Jatuh cinta pada pandangan pertama, membuat Shakala Fathan Elgio Genova, berusaha untuk memperjuangkan cintanya pada Zakira. Gadis manis yang ia temui tanpa sengaja di perusahaannya. Zakira adalah salah satu karyawan di perusahaannya.
Namun, sayangnya saat ia mengutarakan niatnya untuknya melamar gadis itu. Terjadi kesalahpahaman, antara Fathan dan Mamanya. Nyonya Yulia, yang adalah Mamanya Fathan. Malah melamar Nabila, yang tidak lain sepupu dari Zakira. Nyonya Yulia, memang hanya mengenal sosok Nabila, putri Kanayah dan Jhonatan. Mereka adalah rekan bisnis dan keluarga mereka memang sangat dekat.
Nyonya Yulia juga mengenal dengan baik keluarga bakal calon besannya. Akan tetapi, ia tidak pernah tahu, kalau keluarga itu memiliki dua orang anak perempuan. Terjadi perdebatan sengit, antara Fathan dan sang Mama yang telah melakukan kesalahan.
Nabila yang sudah lama menyukai Fathan, menyambut dengan gembira. Sedangkan Zakira, hanya bisa merelakan semuanya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Icha mawik, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
bab 14.
"Daddy, liatin apa? Kok, senyum-senyum sendiri?" tanya Kiano yang menghampirinya.
"Melihat pasangan yang sedang kasmaran," jawab Kendra.
"Apa? Siapa?" tanya Kiano.
Kendra mengangkat tangannya, menunjuk ke arah depan. Kiano mengikuti kemana arah telunjuk Daddy-nya.
Kiano menyipitkan matanya.
"Itu kan, Zakira sama si Fathan?" ucap Kiano.
"Ya! Sepertinya, tuan putri rumah ini sudah dewasa," ucap Kendra.
"Tapi, Dad! Kiano tau, kalau Zakira belum mau untuk menjalin hubungan saat ini," kata Kiano belum bisa menerima kenyataan. Jika, putri kesayangannya tumbuh dewasa. Semua orang tahu, bagaimana Kiano begitu menyayangi Zakira.
"Fathan, emang suka sama Zakira, Dad!" sela Zaki.
"Zaki! Maksud kamu?" tanya Kiano.
"Fathan memang menyukai Zakira, dari pertama kali dia melihat Zakira, di kantornya," ungkap Zaki.
Kiano masih bingung.
"Ah, Daddy payah! Kayak gak pernah muda aja!" celetuk Zaki.
Kata-kata Zaki, membuat Kendra tertawa dan mengundang pertanyaan bagi yang lain.
"Halo, semuanya!" ucap Sukma.
Semua mata teralihkan, pada sumber suara. Kanayah memutar matanya malas.
"Kenapa datang, sih?" rungut Kanayah.
"Nay!" tegur Kirana.
"Hai, semuanya?" ucap Sukma lagi.
"Assalamualaikum, di sini gak ada yang paham halo atau hai," sahut Kanayah.
Seakan tidak mempedulikan kata-kata Kanayah, Sukma berjalan mendekati Kendra, Kiano dan Zaki.
"Apa kabar, Tuan Kendra?" sapa Sukma.
"Baik," jawab Kendra ramah.
"Fathan!" teriak Nabila, saat gadis itu melihat pria yang selama ini menjadi incarannya berada di sana.
Fathan yang sejak tadi asyik berbicara dengan Zakira, tiba-tiba membisu. Raut wajahnya berubah, senyum diwajahnya pun seketika pudar. Sebaliknya, Zakira menyambut kehadiran Nabila dengan senyuman.
"Kok, baru datang, Bil?" sapa Zakira ramah.
"Biasalah," jawab Nabila singkat.
Gadis itu langsung berdiri ditengah, antara Zakira dan Fathan. Tanpa rasa sungkan, Nabila mengaitkan lengannya pada lengan Fathan. Saat itu juga, Fathan diberondong pertanyaan yang keluar dari mulut Nabila. Seakan sadar akan situasi, Zakira memilih pergi meninggalkan keduanya.
"Kamu mau ke mana?" tanya Fathan.
"Gabung sama yang lain," jawab Zakira.
Fathan ingin beranjak, tapi tangannya ditahan oleh Nabila.
"Udah, biarin aja! Kamu di sini sama aku," sela Nabila.
Tepat pukul dua belas malam, acara barbeque pun bubar. Zakira memilih untuk menginap di rumah Kirana. Kanayah dan Nathan lebih dahulu pulang membawa Nabila dan Sukma. Kelakuan Nabila, membuat Kanayah ditegur oleh Daddy-nya.
Sebaliknya, bukannya sadar atau malu. Nabila dengan tenang menjawab setiap ucapan Opa nya. Dibela oleh Sukma, membuat Nabila semakin diatas angin. Melihat hal itu, Kendra hanya bisa menggelengkan kepalanya.
Setelah melepas Ummi dan Daddy-nya. Zakira kini masih berdiri di depan pintu depan.
"Aku pulang," ucap Fathan pamit.
"Iya, Pak! Hati-hati, ya!" jawab Zakira.
Fathan memutar matanya kesal.
"Kenapa, Pak?" tanya Zakira.
"Kamu! Kenapa panggil saya dengan sebutan bapak lagi? Apa saya kelihatan udah seperti bapak-bapak?" protes Fathan.
Zakira menutup mulutnya, menahan tawanya.
"Kan, senyum lagi, ketawa lagi," keluh Fathan.
"Iya, ya, maaf," ucap Zakira.
"Ya udah, besok pagi meeting jam delapan pagi. Jangan terlambat," kata Fathan mengingatkan.
"Iya," jawab Zakira.
"Iya, apa?" tanya Fathan lagi. Ia ingin tahu, apa Zakira akan memanggilnya dengan sebutan bapak lagi?
"Iya, El," jawab Zakira.
"El?" Fathan menautkan kedua alisnya bingung.
"El ... Shakala Fathan Elgio Genova. Jadi, saya panggil El saja," jelas Zakira.
Fathan tertawa lepas, hingga memperlihatkan deretan gigi putih yang rapi.
"Boleh lah," ucap Fathan.
"Puas?" tanya Zakira.
"Puas, sekali," jawab Fathan.
"Udah sana pulang!" Kata Zakira.
"Lho, ngusir ceritanya?" tanya Fathan.
"Kan, tadi katanya besok meeting jam delapan pagi. Jadi, harus bangun pagi, kan?" Zakira kembali mengingatkan.
"Saya akan selalu bangun pagi, meski tidur tengah malam atau dini hari," jawab Fathan.
"Baiklah, saya juga akan masuk dulu!" Pamit Zakira.
"Masuklah, aku juga akan masuk," sahut Fathan.
Zakira menautkan kedua alisnya.
"Masuk mobil, maksudnya. Kan, mau pulang," jelas Fathan.
Keduanya kembali tertawa, tanpa mereka sadari dari atas sepasang mata memperhatikan mereka. Kendra tersenyum melihat dua anak muda itu dari balik jendela.
"Kalau kamu ada di sini, kamu pasti akan tersenyum melihat pola dan tingkah cucu-cucu kita, Sayang," kenang Kendra. Ia kembali mengingat sang istri yang sangat ia cintai.
Sejak kejadian malam itu, keduanya menjadi semakin dekat. Namun, mereka kompak untuk menutupi dari semua. Bukan tanpa alasan Zakira ingin hubungannya dan Fathan dirahasiakan. Mengingat terlalu banyak perbedaan diantara mereka. Zakira sadar dengan kekurangan yang ia miliki. Mungkin, Fathan bisa menerima semuanya. Akan tetapi, belum tentu dengan keluarga besarnya, terutama kedua orangtuanya.
Zakira tidak memungkiri, terkadang ia masih merasa rendah diri dengan keadaannya. Kecelakaan yang ia alami beberapa tahun lalu, membuat salah satu anggota tubuhnya tidak bisa berfungsi dengan semestinya.
"Siap untuk makan siang?" Suara Fathan berhasil membawanya kembali tersadar.
Wajah tampan yang selalu tersenyum dihadapannya ini, mampu membuat hati Zakira goyah.
Zakira menjawab dengan anggukan kepala, ia segera bersiap dan beranjak dari tempatnya. Kedua berjalan beriringan, wajah angkuh Fathan menatap dan seketika suasana membeku. Ia kembali menoleh ke arah gadis yang berjalan di sampingnya, dengan senyuman. Hanya pada Zakira, Fathan wajah manis dan ramanya.
"Fathan!"
Terlihat seorang gadis, menggunakan jumpsuit diatas lutut mendekati mereka.
"Mood bos bakalan turun kalau kayak gini," gumam soni, saat melihat kedatangan Nabila beserta Oma Sukma.
"Kalian mau ke mana?" tanya Sukma.
"Keluar untuk makan siang," jawab Zakira polos.
"Kami ikut, ya!" tawar Sukma tanpa sungkan.
Zakra menoleh ke arah Fathan.
"Kami akan meeting dengan klien di luar," sela Soni.
"Kami gak akan ganggu kalian selama meeting," kali ini Nabila yang menjawab.
Tidak lama kemudian, sebuah mobil menepi dan menghampiri mereka.
"Ayo kita berangkat! Aku tidak mau membuat mereka menunggu!" Fathan berjalan mendahului, diikuti Nabila dan Sukma kemudian Soni dan Zakira.
"Kamu duduk didepan saja bersama dia!" tunjuk Sukma pada Soni.
Zakira mengangguk dan mulai duduk di samping Soni.
Selama perjalanan, Nabila tampak antusias mengajak Fathan untuk bicara. Namun, sayangnya pemuda itu tampak acuh bahkan terkesan tidak peduli dengan apa yang Nabila katakan.
"Dimana, berkas yang akan kita persentasikan?" tanya Fathan, saat melihat Zakira membuka lembaran dan bicara serius pada Soni.
Dengan sigap, Zakira menyerahkan berkas yang ada di tangannya pada Fathan. Setelah membaca sejenak, Fathan mengembalikannya pada Zakira.
"Kamu sudah booking tempat untuk kita?" tanya Fathan.
"Sudah, Pak!" jawab Zakira.
Fathan memejamkan matanya, entah mengapa ia merasa kesal setiap kali Zakira menyebutnya Bapak? Zakira yang tahu akan hal itu, hanya berusaha untuk menahan tawanya. Tatapan penuh arti, Fathan lontarkan untuk Zakira. Bukannya takut, ia malah berusaha untuk menahan tawanya.
Diam-diam, Soni juga tersenyum melihat dua sejoli itu. Nabila tampak mengepalkan tangannya. Perlahan, Sukma mengusap pundaknya.
Mobil yang dikendarai Soni, memasuki halaman sebuah restoran mewah. Soni turun lebih dulu dan membukakan pintu untuk Fathan.
Soni membawa Nabila dan Sukma ke sebuah meja. Ia meminta pada keduanya untuk menunggu di sana.
"Kalian bisa makan lebih dulu," ucap Soni.
"Dimana Fathan dan Zakira?" tanya Nabila.
"Bos Fathan dan Zakira sedang meeting di sana." tunjuk Soni pada sebuah meja dimana Fathan dan Zakira duduk menemani dua orang.
"Silahkan, nikmati makan siang kalian. Saya akan ke sana, bergabung sama mereka," ucap Soni.
"Kenapa, kami tidak duduk bersama kalian?" tanya Sukma.
"Saat ini, Bos Fathan sedang membicarakan bisnis besar. Ia tidak mau kalau sampai tender besar ini lepas begitu saja," jelas Soni.
Nabila mengepal kesal, ia pun duduk bersama Sukma. Sementara matanya masih fokus ke depan, dimana Fathan dan Zakira duduk berdampingan.
****
"Jadi, menurut Daddy Fathan itu suka sama Zakira? tebak Kirana.
"Memangnya, kamu gak bisa liat?" tanya Kendra.
"Mana bisa, Nana nebak. Kan, Daddy tau, Nana gak pernah kayak gitu," jawab Kirana.
"Masa, sih? Waktu awal kamu dekat sama Fachri itu, apa namanya?" cetus Kendra.
Kirana mengerucutkan bibirnya.
"Zakira itu, sifat serta sikapnya hampir sama dengan kamu dan almarhum Ummi kamu," kenang Kendra.
Kirana tersenyum dan memeluk Daddy-nya. Ia tahu, hari ini pria tua itu kembali mengingat mendiang istrinya.
"Nana, kangen Ummi," ucap Kirana lirih.
Kendra tersenyum, sembari mengusap lengan putrinya.
"Ngomongin apa, sih? Kok, sampe pelukan segala?" Cetus Fachri yang baru tiba.
"Udah nyampe, Kak?" Kirana meraih tangan suaminya dan menciumnya.
Fachri melakukan hal yang sama pada Kendra. Kirana segera beranjak mengambil segelas air untuk suaminya.
"Gimana keadaan kantor?" tanya Kirana yang duduk disampingnya, meraih tas dan atribut suaminya.
"Lumayan," jawab Fachri.
"Lumayan sibuk, atau lumayan santai?" goda Kirana.
Fachri tersenyum, sembari menarik hidung bangir istrinya.
"Kak!" protes Kirana.
Kendra tersenyum melihat kelakuan anak dan menantunya.
"Lumayan melelahkan," jawab Fachri.
"Assalamualaikum," ucap Fatih.
"Waalaikumsalam," jawab mereka serentak.
"Hey, jagoan! Dari mana?" tanya Fachri.
"Dari rumah Daddy, nemanin Ummi belanja tadi," jawab Fatih.
Ia mendekat dan mencium satu persatu tetua di rumah itu.
"Ummi belanja apa?" yanya Kirana.
"Bulanan," jawab Fatih.
"Oh, ini upahnya?" tanya Fachri melihat sekantong belanjaan yang dibawa Fatih, berisi cemilan beserta minumannya.
Pemuda itu tersenyum riang. Fachri menatap gemas pada putra tunggalnya. Kirana dan Kendra hanya tersenyum sembari menggeleng.