NovelToon NovelToon
ARUNA

ARUNA

Status: sedang berlangsung
Genre:Identitas Tersembunyi / Bullying dan Balas Dendam
Popularitas:1.1k
Nilai: 5
Nama Author: bund FF

Tidak ada yang bisa memilih untuk dilahirkan dari rahim yang bagaimana.
Tugas utama seorang anak adalah berbakti pada orang tuanya.
Sekalipun orang tua itu seakan tak pernah mau menerima kita sebagai anaknya.

Dan itulah yang Aruna alami.
Karena seingatnya, ibunya tak pernah memanjakannya. Melihatnya seperti seorang musuh bahkan sejak kecil.

Hidup lelah karena selalu pindah kontrakan dan berakhir di satu keadaan yang membuatnya semakin merasa bahwa memang tak seharusnya dia dilahirkan.

Tapi semesta selalu punya cara untuk mempertemukan keluarga meski sudah lama terpisah.

Haruskah Aruna selalu mengalah dan mengorbankan perasaannya?
Atau satu kali ini saja dalam hidupnya dia akan berjuang demi rasa cintanya?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon bund FF, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

memang sahabat

"Ehm" sebuah suara mengagetkan Aruna dan Ferdi yang masih dalam posisinya.

Spontan Aruna memasukkan sisa bolu ke dalam mulutnya dan mengunyah singkat untuk segera ditelan. Tapi malah tersedak.

"Uhuk .. Uhuk .. " hingga terpejam mata Aruna merasakan sakit saat potongan bolu itu memaksa masuk ke dalam tenggorokannya.

"Hahaha, rasain Lo. Makanya jangan suka jitak kepala orang. Aset berharga juga" ujar Ferdi malah menertawakan Aruna yang masih saja terbatuk.

"Nih minum" kini nampak Tyo mengulurkan sebotol air untuk Aruna.

Aruna segera menenggak minuman yang Tyo berikan. Untuk selanjutnya melirik tajam pada Ferdi yang masih saja menertawakannya.

"Jahat banget Lo Fer! Teman lagi kena musibah malah diketawain" kesal Aruna sambil memukul lengan Ferdi dengan cukup keras.

"Ah, sakit Run! Lo tuh cewek tapi tenaga Rambo" ejek Ferdi.

"Makasih ya kak" Sambil menyerahkan botol milik Tyo, Aruna tentu harus berterimakasih.

"Iya, sama-sama" jawab Tyo yang ikut duduk di sebelah Aruna.

Jadilah ada Ferdi di sebelah kiri, Aruna di tengah dan Tyo di sebelah kanan yang duduk dalam satu kursi di depan kelas Aruna.

"Ehm, tumben kak Tyo kesini?" tanya Aruna agak tak enak hati di posisi seperti ini.

"Gue cuma mau mastiin Lo sekolah apa nggak setelah kejadian semalam" ujar Tyo santai.

Tentu Aruna jadi gelagapan.

"Semalam ada apa, Run?" tanya Ferdi penasaran, tumben sekali Aruna pergi tak bercerita kepadanya.

"Nggak ada apa-apa kok, Fer. Semalam gue ke tempatnya Ko Acing, nggak sengaja ketemu kak Tyo. Iya kan kak?" tanya Aruna sambil mengedipkan mata, berisyarat semoga Tyo mau untuk tak melanjutkan kata-katanya.

"Lo kalau bohong lihat kondisi, bego! Mata kedip-kedip sudah kayak ondel-ondel" ujar Ferdi sambil mengusap wajah Aruna dengan telapak tangannya.

"Apaan sih, Fer" kesal Aruna menepis tangan Ferdi dan memukulnya pelan.

Tyo kini mengerti jika Aruna dan Tyo sangatlah dekat. Karena saat bersama dengannya pun, Aruna masih menjaga jarak.

"Ehm, kak. Gue mau balikin jaket Lo yang semalam. Maaf ya nggak gue cuci dulu, dan terimakasih" ujar Aruna sambil memberikan jaket yang baru dikeluarkannya dari dalam tas.

"Iya. Nggak apa-apa" ujar Tyo menerima jaket itu dan memakainya karena kebetulan dia sendiri sedang tak memakai jaket.

"Kalian habis ngapain sih semalam? sumpah kebohongan Lo nggak bisa diampuni, Run. Soalnya semalam gue lewat depan toko ko Acing juga masih tutup" kata Ferdi.

Aruna terdiam, masih tak mau sampai Ferdi mengetahui masalah semalam karena dia tak mau kalau Ferdi sampai mengamuk dan melaporkan ibunya ke kantor polisi.

"Ehm, itu ... " Tyo masih diam, ingin mendengar seperti apa jawaban yang akan Aruna berikan kepada Ferdi.

"Aruna" ketiga murid itu kompak menoleh saat seseorang memanggil Aruna.

"Iya Bu" jawab Aruna seolah terselamatkan dari Ferdi saat guru BP memanggilnya.

"Bisa ikut ke ruang BP sebentar?" tanya Bu guru.

Aruna menoleh pada Ferdi dan Tyo, heran karena merasa tak punya salah.

"Saya salah apa ya Bu? Kenapa harus ke ruang BP?" tanya Aruna masih duduk di tempatnya.

"Dipanggil ke ruang BP itu bukan hanya karena membuat kesalahan, Run. Ibu cuma mau tanya sesuatu sama kamu" ujar Bu guru.

"Baiklah Bu" kata Aruna lantas berdiri.

"Gue tinggal ya" pamit Aruna pada Ferdi dan Tyo yang masih duduk berdua di depan kelas Aruna.

Sepeninggal Aruna, Tyo masih ingin berbincang dengan Ferdi rupanya.

"Tunggu" cegah Tyo saat Ferdi sudah berdiri dan ingin pergi ke kelasnya sendiri.

"Kenapa?" tanya Ferdi singkat, mereka bukanlah teman.

"Gue cuma mau tanya sama Lo" kata Tyo.

"Boleh" ucap Ferdi yang kembali duduk.

"Sedekat apa Lo sama Aruna?" tanya Tyo.

"Kita sahabatan sudah sejak SD, Lo bisa bayangin sedekat apa gue sama dia" jawab Ferdi.

"Lo tahu kebiasaan ibunya Aruna?" tanya Tyo lagi.

"Tentu. Memangnya kenapa Lo tanya itu, kak?" tanya Ferdi curiga, pertanyaan Tyo terlalu privasi.

"Semalam gue nemuin Aruna nangis di pinggir jalan. Tapi gue nggak yakin sih alasannya apa. Jadi, gue anterin ke rumahnya" kata Tyo.

Ferdi mengernyit mendengar penuturan Tyo, heran juga kenapa Aruna merahasiakan hal itu darinya.

"Tapi bukan karena kalian jalan bareng kan semalam?" tanya Ferdi yang tak suka pada Tyo.

"Nggak. Lagian juga kenapa kalau seandainya gue jalan sama Aruna?" tanya Tyo dengan senyum kecil.

"Cg! Gue kasih tahu sama Lo ya, kakak kelas" ujar Ferdi setengah emosi.

"Gue harap Lo jangan nambahin penderitaan Aruna deh. Jangan sampai Lo jadiin dia mainan Lo doang. Dia itu terlalu polos. Tolong jangan sakiti hatinya karena hatinya sudah cukup menderita. Kalau niat Lo cuma mau bikin dia sakit hati, gue minta tolong hentikan saja sampai disini. Atau kalau Lo masih ngeyel dan bikin Aruna sampai patah hati, gue pastiin kalau Lo bakal berurusan sama gue" kata Ferdi sambil menunjuk wajah Tyo yang hanya diam saja.

"Benar-benar sahabat" gumam Tyo dalam hati, tapi masih menampilkan senyum menyebalkan.

"Heh, Lo ngapain nunjuk-nunjuk kak Tyo begitu? Nggak sopan tahu!" bentak Mina yang baru sampai di depan kelasnya.

Mendengar teguran Mina, Tyo dan Ferdi menghadap pada gadis yang sedikit melotot pada mereka. Tentu bersama dengan dua temannya yang selalu setia.

"Bukan urusan Lo" kata Ferdi malas meladeni tuan putri yang sedikit ngeselin ini.

"Semua yang berhubungan dengan kak Tyo itu jadi urusan gue tahu nggak" balas Mina.

"Lagian kak Tyo disini juga pasti karena lagi nungguin aku. Iya kan kak?" tanya Mina sambil bergelayut manja di lengan Tyo.

"Yaudah, urus tuh pacar Lo. Jaga, perhatiin, jangan biarin lepas dan nyakitin cewek lain" ujar Ferdi malas, lantas bergegas ke kelasnya sendiri.

Malas sekali berurusan dengan para orang kaya yang suka semena-mena. Jika ada waktu, Ferdi akan menasehati Aruna untuk tak terlalu dekat dengan Tyo.

"Pergi sana Lo, dasar orang aneh" kata Mina sambil mengibaskan tangannya, mengusir Ferdi.

"Aku ke kelas ya, Mina" pamit Tyo.

"Loh, kok pergi sih kak. Bukannya kak Tyo kesini karena mau ketemu sama aku?" tanya Mina yang keberatan saat Tyo mau pergi.

Tyo hanya diam dengan langkah pasti menuju kelasnya. Melambaikan tangan singkat dan membiarkan Mina menggerutu.

...****************...

"Aruna, surat yang ibu titipkan apa belum kamu berikan sama orang tua kamu? Kenapa belum ada yang berkunjung ke sekolah?" tanya Bu guru begitu sampai di ruang BP bersama Aruna.

"Oh, iya bu. Saya belum menyampaikan ke ibu saya. Nanti kalau ada kesempatan saya berikan ya, Bu" ujar Aruna yang melupakan surat itu.

"Ehm, kalau boleh tahu. Ada masalah apa sama orang tua saya, Bu? Nanti kalau ibu saya tanya biar bisa dijelaskan dulu" kata Aruna.

"Lagipula, saya rasa tidak berbuat salah di sekolah" kata Aruna lagi.

"Bukan masalah serius kok, Aruna. Cuma kami dari pihak sekolah ingin semakin dekat dengan wali murid untuk mengetahui bagaimana kalian saat dirumah" jawab Bu guru.

"Oh. Tapi hubungan saya dan ibu saya tidak begitu dekat, bu. Sepulang sekolah saya harus kerja paruh waktu, dan saat saya pulang, ibu saya yang pergi bekerja" kata Aruna.

"Kami sangat jarang bisa bertemu, Bu" kata Aruna.

"Ibu kamu kerja apa malam hari begitu?" tanya Bu guru dengan raut wajah penuh tanya.

"Ehm, saya juga kurang tahu, Bu" jawab Aruna bingung. Tak mungkin juga mengatakan kalau ibunya adalah seorang kupu-kupu malam.

"Hem. Baiklah. Jadi besar kemungkinan kalau ibu kamu tidak bisa ke sekolah ya? Kalau ayah kamu?" rupanya Bu guru masih Keukeh mau bertemu wali murid dari Aruna.

"Saya tidak tahu dimana bapak saya, Bu. Kami tidak pernah bertemu sejak saya kecil" jawab Aruna.

"Ah, begitu. Apa ada wali lain yang bisa hadir untuk menggantikan ayah dan ibu kamu, Run?" tanya Bu guru.

Aruna mendesah, sedikit kesal karena Bu guru ini sangat ngotot.

"Ada, budhe Marni. Beliau pemilik kontrakan yang saya tempati, Bu" pada akhirnya akan merepotkan Marni lagi.

"Tapi suaminya budhe Marni sedang sakit, Bu. Kasihan kalau harus datang ke sekolah" ujar Aruna.

"Hem, begitu. Baiklah. Kamu boleh kembali ke kelas" akhirnya Bu guru membebaskan Aruna.

"Iya Bu. Terimakasih. Saya ke kelas dulu" pamit Aruna lega, bebas dari berondongan pertanyaan yang tak dia sangka.

Dan langkah lebarnya membuat Aruna ingin segera sampai di kelasnya.

"Baiklah, jika memang tidak ada yang bisa datang, biar saya saja yang mendatanginya, Aruna" ujar Bu guru yang masih terlalu penasaran dengan keseharian Aruna.

1
Azizah Hazli
Luar biasa
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!