"saat aku bertemu denganmu aku mengerti. cinta itu memang sangat indah dan kesepian itu terasa sangat menyiksa dan kedua hal itu disebabkan oleh orang yang sama, ya kau."
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ansu Arisanti, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Siapa Dia ?
Saat Raffi menunjukkan ruangan Pak Thomas itu memang benar ruangannya sangat mudah Arsa temukan , persis seperti yang Raffi katakan padanya sebelum berpisah. Arsa beberapa kali menetralkan perasaan nya setelah dirasa cukup gadis itu akhirnya mengetuk pintu, sahutan seseorang diruangan itupun menyuruh dirinya masuk.
Saat Arsa masuk ia tepat berdiri di meja namun dia tak melihat seseorang pun entah siapa yang berbicara tadi pada dirinya dia hanya melihat sebuah kursi putar yang membelakangi dirinya. sebuah kursi yang liatnya itu menjadi fokus Arsa diruangan itu.
"Duduk." ucap laki laki
Arsa yang kaget mendengar suara laki laki secara reflek membuat bahunya terangkat beberapa centi. Arsa yang mendengar hal itu tak tinggal diam diam kemudian menarik kursi yang ada di hadapannya. Setelah dia mendudukkan dirinya, bibirnya tak tinggal diam entah mantra apa yang sedang Arsa putar di dalam dirinya.
Perlahan kursi yang terhalang meja di depan dia, sebuah kursi yang dia liat membelakangi tadi tiba tiba berputar. Kini Arsa melihat seseorang yang tampan ya itu adalah Ethan yang sempet dia kira adalah pak Thomas.
Namun saat melihatnya Arsa hanya diam memperhatikan laki laki itu sekilas , laki laki yang dilihatnya pun sama sama melihat wajah milik Arsa . Manik mata kedua orang itu sama sama bertemu, semakin lama seolah semakin dalam seakan kedua orang itu sedang mencari jawaban yang ingin mereka temukan lewat mata.
"A Wildan." tanpa Arsa duga dia memberikan senyum dengan reflek mengatakan nama seseorang
Arsa yang sadar saat seseorang yang ada dihadapannya memutuskan pandangan dengan dirinya mimik wajah yang dia tunjukkan pun berbeda. kini menjadi sangat tegas berwajah dingin.
Arsa yang baru sadar juga bahwa dirinya secara reflek mengatakan nama seseorang, dia segera mengetuk lututnya sendiri menggantikan tangannya yang tak bisa menutup mulut. Dia yang tak enak hati dan merasa lancang atas hal yang dilakukan beberapa saat tadi segera minta maaf.
"Maaf Pak." ucap Arsa
Laki laki didepannya tidak memberikan respon apapun, hal itu sebenernya justru membuat perasaan Arsa tidak bisa di artikan, sebuah perasaan degdegan dan gugup yang selalu muncul saat dirinya merasakan kejadian yang ingin dia lupakan.
"Dengan siapa? Ada perlu apa ?" ucap Pak Ethan
"Faira, saya mau melengkapi dokumen seperti yang di minta bapak tempo hari." ucap Arsa
"Kamu ke lantai 3 sekarang." sela Ethan
Arsa yang merasa dirinya disuruh Ethan hanya bisa menurutinya walau sejujurnya gadis itu masih bingung pasalnya pria yang di ajaknya bicara menyuruhnya melakukan sesuatu tanpa mengatakan apapun setelahnya.
Arsa yang mendengar hal itu tak ingin tinggal diam diam langsung saja meminta izin kepada Ethan untuk melakukan sesuatu seperti perintahnya, tugas pertama yaitu meninggalkan ruangan yang di pijak nya saat ini.
Pintu ruangan itu tertutup kembali dengan sendirinya saat tubuh Arsa sudah seluruhnya diluar, dia berhenti sejenak merapikan pakaian agar terlihat rapih, kalaupun di liat liat baju itu tetap saja. Saat Arsa ingin melangkah hanya berjarak 3 langkah dari pintu yang menghubungkan dirinya bersama Ethan. Dia di hentikan oleh suara seseorang. Hal itu membuat dirinya menghentikan langkah dan memilih membalikan badannya.
"Faira!"ucap Ethan di ambang pintu
"tunggu sebentar. Ikuti saya." titah Ethan
Arsa benar benar tidak dibuat mengerti dengan perintah-perintah yang dikatakan atasanya, beberapa waktu menyuruhnya meninggalkan untuk segera bergegas ke lantai 3. Tapi sekarang menyuruhnya untuk menunggu dirinya dan mengikutinya, entah apa lagi setelah itu. Bukannya seharusnya dia menjelaskan tugas dan pekerjaan yang akan Arsa lakukan sejenis pengarahan yang biasanya memang di dapatkan saat bekerja di tempat baru.
Tapi Arsa tetap menuruti perintah itu, mengekor tubuh Ethan di belakangan jaraknya tidak begitu jauh tidak begitu dekat juga. Arsa sebenernya enggan untuk mengikuti perintah pasalnya saat ini dia berada tepat di depan lift.
Tepat seperti dugaan Arsa dirinya memang akan menaiki lift bersama pria yang kedua kalinya, perbedaan hanya pada sosok laki laki nya, namun saat Arsa sudah berada dalam lift dia tetap merasakan sesuatu yang berbeda lift yang di naiki kali ini, sangat berbeda terlihat lebih besar, nyaman bersih bahkan dirinya seolah berada depan cermin saking berkilaunya.
Jika saat bersama Raffi pandangan matanya memperhatikan gerakan tangan yang di lakukan Raffi. Namun saat ini, dirinya tengah disibukkan memandangi wajah tampan Ethan yang mirip sekali dengan seseorang, wajah yang membuat dirinya selalu bersemangat untuk bekerja, wajah yang membuat matanya selalu menunduk saat dua wajah saling ber-pasan dengannya. Dan wajah yang sama yang sering dia perhatikan secara diam diam, namun wajah itu tidak lagi dia liat kurang dari 2 tahun ini.
"Paham semua." ucap Ethan
"paham pak." serempak Raffi dan teman-teman nya
Ucapan itu membuat kesadaran Arsa kembali lagi namun tidak bertahan lama, tak lama dari sana Arsa kembali memikirkan sesuatu, lagi-lagi dia memikirkan, mengapa pria yang di liatnya sekarang mirip sekali dengan seseorang itu, sejujurnya Arsa sangat senang melihat wajah itu lagi wajah seseorang yang dia suka.
Namun semakin Arsa memikirkan semakin dia teringat satu hal, satu hal yang tak bisa dia pungkiri satu hal yang akan membuat semuanya berubah pasalnya sosok laki laki yang bernama Ethan tersebut memang mirip dengan seseorang yang dia sukai diam-diam, seseorang yang sama juga, yang di sukai Belleza temannya.
Jauh sebelum temannya bercerita bahwa dirinya menyukai laki laki bernama Wildan yang parasnya kini benar benar mirip dengan Ethan yang ada di hadapannya. Jauh sebelum itu, sebelum Arsa tau, dirinya telah dulu menyimpan perasaan untuk Wildan. Perasaan itu selalu dia simpan sendiri, tak pernah Arsa bagi dan cerita kepada siapapun, termasuk Belleza maupun Lyin sahabatnya.
Saat Arsa tahu bahwa temannya menyukai laki laki yang sama, awalnya dia kaget tak menyangka bawa Belza menyukai laki-laki yang sama seperti dirinya. Arsa juga sedikit merasakan perasaan kecewa, pasalnya baru kali pertama merasa hal seperti ini.
Setelah peristiwa temannya menceritakan bahwa dirinya menyukai Wildan, tentu saja membuat Arsa memiliki sikap yang berbeda, dirinya dengan sangat yakin akan mencoba melupakan segala sesuatu tentang Wildan, menghilangkan perasaan kagum dan sukanya kepada laki laki itu. Bahkan dirinya harus mencoba mengurangi dan menghentikan curi curi pandang dan memperhatikan Wildan secara diam diam seperti yang sering di lakukannya.
Alasan pertama Arsa melupakan Wildan karena dirinya tak ingin membayangkan jika suatu saat akan ada perselisihan yang terjadi antara Belza dan dirinya. Arsa tak mau karena hanya laki-laki persahabatan nya hancur. Arsa juga berpikir seperti bahwa sosok laki laki itu cocok sekali jika bersanding dengan temannya.
Bagi Arsa bisa berbicara dengan Wildan saja sudah merupakan suatu progres yang sangat bagus , dia bahagia sekali saat bisa berbincang dengan laki laki itu walaupun pembahasan yang di bahas-nya hanya soal pekerjaan, seperti meminta barang saat stoknya habis dan dll.