahun yang lalu. Sila tidak akan melupakan penyebab Kakaknya meninggal dunia.

...*****...

Serra mengajak kedua sepupunya ke pusat perbelanjaan menggunakan taksi online. Selama tinggi di Ibu Kota, mereka berdua belum pernah menginjakkan kaki di Mall terbesar yang ada di sini. Serra diam-diam membawa sepupunya tanpa sepengetahuan Tante dan Omnya yang sedang pergi ke Kota sebelah karna urusan penting.

"Wah,, mallnya besar sekali Kak." Akbar berdecak kagum. Sama halnya dengan sang adik yang mulutnya sudah menganga.

"Kak Serra kenapa ajak kita kesini.? Kita kan ngga punya uang." Celoteh Mila.

Serra mengusap pucuk kepala bocah berusia 8 tahun itu. "Kak Serra punya uang kok, Mila sama Akbar boleh beli mainan atau makanan yang kalian mau." Serunya.

Dua anak itu bersorak senang. "Beneran Kak.? Mila boleh beli mainan disini.?" Mata Mila berbinar.

Serra mengangguk dan mengajak keduanya berkeliling mencari toko mainan.

Di tempat yang sama, seorang pria berbadan tinggi sedang memilih mainan. Dia menyipitkan mata ketika melihat gadis cantik merangkul dua anak kecil di sisi kiri dan kanannya.

Dia meletakkan mainan yang sempat di pegang ke tempat semula, lalu mengekori 3 orang yang tampak antusias memilih mainan.

"Sejak kepan ada kerja kelompok di toko mainan.?" Suara berat itu membuat Serra terkejut sampai kedua matanya membulat sempurna. Dia berbalik badan, lalu menyengir kuda ketika mendapati Xander berkacak pinggang.

Serra menggaruk tengkuknya yang tidak gatal. Dia tadi menolak saat Xander diminta datang ke apartemen dengan alasan ada kerja kelompok.

"Mila sama Akbar pilih mainan sendiri dulu ya, kalau sudah dapat, nanti bawa kesini." ujarnya pada mereka berdua. Mila dan Akbar mengangguk paham dan langsung pergi memilih mainan yang mereka inginkan.

Serra kemudian menjelaskan pada Xander bagaimana situsnya. Kedua sepupunya yang masih kecil itu tidak mungkin ditinggalkan berdua di rumah.

"Kalau Dokter ngapain disini.?" Tanyanya penasaran.

"Cari kado buat anaknya temen saya. Mumpung kamu disini, pilihkan mainan buat anak perempuan umur 4 tahun." Titahnya kemudian mengeluarkan kartu dari dompetnya.

"Nanti bayar pakai ini, sekalian punya sepupu mu. Nanti sore, kamu antar ke apartemen. Saya ada urusan mendadak." Ujarnya menjelaskan.

Serra menerima kartu itu sambil mengembangkan senyum lebar. "Beneran Dok.? Kalau Serra pakai buat beli make up boleh nggak.?" Tanyanya seraya mengerlingkan sebelah mata.

"Boleh, tapi ada syaratnya."

"Apa syarat.?" Seru Serra semangat. Dia sudah membayangkan hal-hal mesum di kepalanya. Karna biasanya sugar daddy akan meminta syarat yang berhubungan dengan adegan dewasa. Serra beberapa hari ini sudah merindukan tubuh Xander yang cukup menggoda.

Xander menunduk untuk membisikkan sesuatu pada Serra. Wajah Serra yang semula berbinar, seketika langsung cemberut.

"Dokter nggak seru.! Serra pikir syaratnya duduk dipangkuan Dokter sambil ciuman." Keluhnya tidak semangat.

Xander terkekeh dan mengacak gemas pucuk kepala Serra. "Jangan lupa datang jam 4 sore." Pesannya sebelum pergi dari toko mainan itu.

1
erissa
sukses terus kak.ceritanya baguuuus
anita
smngat thor..lnjut kryamu bkin pnasaran
Ridho Saputra
Luar biasa
enur .⚘🍀
aq syuka cerita ny,, keren abis 🤗🥰
enur .⚘🍀
Zayn benar2 pohlos ,, apa dia tidak melihat kecemburuan Anna ?? 🤭
Novita Lilis
keren.. suka sama ceritanya 👍🏻
Rochma Wati
Luar biasa
Hasni Cimungut
mau bintang 5 tpi cerita cepat banget habisnya 😌
🐝⃞⃟⃝𝕾𝕳🏡 ⃝⃯᷵Ꭲᶬ☠ᵏᵋᶜᶟɳҽ♋Ꮶ͢ᮉ᳟
menarik sih walaupun cara awal yg dilakukan slah tapi berakhir bahagia
Lala Kusumah
lanjuuuuuuuuuuutttt
Dien Elvina
Anna mungkin Zayn blm terbiasa dgn sttus kalian ..yng tadinya hanya di anggap adek, skrng sdh jadi tunangan ..ini semua karena keluarga Martha yng ingin Zayn membalas Budi mereka ..
Lala Kusumah
lanjuuuuuuuuuuutttt
Soraya
lanjut thor
pak darno
Ceritanya bagus, enak untuk dibaca....lanjut
🍾⃝ͩѵᷞɪͧɴᷠᴀͣ ɴᴀѵɪɴᴀ
mungkin Zayn masih berusaha menata hatinya
yumna
serra dewasa oleh keadaan tapi dy bijak ya
ReynaL Rohiman
Luar biasa
Clarissa icha: makasih🥰
total 1 replies
rania rayyana
Bingung juga ya jadi Zayn.
Serba salah.
Anna kasihan juga karena Zayn nya cuek, tapi ya gimana.. kan cinta ga bisa dipaksakan. Tapi kita ga tau juga sih perasaan Zayn ke Anna sebenarnya gimana, soalnya tadi waktu Aron narik pergelangan tangan Anna, Zayn tiba² termenung. Entah apa maksudnya.
rania rayyana
👍
Clarissa icha: makasih kak🥰
total 1 replies
Suci Yati
lanjut thor
Clarissa icha: kak bantu kasih bintang 5 ya. makasih🥰
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!